"Jinyoung-ah! Yoobin baru saja melompat melalui jendela dari lantai 2!"
Tentunya sebagai seorang kakak yang baik, Jinyoung langsung panik dan bergegas memanggil manusia-manusia yang lain. Permainan petak umpet dimana seharusnya yang mencari berjumlah satu orang, kini pencarinya justru lebih dari dua orang. Target mereka kini adalah seorang anak kecil berusia 8 tahun yang sangat susah sekali dikendalikan. Entah berhasil menemukannya atau tidak, yang pasti kini manusia-manusia itu sedang dibuat panik bersama.
Pencarian dibagi menjadi dua tim.
Siyeon dan Yeji pergi ke lantai dasar, menuju halaman untuk mencari makhluk kecil menjengkelkan itu. Sementara Jinyoung pergi bersama Profesor untuk mengecek lokasi jendela yang digunakan Yoobin untuk lompat dan kabur. Sesuai yang dibilang oleh Woojin, jendelanya ada di lantai 2 jadi mereka menelusuri seluruh penjuru ruangan di lantai 2 yang isinya penuh dengan kamar-kamar kosong.Masih dengan panggilan yang terhubung ke Woojin, Jinyoung berjalan penuh kepanikan sambil memegangi ponselnya. Sementara Profesor membawakan senter dan mengikuti Jinyoung di belakang. Mereka mengecek satu persatu jendela untuk menemukan jendela dimana Yoobin melompat keluar, dibantu dengan Woojin yang mengawasi dari Fernelmont.
"Maju kedepan lagi! Yak! Terus terus!" ujar Woojin sambil mengarahkan melalui panggilan.
"Di pojok sana ada pertigaan. Kearah mana nih?"
"Persis sebelum pertigaan! Yak! Yak! Disana!!"
Ketika Profesor dan Jinyoung sampai di jendela tepat sebelum pertigaan, mereka mulai melihat kondisi di sekitar sana. Terutama kondisi jendelanya dan keadaan di luar jendela. Mereka mulai mencari tahu bagaimana Yoobin bisa melompat lewat sana. Jendela itu kini tertutup rapat. Rapat sekali sampai sulit untuk dibuka. Jadi mereka hanya bisa melihat keluar lewat kacanya.
"Ini tidak masuk akal. Tidak ada sesuatu yang bisa menyelamatkannya jika ia melompat dari atas sini. Ini gila, loh. Bagaimana bisa ia melompat dari ketinggian 5 meter? Ia seharusnya jatuh dan tergeletak dibawah sana." ujar Profesor sambil memandang ke luar jendela, ke arah bawah tentunya.
Kemudian Profesor mengambil alih ponsel Jinyoung dan mulai berbincang dengan Woojin di panggilan. "Woojin-ah.. CCTV-nya masih berfungsi, kan?" tanya Profesor.
"Oh, halo, Prof! Iya! Masih berfungsi dengan baik! CCTV-nya memiliki kualitas inframerah yang sangat hebat!"
"Listriknya sudah mati sejak kemarin dan malam ini baterai cadangan CCTV-nya akan segera habis. Hubungi para polisi untuk berjaga-jaga."
"Oh! Siap!"
"Dan juga, satu lagi! Berkemaslah! Kemasi barang-barang penting terutama cadangan lilin, senter, dan.. makanan jika perlu. Ketika CCTV-nya sudah tidak berfungsi, pergilah ke penginapan dengan barang-barang yang sudah kalian kemas."
"Oke, siap! Eeh.. Tapi.. Kan.. Disini tidak ada kendaraan."
"Ei.. Kau pikir aku ini orang misikin? Nanti akan kukirimkan mobil kesana. Haha."
"Oke! Wah, tumben sekali sinyalnya bersahabat, ya, Prof."
Dan setelah itu panggilan mereka tiba-tiba terputus dan membuat Profesor mengumpat pelan. "Ei.. Bersahabat apanya."
"Profesor," panggil Jinyoung.
"Kenapa?"
"Kenapa sudah memanggil polisi? Memangnya polisi mau datang jika belum ada bukti-bukti kuat? Lagian Yoobin belum hilang selama 24 jam."
"Jinyoung-ah.. Aku sudah bekerja sama dengan beberapa polisi demi keselamatan projekku kali ini. Kau tahu bahwa projek terakhirku tahun lalu gagal total dan merugikanku sendiri, aku tidak ingin hal seperti itu terulang lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror 2 : Hide and Seek
FanficDituntut untuk mengurus seorang anak kecil di sebuah penginapan tua yang terisolasi, sekumpulan mahasiswa ini justru mendapat teror mengerikan. Anak itu selalu mengajakmu bermain petak umpet setiap malam... ❕Sequel dari HALLERBOS TERROR. ❕Disarankan...