Malam semakin larut. Jam hampir menunjukkan pukul 9 dan penginapan masih terasa sunyi seperti tadi. Di dalam sebuah kamar sederhana, Yeji menulis sesuatu diatas meja belajarnya. Wajahnya masih tidak bisa menunjukkan ekspresi apapun. Wajahnya yang biasanya judes jadi terlihat semakin judes. Tetapi percayalah, ia masih dibuat sedih sekaligus kesal karena kematian Ori.
Tok tok tok..
Seseorang mengetuk pintu kamarnya pelan. Tetapi Yeji tidak menggubrisnya sama sekali. Ia masih fokus menulis sesuatu diatas meja belajarnya. Hingga akhirnya yang ada diluar pintu langsung membuka pintu kamar Yeji yang tidak dikunci itu.
"Yeji-ya.." panggil Siyeon yang tubuhnya masih berdiri di tengah pintu.
Yeji menoleh ke belakang. Matanya menatap dengan tajam kearah Siyeon seakan-akan tidak mau diganggu. Siyeon mulai melanjutkan kalimatnya, "Kran airnya tidak bisa nyala lagi. Udaranya terlalu dingin dan pipa airnya pasti membeku lagi. Bagaimana cara memperbaikinya?"
"Aku tidak tahu. Pergilah. Tutup kembali pintunya." jawab Yeji judes.
Merasa tidak enak, Siyeon kembali menutup pintu kamar Yeji. Ia pun berbalik dan berjalan sambil mengata-ngatai Yeji dalam hati. Siyeon kembali menuruni tangga dan menuju dapur yang ada di lantai dasar. Disana ada Yoobin yang sedang duduk dan memainkan sebuah gelas plastik di atas meja makan.
"Aku masih lapar, Kak. Aku ingin makan mie." ujar Yoobin.
"Hmm.. iya. Tapi tidak ada piring yang bersih. Semua piringnya masih kotor dan belum dicuci. Kran airnya tidak bisa menyala dan kakak tidak bisa mencuci piring. Lebih baik Yoobin tidur saja, sudah malam."
"Tapi aku lapar."
Siyeon menghembuskan napasnya sabar kemudian ia mencoba mengutak-atik kran air sialan itu. Ia coba putar berkali-kali tapi tetap saja airnya tidak mau keluar. Ia bahkan sampai menyalakan pemantik untuk memanaskan pipa air tetapi tetap saja pipanya masih membeku.
Sementara itu di sebuah ruangan yang juga terletak di lantai dasar, di ruang kendali yang juga terdapat aktifitas sederhana disana. Jinyoung sedang duduk bersantai sambil mengawasi setiap monitor di depannya. Ia bahkan membawa selimut lengkap dengan bantalnya. Sepertinya ia akan menginap di ruang kendali malam ini.
Karena kondisi ruangan-ruangan lainnya yang kosong, sedari tadi Jinyoung hanya fokus pada dua manusia yang sedang berada di dapur, Siyeon dan Yoobin. Jinyoung tidak peduli apa yang sedang mereka lakukan. Jinyoung hanya menonton saja. Hingga akhirnya Siyeon yang sedari tadi sedang sibuk sendiri mengurusi kran air menatap ke arah kamera.
Jinyoung mengerutkan dahinya bingung. Otomatis ia bertatapan dengan Siyeon melalui layar monitornya. Tak lama, Siyeon mulai mengambil ponsel dari saku celananya dan mencoba untuk menghubungi seseorang. Dalam sekejap, ponsel yang berada di saku celana Jinyoung pun berdering. Entah dalam maksud apa Siyeon mencoba menelepon Jinyoung.
"Halo?" ujar Jinyoung pelan.
"Hei, Bae Jinyoung!" Siyeon tiba-tiba berteriak dan membuat Jinyoung menjauhkan ponselnya dari telinga. Jinyoung hanya memasang wajah malas sambil melihat wajah kesal Siyeon yang menatap tajam ke arah kamera.
"Kenapa marah-marah, sih?"
"Bisakah kau urus adikmu sendiri!? Sedari tadi ia merengek minta makan! Semua piringnya kotor! Aku tidak bisa cuci piring karena pipa airnya membeku!"
"Kan aku sudah bilang, panaskan pipanya menggunakan pemantik."
"Kau itu agak goblok ya! Sudah kucoba dan itu tidak bekerja! Yang ada malah pipanya yang terbakar!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror 2 : Hide and Seek
FanficDituntut untuk mengurus seorang anak kecil di sebuah penginapan tua yang terisolasi, sekumpulan mahasiswa ini justru mendapat teror mengerikan. Anak itu selalu mengajakmu bermain petak umpet setiap malam... ❕Sequel dari HALLERBOS TERROR. ❕Disarankan...