02. Calon Suami Almeera

61.1K 4.5K 67
                                    

Don't Plagiat !!
Ciptakan karya dengan pemikiran sendiri !!

Happy Reading :)

***

"Ekhemm ...!!" Suara deheman seseorang membuat Hanin dan kedua sejoli yang tengah mengobrol langsung menatap seseorang itu.

"Akhirnya kamu datang juga." Almeera berdiri mempersilakan calon suaminya duduk.

Namun karena kursi di sampingnya telah diduduki Dito, terpaksa Almeera mempersilakan lelaki itu duduk di samping Hanin dan berhadapan dengannya.

"Maaf saya terlambat."

"Nggak apa-apa kok, Mas. Yang penting kamu datang," ujar Almeera seraya tersenyum. Kini pandangannya jatuh pada Hanin. "Oh iya, Hanin. Perkenalkan ini calon suamiku, namanya Mas Arya. Mas, ini sahabatku namanya Hanin," kata Almeera memperkenalkan mereka.

"Hanin," ucap Hanin seraya menangkup kedua tangannya di depan dada. Seolah memberi salam.

"Arya." Lelaki itu pun melakukan hal yang sama dengan Hanin.

Pandangan mereka pun bertemu tapi buru-buru Hanin memutuskannya. Gadis itu menunduk dalam. Tatapan Arya kini tertuju pada lelaki asing yang berada di samping calon istrinya. Siapa dia? Seolah tahu apa yang sedang Arya pikirkan, Almeera mencoba menjelaskannya.

"Mas, kenalkan dia Dito. Tadi dia salah mengira Hanin itu adik sahabatnya. Kita mengajaknya duduk di sini sekaligus menunggu adik sahabatnya itu. Dan ternyata dia orangnya asyik, kita seperti orang yang sudah lama saling mengenal."

Kita? Bukankah hanya Almeera saja? batin Hanin bingung. Tapi cepat-cepat ia mengenyahkan hal itu.

"Arya, calon suami Almeera," ujar Arya menjabat tangan Dito.

"Dito."

Kedua lelaki itu saling menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun hanya beberapa detik sebelum akhirnya pertanyaan Almeera mengalihkan Arya.

"Bagaimana pekerjaanmu di kantor? Apakah ada masalah?" tanya Almeera membuka topik.

"Tidak. Semuanya berjalan lancar."

"Jangan terlalu menforsir tenagamu ya mas, aku takut kamu malah drop di hari-H," pinta Almeera pada calon suaminya itu.

Arya tersenyum lembut menatap Almeera. Ia mengangguk pelan seolah menyakinkan gadisnya itu. "Pasti. Akan kulakukan untukmu," kata Arya akhirnya.

Hanin yang melihatnya ikut senang sekaligus terharu. Betapa bahagianya Almeera, apalagi ada seseorang yang begitu menyayanginya. Ah, rasanya Hanin ingin berada di posisi Almeera.

Astaghfirullah ... Apa yang aku pikirkan?

Di meja itu mereka berempat saling mengobrol hingga waktu mulai menunjukkan pukul sembilan malam. Hanin yang menyadari hal itu pun buru-buru berpamitan untuk pulang. Sebagai seorang gadis, berpergian terlalu malam itu tidak baik. Hal itulah yang selalu orangtuanya ingatkan padanya.

Sementara Dito pun akhirnya ikut pulang, melihat tak ada satupun orang yang ia cari. Berbeda dengan Arya dan Almeera, pasangan itu masih berada di kafe. Mungkin tengah melepas kerinduan dengan calon suaminya itu, mengingat sedikitnya waktu mereka untuk bertemu.

***

Hanin menatap langit-langit kamarnya. Kilasan balik tentang kejadian di kafe masih membuatnya heran. Tentang bagaimana akrabnya Almeera dengan Dito. Meski berulang kali ia menepis pertanyaan-pertanyaan aneh si benaknya, tetap saja ia merasa mereka seperti telah saling mengenal.

Ah, jangan lupakan pula Arya, calon suami Almeera. Baginya, hubungan Almeera dengan Arya terlalu mendadak. Hanin masih ingat seminggu yang lalu Almeera memberitahunya bahwa ia akan menikah. Jelas saja waktu itu Hanin terkejut. Pasalnya ia tak tahu Almeera sedang dekat dengan seorang lelaki. Yang ia tahu, Almeera sangat anti dengan namanya lelaki. Hatinya telah terkunci dan hanya untuk teman masa kecilnya. Cinta pertamanya. Entah bagaimana sampai akhirnya gadis itu bertemu dengan Arya. Biasanya Almeera akan bercerita padanya, tapi kali ini tidak. Hanin mencoba memaklumi, karena setiap orang punya privasi masing-masing.

Hanin sedikit tersentak ketika mendengar suara ponselnya, menandakan ada pesan masuk. Gadis itu mencoba meraih ponselnya di atas nakas.

Almeera
Bsk pulang krja, kta ke mall ya... Ak ingin brbelnja sesuatu.

Me
Okay Bosque👍

Hanin mendesah keras. Hari ini benar-benar melelahkan. Ia merasa hari ini terlalu panjang. Atau mungkin dirinya yang terlalu berpikir terlalu berat. Ah, rasanya ia ingin cepat-cepat mengistirahatkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama, gadis itu pun tertidur dengan nyenyak.

***

"Aku ingin cepat-cepat hari esok tiba," kata seorang lelaki pada gadisnya.

"Aku juga nggak sabar menunggu hari esok," jawab gadis itu tersenyum senang. Sedetik kemudian senyumnya sirna digantikan raut wajahnya yang sedih. "Pasti aku akan mengecewakan banyak orang."

"Hey ... Percayalah, jika mereka tahu alasannya pasti mereka akan memaklumi. Tapi sayangnya kita nggak bisa langsung membicarakan ini. Apalagi mulai mendekati harinya."

Gadis itu pun mengangguk pelan. Kemudian menarik napasnya mencoba menetralkan kegelisahannya.

"Ayolah tersenyum. Jika seperti ini aura kacantikanmu akan menipis," kata lelaki itu mencoba berkelakar.

Mau tak mau gadis itu pun tersenyum geli. "Kamu memang selalu punya cara untuk membuatku tersenyum."

"Sudah tugasku, sayang." Lelaki itu memegang tangan gadis itu. Lalu mengelus punggung tangan gadis itu dengan lembut.

***

To Be Continue.

#AtikaFee

Kebumen, 01 September 2019

About Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang