31. Tentang Hati

60.8K 3K 39
                                    

Warning !! Part ini adalah part terpanjang yang pernah ada di cerita About Heart.

Udah, itu aja, hehe ....

***

"Sayang, tumpengnya kamu yang buat?" tanya Arya pada istrinya.

"Iya, dibantu sama Mbok Ijah."

"Enak dan cantik."

"Kok enak dan cantik sih, Mas? Jawabannya aneh."

"Enak nasi sama sayurnya. Kalau cantik tumpengnya."

Hanin hanya ber-oh ria saat mendengarnya. Membuat Arya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya geli.

"—Terimakasih untuk kejutannya yang gagal," ledek Arya membuat Hanin memberengut kesal. Lucu sekali, pikir Arya.

"Seneng banget perasaan," cibir Hanin kesal.

Arya tergelak saat mendengarnya. Untung saja makanan sudah masuk ke dalam mulutnya, jika tidak, mungkin dirinya sudah tersedak akibat tawanya.

"Terimakasih untuk hadiah terindahnya," kata Arya berucap seraya mengelus perut istrinya yang masih rata. Kali ini tatapannya begitu serius namun mengandung arti ketulusan. "Hadiah ini lebih dari segalanya buat Mas."

Hanin terpaku dengan perkataan suaminya. Sedetik kemudian, ia tersenyum lebar membalas tatapan Arya.

"Hanin juga sama senangnya seperti Mas."

"Kita jaga anugerah Allah ini sama-sama ya?" Hanin mengangguk mantap. Tentu saja akan ia lalukan. Karena ini anaknya, darah dagingnya, dan buah cintanya dengan suaminya. Hanin akan selalu melimpahkan kasih sayangnya untuk anak-anaknya kelak.

Arya melepas pelan kerudung istrinya yang menutupi kepalanta. Setelah lepas, Arya mengusap lembut surai hitam istrinya. Kebiasaan yang selalu dilakukan Arya. Pria itu selalu begitu. Terkadang Hanin heran sendiri dengan suaminya.

Tangan Arya terulur menyelipkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. Tatapannya masih fokus pada wajah istrinya. "Sayang, kamu tidak akan meninggalkan Mas 'kan?" tanya Arya tiba-tiba dengan suara sendunya.

Hanin tersenyum kecil. "Enggak, Mas."

"Mas akan jelaskan semua—" Perkataan Arya terjeda ketika tangan mungil istrinya membekap mulutnya. Arya memandang istrinya dengan tatapan bertanya.

"Hanin sudah tahu semuanya Mas," lirih Hanin kemudian mengalihkan pandangannya.

Wanita itu pun berdiri, melangkah ke arah balkon kamar mereka. Tanpa membuka pintu kaca itu.

"Kamu tahu dari siapa, Sayang? Dari Bunda?"

Arya ikut bangkit dan menghampiri istrinya. Wanita itu membelakangi Arya, masih sibuk menatap luar kaca.

"Hanin tahu semuanya." Hanin malah menjawabnya dengan ambigu. Wanita itu membalikkan tubuhnya, namun tatapannya justru menunduk.

"Dari siapa?"

"Dari ... Dari Mas Dito."

Jawaban Hanin berhasil membuat Arya memandangnya datar. Hanin mengangkat wajahnya, memandang wajah datar suaminya itu. Dengan gemetar Hanin menyentuh pipi suaminya.

About Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang