"Ni anak berdua dah masuk aja. Aku cuma jadi obat nyamuk disini," keluh Eki.
Dicky dan Lisa hanya tertawa saja, tapi tetep berpelukan mesra.
"Kalian lanjutin, aku duluan," kata Eki sambil beranjak berdiri dan masuk ke dalam tenda.
Kini hanya tinggal Dicky dan Lisa di luar tenda.
"Bang..." bisik Lisa sambil membiarkan Dicky memeluknya.
"Ya?" tanya Dicky
"Abang percaya hantu?" tanya Lisa.
"Hahahahaha," Dicky tertawa mendengar pertanyaan Lisa.
"Hantu itu nggak ada. Coba adek pikir, kita disini takut sama pocong dan kuntilanak, tapi di Amerika sana, mana ada pocong?" tanya Dicky.
"Kalau memang hantu ada, harusnya jika ada sini juga ada disana kan?" lanjut Dicky.
Lisa menganggukkan kepalanya tanda mengerti kemana maksud dari kata-kata cowoknya.
Mereka berdua lalu berpelukan erat, mencoba menghilangkan dingin malam itu.
Angin gunung malam hari berhembus kencang dan membawa dingin yang terasa menembus jaket mereka.
Tiba-tiba saja, Lisa merasakan hembusan nafas dingin di tengkuknya yang membuat seluruh tubuhnya merinding aneh.
"Bang, apaan sih?" protes Lisa ke arah Dicky yang memeluknya dari belakang.
"Eh? Emang aku ngapain?" tanya Dicky bingung.
"Tadi Abang niup tengkuk Lisan kan?" tanya Lisa.
Dicky kebingungan. Dia emang meluk ceweknya, tapi dia sama sekali nggak niup tengkuknya.
Tapi karena dia tak ingin bertengkar gara-gara hal sepele seperti ini, Dicky mengalah dan hanya meminta maaf pelan.
"Sorry Dek," bisik Dicky pelan.
"Iya Bang," jawab Lisa sambil meremas tangan Dicky.
Tapi, saat itu Lisa tersadar, tiupan nafas kekasihnya seharusnya kan terasa hangat, bukan dingin seperti tadi.
Bulu kuduk Lisa kembali meremang berdiri saat mengingat hembusan nafas yang tadi mengenai leher belakangnya. Tapi, dia hanya diam saja.
Kekasihnya sudah meminta maaf. Sekalipun kini dia sadar kalau Dicky telah meminta maaf untuk sesuatu yang tidak dia lakukan.
Lalu, siapa yang tadi berbuat usil dengan melakukan itu?
Lisa menolehkan kepalanya ke arah Dicky dengan pandangan tanya. Dicky menatap Lisa sambil tersenyum.
Bibir Lisa ingin sekali mengungkapkan semua kecurigaannya, tapi dia tahu reaksi kekasihnya yang pasti tak akan percaya dengan apa yang dia alami.
"Mmm. Dah malem Bang, Lisa masuk dulu ya? Abang juga bobo dulu, biar besok dini hari kuat naik ke puncak?" bisik Lisa.
Dicky terlihat sedikit kecewa. Sebenarnya, dia masih ingin berduaan dengan gadisnya. Kesempatan bermesraan dengan suasana syahdu dan romantis seperti ini bakalan susah terulang kembali ya kan?
Setelah esok tiba, hanya perjalanan panjang melelahkan untuk menikmati keindahan alam. Malam ini saja kesempatan Dicky untuk menikmatinya bersama sang kekasih.
Tapi, karena Lisa sudah meminta, Dicky ingin menjadi kekasih yang baik dan tak terlihat terlalu mesum di depan gadisnya.
"Oke. Adek istirahat yang cukup ya?" jawab Dicky dengan suara enggan.
Lisa tersenyum kecil.
Tentu saja dia tahu apa yang kekasihnya inginkan, tapi dia kehilangan semua moodnya untuk bermesraan.
Gara-gara hembusan nafas dingin di tengkuknya tadi yang masih membuat bulu kuduknya sesekali meremang hingga sekarang.
"Makasih ya Bang," jawab Lisa pelan.
Lalu, tanpa disangka-sangka oleh Dicky, Lisa dengan cepat mencium pipi Dicky dan setengah berlari menuju ke tenda untuk para gadis.
Dicky masih terpana di tempatnya.
Ini kontak fisik terjauh yang pernah mereka berdua lakukan.
Dicky dan Lisa memang baru saja jadian. Baru beberapa bulan, hal yang terjauh dan pernah mereka lakukan adalah bergandengan tangan. Tapi, ciuman barusan?
Semua kekecewaan Dicky malam itu terobati oleh ciuman Lisa tadi.
Malam yang dingin dan gelap gulita ini terasa indah dan tak sedingin bagi si Dicky yang sedang mabuk kepayang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. Gunung (End)
Horror(Horror) Jauh sebelum manusia merajai permukaan Bumi, ada segolongan mahluk lain yang menjadi penguasa di sini. Tuhan menciptakan dua mahluk yang mempunyai tugasnya masing-masing. Malaikat yang diciptakan dari cahaya dan Jin yang diciptakan dari api...