Terkadang apa yang kita bayangkan, tak selalu terjadi.
Sebulan telah berlalu, setelah pergi meninggalkan Seoul, Yunho pun menikahi Jaejoong. Ia menjual mobil mewahnya dan membeli rumah kecil untuk keluarga kecilnya. Sebagian kecil uang sisa penjualan mobil tersebut ia tabung untuk Jaejoong melahirkan kelak. Entahlah, ia tak sabar menanti kehadiran anaknya.
"Hyung, istirahatlah." Ujar seseorang disana. Yunho hanya tersenyum dan mengangguk, ia pun duduk bersama beberapa pekerja bangunan disana.
"Minumlah." Ujar Joo won menyerahkan botol minuman. Yunho menerima dan meminumnya, sangat segar rasanya.
"Kau terlalu bekerja keras."
"Ya memang seharusnya, aku harus mempersiapkan segalanya. Istriku sedang hamil, aku harus mencicil untuk kelahiran anakku nantinya." Joo won hanya mengangguk paham.
"Aku lihat istrimu sangat angkuh, ahaha. Maaf sebelumnya, tetapi memang ia sangat galak. Kau mengapa hanya diam ketika ia marah? Ah jangan-jangan kau takut dengannya." Yunho terkekeh mendengarnya.
"Aku hanya tidak ingin dia tertekan jika aku menimpalinya."
"Aku mengerti. Kau benar-benar hebat." Joo won menepuk bahu Yunho. Yunho hanya mampu tersenyum miris. Hebat? Bukannya ia hanya pecundang?
"Kau peringkat pertama lagi Yun. Ah hebatnya." Yunho hanya menatap namanya di papan pengumuman, sementara pemuda cantik disampingnya hanya menatap malas Yunho.
"Kau bukannya sering membolos jam olahraga? Bukankah ini sangat curang jika kau peringkat pertama? Atau Appamu memberi uang kepada guru disini?" Ujar Jaejoong, Yunho segera menatap Jaejoong yang tepat disampingnya. Murid-murid disana hanya menatap kedua anak konglomerat tersebut.
"Benar bukan?" Tanya Jaejoong kembali. Yunho hanya melangkahkan kakinya untuk pergi dan memilih mengabaikan Jaejoong.
Kebencian Jaejoong semakin menjadi ketika mereka kembali masuk di universitas yang sama. Sebenarnya ia sadar Yunho tak pernah mengusiknya, tetapi jujur dikatakan ia membenci jika ia harus kalah.
Jaejoong menatap malas suasana rumah yang sangat kecil baginya, bahkan ukuran rumah ini tak lebih besar dari kamarnya. Ia sangka ia akan tetap tinggal di rumah keluarga Jung, tetapi? Saat ia tersadar, ia sedang pergi meninggalkan Seoul bersama Yunho.
Jaejoong menghelakan nafasnya, bahkan ia memegang perutnya yang masih belum berbentuk.
"Jika menggugurkanmu itu mudah, rasanya ingin sekali menggugurkanmu. Kau tau? Aku sangat tidak menyukai ini semua."
"Aku pulang." Terdengar suara Yunho, bahkan saat ini Yunho menghampiri Jaejoong dan tersenyum.
"Aku tahu kau lapar, hari ini aku dapat uang lebih, aku membelikan makanan, ayo kita makan bersama." Ujar Yunho, Jaejoong hanya menatap tajam Yunho ketika Yunho memberikan sebungkus nasi kepadanya. Rasanya kesal, ia bahkan menatap bungkus nasi yang sama sekali tak layak baginya. Jaejoong pun mengambil dan melempar bungkus nasi tersebut ke lantai sehingga berserakan membuat Yunho marah.
"Jaejoong!"
"Apa?! Kau memberiku makanan seperti itu? Kau tau? Makanan itu sangat tidak layak. Hei Jung semiskin itukah dirimu? Hingga membelikanku makanan pun sulit? Bukannya kau itu anak pemilik Jung Corp? Mengapa memberiku tempat tinggal saja seperti gudang? Kau tau? Kau dan anakmu ini sangat menyusahkan! Kenapa kau dan anak ini tak pergi saja dari hidupku hah?!" Tangan Yunho mengepal menahan amarahnya, ia harus sabar untuk ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me✔
FanfictionCintai aku, selagi aku mampu untuk mencintaimu. Revisi dari ffn. Alur sama tapi banyak perubahan pastinya.