06. Kepergian Mereka

56.6K 4.1K 30
                                    

Don't PLAGIAT !!

Happy Reading !!

***

Hanya butuh waktu untuk hati bisa beradaptasi dengan siapa pemilik hatinya sekarang

About Heart

==

Hanin menatap ragu punggung lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya. Pasalnya, sekarang sudah Subuh. Tetapi Hanin masih tidak enak hati untuk membangunkan Arya.

Aduh ... bagaimana ini? Kalau nggak dibangunkan, nanti dosa.

"Mas ...." Hanin memegang bahu Arya yang tengah berbaring memunggunginya.

Lelaki itu bergeming, tidak terusik dengan suara Hanin.

"Mas, bangun ...." Kini Hanin memberanikan diri untuk menepuk pelan bahunya.

Arya mulai terusik, namun lelaki itu hanya melenguh pelan. Kemudian kembali tertidur.

Hanin mendesah keras.
"Mas, bangun ... Sudah Subuh," ujar Hanin seraya mengguncang pelan bahu suaminya.

Guncangan keduanya berhasil membuat Arya melenguh, lelaki itu membalikkan tubuhnya untuk berbaring terletang. Saat melihat tangan seseorang menyentuhnya, tidak diduga lelaki itu menepis kasar tangan Hanin. Arya langsung terduduk seraya meraup wajahnya sebelum akhirnya meremas rambutnya sedikit kasar.

Hanin mencelos. Sebegitu tidak mau Arya untuk ia menyentuh tubuhnya? Gadis itu beristighfar dalam hati. Meski perbuatan Arya kali ini membuat hatinya sedikit teriris, Hanin mencoba memakluminya. Mungkin Arya masih beradaptasi dengan keberadaannya.

"Mas, silakan kamu berwudhu terlebih dahulu. Nanti giliran aku," ucap Hanin tidak lagi menghiraukan sikap Arya barusan.

Lelaki itu pun beranjak dari kasur. Hanin pun mendesah lega, setidaknya perkataan Hanin kali ini bisa dituruti Arya. Tak berapa lama, Hanin dapat melihat suaminya yang keluar dari kamar mandi. Rambutnya terlihat basah hingga airnya sedikit menetes. Entah mengapa, suaminya justru malah terlihat tampan.

Apa? Kenapa Hanin malah memikirkan hal itu. Astaghfirullah ... Untung saja Arya suaminya.

Buru-buru Hanin memasuki kamar mandi untuk segera berwudhu agar pikirannya tidak memikirkan hal yang tidak-tidak. Ia harus melaksanakan shalat berjamaah dengan suaminya. Hati kecilnya tidak bisa munafik, jika dirinya ingin mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang nanti akan Arya lafalkan saat shalat. Ah, Hanin benar-benar tidak menyangka, ia akan shalat berjamaah dengan imam hidupnya.

Namun, semua hanya sebuah khayalan semata. Karena yang dilihat saat ini, Arya tengah shalat tanpa dirinya. Hanin menatap punggung lelaki itu dengan tatapan sendu. Tanpa terasa matanya memanas. Kenapa dirinya jadi cengeng seperti ini? Dengan cepat Hanin memalingkan wajahnya. Ia tidak bisa menahan rasa kecewa ini.

Gadis itu pun mengambil mukenanya. Memakainya dengan pelan pula. Sebelum akhirnya ia melaksanakan shalat subuh sendiri.

***

Matahari sudah mulai tampak, Hanin tengah berada di dapur membantu Bunda memasak sarapan. Sementara Ayah dan suaminya tengah berlari pagi mengelilingi kompleks. Tadi, beberapa menit setelah Hanin shalat Subuh, Ayah mengetuk kamarnya. Lelaki paruh baya itu ternyata mengajak Arya untuk lari pagi. Dan tentu saja langsung diangguki Arya.

About Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang