09. Sebuah Pesan

49.1K 4K 18
                                    

Jangan jadi sider ya :) Budayakan vote sebelum membaca :D

Happy Reading ^^

***

"Selamat pagi, bisa tolong beritahu saya di mana ruangan Pak Arya?" tanya Hanin ketika sampai di kantor suaminya.

"Maaf, dengan siapa? Apakah sudah ada janji dengan Pak Arya?" tanya perempuan berkaca mata yang ada di meja resepsionis.

"Euhm ... Saya tidak ada janji dengan Pak Arya. Tapi, saya istrinya. Apakah suami saya sedang sibuk?" tanya Hanin ramah.

"Tunggu sebentar, Bu," ujar resepsionis itu tersenyum ramah. Kemudian mengambil telepon yang ada di dekatnya. Tampak memberitahukan keberadaan Hanin kepada orang di seberang telepon.

"—Pak Arya sedang tidak sibuk, Bu. Sebentar, saya panggilkan satpam untuk mengantar Anda," ujar resepsionis itu lalu memanggil salah satu satpam.

"Pak, tolong antarkan Istri Pak Arya ke ruangannya ya?"

"Baik, mbak." Satpam itu beralih ke Hanin seraya tersenyum ramah. "Mari Bu, saya antarkan."

Hanin hanya mengangguk ramah. Lalu mengikuti satpam itu ke ruangan suaminya. Setelah sampai di depan pintu ruangan milik suaminya, Hanin lebih dulu di sapa oleh sekertaris Arya sekaligus teman suaminya itu. Hanin ingat, lelaki itu saat menghadiri acara pernikahannya.

"Silakan masuk saja, Bu," ujar lelaki yang Hanin yakini bernama Pandu.

"Mas Pandu, manggilnya Hanin aja. Mas Pandu kan lebih tua daripada Hanin."

"Eh, iya. Ini kan di kantor, biar rada sopan dikit sama istri bos, hehe," jawab Pandu sedikit berkelakar.

"Mas bisa aja, Yaudah aku masuk dulu ya, Mas." Pandu hanya mengangguk seraya tersenyum.

Setelahnya, Hanin mengetuk pintu ruangan suaminya. Tapi, tidak ada jawaban. Sekali lagi ketika Hanin mengetuknya, tidak ada jawaban lagi.

"Masuk aja langsung." Suara Pandu mengintrupsi Hanin seketika. Ia pun mengangguk ragu.

Ketika pintu itu terbuka, ruangan itu tampak sepi. Tepat setelah Hanin sepenuhnya masuk, gadis itu memandang seorang lelaki yang duduk di kursinya. Tentu saja membelakanginya, membuatnya tidak sadar akan keberadaan Hanin.

Hanin memandang kotak bekal yang ia bawa, ragu untuk melangkah mendekati Arya. Perlahan ia mendekati lelaki itu.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah ...

Hanin akhirnya sadar, Arya tengah memandang sebuah foto. Gambar seorang Almeera yang tampak tersenyum riang. Hatinya mencelos seketika. Ada rasa tidak rela yang Hanin rasakan. Tidak. Ini baru awal perjuangannya, ia tidak boleh menyerah. Pernikahan ini harus ia pertahankan, meski belum ada rasa cinta. Tapi, itu berbeda dengan Hanin. Tepat saat Arya mengucapkan ijab qabul, saat itu pula Hanin sudah menyerahkan hatinya untuk Arya. Sepenuhnya untuk Arya karena Allah.

Hanin tampak mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya menekadkan dirinya untuk mendekati Arya.

"Assalamu'alaikum ...." Arya terkejut ketika mendengar suara Hanin. Spontan lelaki itu membalikkan kursinya, memandang Hanin dengan terkejut. Meski raut wajahnya hanya menampakkannya untuk beberapa saat.

About Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang