TUJUH

6.4K 445 6
                                    

TUJUH

"Makasih yah, No. Karena udah merawat dan menampung aku di rumah mu selama seminggu ini"Ucap Vela sambil tersenyum malu dengan semburat merah yang muncul di kedua pipinya membuat Pino terkekeh pelan melihatnya.

Vela masih merasa malu dengan ungkapan perasaan dari Pino kemarin. Walaupun pagi ini Pino tak membahas dan menuntut balasan ucapannya dari Vela kemarin sore.

Pino mengacak lembut rambut Vela sehingga membuat pipi Vela semakin memerah. Pino terkekeh dan mencubit lembut pipi Vela yang tidak terlalu tirus seperti minggu lalu." Sama-sama Vela." Pino memandang Vela dalam"Jangan lupa, sekarang kamu adalah kekasihku. Aku tidak butuh jawaban Ya atau Tidak darimu. Yang jelas mulai kemarin sore kamu adalah milikku, kekasihku, Vela"Ucap Pino serak.

Vela langsung mengangguk malu"Iyah, No. Aku tau. Aku masuk dulu yah, ada mobil kak Siska tuh."ucap Vela memberitahu pada Pino sambil menunjuk kaku pada mobil Siska yang terparkir cantik di depan rumah minimalis kedua orang tua Vela.

"Pino...aku takut"lirih Vela

Pino mengangguk. "Kamu tenang aja, kalau mereka macam-macam kamu cepat cepat telepon aku yah!"Ucap Pino lembut sambil mengelus lembut rambut Vela.

Vela menganggukan kepalanya.

Cup

Pino mencium lembut kening Vela membuat Vela mematung dalam beberapa detik. Pino tersenyum"kamu harus terbiasa dengan ciuman mendadak dari aku. Aku pulang dulu. Telepon aku kalau Siska macam macam sama kamu" Vela menganggukan kepalanya dan melambaikan tangannya kearah Pino yangs telah duduk tegap diatas motor.

Setelah Pino menjauh dan tak terlihat lagi oleh pandangan Vela, Vela melangkah takut takut memasuki pagar tinggi dari rumahnya. Vela telah sampai di depan pintu masuk rumahnya.

Tangan Vela gemetar untuk sekedar mendorong dan memutar kenop pintu agar ia bisa masuk.

Vela telah melangkah masuk kedalam rumahnya. Rumahnya terlihat sepi dan sengang. Vela berjalan dengan perlahan menuju ruang keluarga.

Apa iyah Kak Siska tidak berada di rumah? Lalu mobil itu? Tanya Vela dalam hatinya.

Ahhhhh...akkh..sayang.. .cepat akhhh

Vela bergidik mendengar suara aneh yang berasal dari ruang keluarga. Vela dengan langkah pelan tampa menimbulkan suara menuju keasal suara yang ia dengar tadi.

Vela membeku melihat pemandangan didepannya.

Kakaknya...astaga jerit Vela dalam hatinya.

"Akh..Galih, kita pindah t..tempat"Ucap Siska terbata dan Galih tidak mendengarkan ucapan Siska dan hanya fokus pada permainannya sedari tadi.

"Nanti ada yang lihat Galih.. hentikan dulu!"Pinta Siska lagi.

Galih mengerang"tidak akan ada orang yang melihatnya,sayang"Ucap Galih serak dan parau.

Galih ingin melepaskan pengait bra Siska tetapi tidak jadi setelah ia mengangkat kepalanya dan memandang ke depan.

"Vela..."lirih Galih.

Melihat gerakan mulut Galih yang menyebut namanya Vela gelagapan dan berlari cepat menuju kamarnya.

Mendengar Galih yang menyebut nama Vela. Siska mendongkak dan menatap Galih. "Kenapa?"Tanya Siska.

"Tadi ada Vela"Ucap Galih pelan.

Wajah Siska shock mendengar ucapan Galih barusan. Dengan cepat Siska memungut bajunya dilantai dan memakainya dengan cepat.

"Ini gawat, sayang. Bagaimana Vela nanti akan mengadu kepada Mama dan Papaku"Ucap Siska khawatir. Karena kedua orang tuanya sangat membatasi kebebasan anak anaknya dalam berpacaran dan berhubungan bebas. Walaupun Galih dan Siska akan segera menikah.

Sang Pelindung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang