19. Finnish.

828 82 7
                                    


Jeongyeon Po'v

Aku membuka mata secara perlahan, mata ku mengerjap mencoba terbiasa dengan cahaya yang masuk di antara kedua mata ku. Tangan ku terangkat berniat untuk menutupi cahaya terang yang menyilaukan indra penglihatan ku, namun berhenti ketika aku merasakan sakit di area sikut ku.

"Ah.."ringis ku pelan.

"Ini, dimana?"

Semua tampak berbeda dari terakhir kali aku membuka mata ku, kali ini lebih terang dan terasa lebih nyaman. Namun, tetap saja aku sendiri. Sepi.

Tubuhku mencoba bangkit dengan posisi duduk, kemudian mulai menatap sekitar ku dengan seksama.

Ruangan serba putih yang sangat familiar, tapi ini bukan rumah sakit. Ini terlihat seperti kamar hotel? Iya, mungkin ini kamar hotel.

Jendela besar dengan gorden berwarna coklat keputih-putihan, ranjang besar serta sofa dan berbagai figure lain yang biasa di gunakan di kamar hotel.

Tapi, siapa yang membawa ku kesini?





Ceklek.



Kepala ku langsung teralih ke sumber suara, dan betapa terkejut nya aku melihat Jimin tengah menutup pintu dengan nampan berisi air putih juga obat—yang entah obat apa itu.

Dan..

"Jeongyeon?!"

Ia berbalik menatap ku dengan wajah yang sama terkejutnya, dengan cepat Jimin berlari kearah ku meletakan nampan di nakas samping tempat tidur ku dan langsung memeluk erat di atas kasur.

Grab.

Tangannya menarik tubuh ku ke dalam dekapannya, aku membeku merasakan tubuhnya yang menabrak tubuh ku.

"Ji.. Jimin?"

Ia memeluk erat sampai rasanya sesak sekali, aku tidak tau kenapa pria ini melakukan hal itu. Tapi, aku akui bahwa ini nyaman. Ketakutan ku sedari tadi terbayar ketika melihat nya saat ini.

"Akhirnya.. Gue takut lo kenapa-napa Yeon.." Kata Jimin, aku bisa mendengar getaran suara nya yang menahan tangisan. Namun aku tau bahwa Jimin gagal melakukan itu, karna kali ini pundak ku merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyentuh setiap kulit ku.

"Gue.. Maafin gue Yeon, maafin gue karna gabisa nyelamatin lo.." Ia masih berada di posisi memeluk ku, tapi kali ini tidak sesesak yang tadi.

"Lo pasti panik disana, gue bener bener nyesel smaa diri gue sendiri. Gue bodoh karna ga bisa narik lo sebelum lo di bawa sama mereka.."

"Lo boleh pukul gue, lo boleh maki gue. Lo boleh ngelakuin apapun, asal gue mohon maafin gue.."

Aku terhenyak mendengar semua perkataan yang Jimin lontar kan pada ku, kenapa jadi menyalahkan diri nya? Ini bukan salah mu Jimin. Sungguh, aku ingin berkata begitu. Tapi entah kenapa bibir ku dan otak ku tidak sejalan.

Aku membiarkan Jimin memeluk ku dan terus mengucapkan maaf, sampai akhirnya ia melepaskan pelukan itu. Wajah nya menunduk, terlihat jelas bahwa ia sangat merasa bersalah.

I'm Obsessed With You | PJM x YJNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang