ENAM

6.7K 435 9
                                    

ENAM

"Melamun lagi, hemmm...."Suara berat Pino membuyarkan lamunan Vela sedari tadi.

Vela tersenyum tipis pada Pino"Aku tidak melamun, aku hanya sedang memikirkan alasan apa yang harus aku katakan pada kedua orang tuaku nanti" Ucap Vela dengan lirih dan tersirat rasa takut dari suara yang dikeluarkan oleh mulutnya

Vela telah seminggu tepat menginap di rumah Pino. Pino tidak mengijinkan Vela pulang sebelum dia sembuh. 4 hari Vela hanya berbaring di tempat tidur yang berada di kamar tamu rumah Pino.

Pino tersenyum kearah Vela dengan senyuman tulus dan menawan, sehingga membuat jantung Vela berdetak lebih cepat dari biasanya.

Vela merasa gugup di tatap intens oleh Pino

"Kamu tidak usah khawatir, aku lupa memberitahukan pada mu yah, kemarin-kemarin?" Ucap Pino misterius sambil membelai lembut rambut Vela yang tengah duduk bersandar di bangku taman yang berada di belakang rumah luas dan megah milik keluarga Pino.

Vela menyeryitkan keningnya"tentang apa?"tanya Vela dengan jantung yang masih berdetak dengan cepat sekali.

Entahlah sudah seminggu ini, Vela merasa ada yang beda dalam dirinya. Dia akan gugup apabila berbicara dengan Pino, Pino yang menatapnya intens apabila sedang berkomunikasi,dia juga sangat gugup dan salah tingkah.padahalselamaini dia nggak pernah merasakan perasaan itu.

Sudahlah! mungkin ada gangguan sedikit dengan kerja jantungnya dan Vela merasa telah banyak merepotkan Pino sehingga dia merasa gugup dan sungkan.

Pino semakin merapat kearah Vela dan mengambil kepala Vela lembut agar Vela bersandar di bahunya"Kamu tidak usah takut dan khawatir kedua orang tua kamu, tidak berada di Indonesia sekarang" Ucap Pino menjeda.

Vela mendengarkan dengan baik ucapan Vino dengan rasa cemas dan takut. Pino melanjutkan ucapannya"Tepat hari dimana kamu di siksa oleh kakakmu, kedua orang tuamu subuh subuh telah ke bandara dengan tujuan singapura dan sampai sekarang mereka belum kembali"Ucap Pino dengan nada girang di dalamnya

Vela bersyukur dalam hatinya, karena dia tidak akan mendapatkan hukuman yang kejam lagi. Tetapi, Vela harus menyiapkan dirinya. Karena masih ada kakaknya yang menanti diri dan fisiknya untuk dijadikan samsak amarahnya. Apalagi Vela telah membuat masalah dengan kakaknya kemarin. Sebenarnya bukan Vela, tapi Pino. Tetapi, tetap saja Vela yang salah.

"Kamu pulang besok saja! Ini sudah sore."Ucap Pino tegas pada Vela dan mau tidak mau Vela menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari perintah Pino.

"Vela...."panggil Pino parau pada Vela. Vela yang tengah memandang kearah kolam ikan mengalihkan pandangannya kearah Pino dengan cepat.

Degggg

Jantung Vela semakin menggila karena ditatap sedemikian intens oleh Pino.

Pino membelai lembut wajah mulus dan imut Vela. Pino memeriksa dan meniliti setiap jengkal garis wajah Vela. Melihat Pino yang menilai wajahnya, Vela menunduk malu dengan muka yang sedikit memerah.

Melihat Vela yang menunduk, Pino memegang dagu Vela lembut dan menarik dagu Vela agar Vela tidak menunduk dan balas menatap wajahnya juga.

Hidung mungil Vela dengan hidung mancung Pino sudah bersentuhan. Hembusan nafas keduanya saling menerpa dan memberikan sensasi kehangatan pada wajah keduanya.

Sedangkan seorang laki laki yang berdiri di balik pagar besar dan tinggi rumah Pino, dengan cirri khas lengan tangan kanannya memiliki bekas luka yang panjang di mulai dari pergelangan tangan hingga sikutnya, memandang dengan marah kearah Vela dan Pino yang hampir dan mungkin akan berciuman.

Sang Pelindung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang