Dicky langsung terperanjat bangun dan melihat ke arah Eki yang seperti seorang manequine di sebelahnya.
Tubuh Eki kaku dengan wajah pucat pasi dan jari tangan yang menunjuk keluar jendela. Mulutnya masih membentuk huruf o dan terlihat bergetar karena ketakutan.
"Ki? Eki?" panggil Dicky ke arah sahabatnya yang sama sekali tak mendapatkan respon apa-apa.
"Ada apa Mas?" tiba-tiba pintu tenda terbuka dan sebuah wajah asing menyembul ke dalam tenda.
Dicky melirik ke arah wajah itu dan memasang wajah kebingungan, karena dia juga tak tahu apa yang terjadi kepada sahabatnya.
Tak lama kemudian, tenda Dicky dan Eki sudah dipenuhi oleh beberapa orang pendaki lain yang berlarian karena mendengar teriakan Eki.
Dewi, Dian, dan Lisa juga termasuk di antara mereka.
"Udah Mas, tampol aja, biar dia sadar dulu," kata seseorang entah siapa.
Dicky yang panik dan kuatir tanpa berpikir menuruti permintaan orang itu.
Plakkkk.
Dicky menampar keras pipi Eki yang masih terbujur kaku di sebelahnya.
"Aduuhhhhh," teriak Eki sambil mengelus pipinya yang barusan ditampar Dicky.
Tapi tak ada yang tertawa sama sekali.
Suasana mencekam masih memenuhi tenda Dicky dan Eki.
Tak lama kemudian, belasan orang sudah berkumpul mengelilingi Eki yang memegang segelas teh hangat dengan tangan bergetar di depan tenda mereka.
"Coba ceritain Ki, kamu liat apaan?" tanya Dicky ke arah Eki.
Eki melirik ke arah Dicky dan menarik napas dalam.
"Aku ngelihat..." kata-kata Eki terhenti sebentar dan dia mengedarkan pandangan matanya ke orang-orang di sekelilingnya.
"Ngelihat apa?" kejar Dicky.
"Aku ngelihat Pocong, Dick," bisik Eki pelan sambil menundukkan kepalanya ke bawah.
Helaan napas panjang terdengar dari sekeliling Eki. Baik dari rekan satu rombongannya dan juga dari para pendaki lain di tempat ini.
"Kamu nggak bercanda kan Ki? Nggak lucu tahu!" jawab Dicky sedikit ketus.
Eki melirik ke arah Dicky dengan tatapan emosi, "Nggak. Kamu pikir aku bercanda?" balas Eki.
"Sudah. Sudah. Tenang dulu. Tak ada yang bercanda, okey? Kita bukan berada di Semarang sana. Ini bukan tempat bercanda," kata Dewi menengahi Eki dan Dicky.
Tak lama kemudian, pendaki-pendaki lainnya meninggalkan tempat ini dengan gumaman yang menyerupai lebah berdengung di telinga kelima sahabat itu.
Kini hanya tinggal mereka berlima yang saling berpandangan dalam suasana diam.
"Aku tadi juga... Mmm... Merasakan sesuatu meniup tengkukku," guman Lisa memecah keheningan.
"Lisa!! Kan sudah kubilang samamu kalau aku yang melakukan itu," sergah Dicky dengan nada meninggi.
"Tak Bang!! Itu bukan Abang, rasanya dingin sekali dan seluruh bulu kudukku merinding tadi. Itu tak mungkin Abang," bantah Lisa.
"Kau ini!! Apa kubilang tadi? Hantu itu tak ada!!" bentak Dicky.
Lisa sedikit kaget. Ini pertama kali Dicky membentaknya. Padahal semua orang tahu kalau Dicky sudah menaruh hati kepada rekan sekampung halamannya itu sejak lama.
"Dick. Selow oke? Nggak perlu emosi seperti itu kan?" tegur Dewi.
"Kau tak usah ikut campur urusan kami Wi," sergah Dicky dengan nada tak suka.
Semua orang terdiam.
Suasana menjadi aneh. Baru beberapa jam tadi mereka tertawa gembira bersama-sama menikmati petualangan mereka. Tapi kini, semua terasa seperti mimpi. Mereka saling menghardik satu sama lain.
"Sebaiknya... Sebaiknya... Kita turun aja yuk?" ajak Dian dengan suara bergetar.
"Apa? Turun? Kita susah payah bersiap-siap untuk acara ini selama lebih dari seminggu. Sekarang kau pula seenaknya minta turun," potong Dicky.
"Tapi Dick... Bukan hanya Lisa atau Eki. Aku juga..." protes Dian.
"Kau juga apa? Kau juga lihat hantu? Kalian ini mahasiswa. Tak bisakah pakai logika kalian sedikit saja? Mana ada hantu? Itu cuma isapan jempol belaka!!" sergah Dicky.
"Aku..." Dian terdiam dan tak jadi melanjutkan kata-katanya.
Karena Dian sendiri juga sangat berharap sosok yang tadi dilihatnya hanyalah hasil khayalannya semata dan bukanlah sesuatu yang nyata.
=====
Author note:
Mmm. Semoga hari ini jadi maen-maen ke Sidomukti dan camp Mawar. Nanti saya fotoin tempatnya.
Meskipun sekarang sudah pasti kondisinya jauh berubah dari apa yang digambarkan dalam cerita ini.
Camp Mawar sudah berubah jadi tempat camping keluarga yang cukup rame di akhir pekan, bukan sekedar camp sederhana tempat singgah para pendaki seperti belasan tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. Gunung (End)
Horror(Horror) Jauh sebelum manusia merajai permukaan Bumi, ada segolongan mahluk lain yang menjadi penguasa di sini. Tuhan menciptakan dua mahluk yang mempunyai tugasnya masing-masing. Malaikat yang diciptakan dari cahaya dan Jin yang diciptakan dari api...