Dilarang PLAGIAT !!!
Happy Reading :)
***
Semua yang terjadi di dunia ini adalah takdir dari-Nya. Jadi janganlah mengeluh jika tidak seusai dengan keinginan kita. Sesungguhnya, yang baik di mata kita belum tentu baik di mata Allah
About Heart
==
Tepat setelah pulang dari rumah sakit, Hanin dan Almeera akan pergi ke mall sesuai permintaan Almeera. Kini Hanin tengah menunggu Almeera yang sedang bertugas di bagian poliklinik. Untung saja Hanin tidak ada shift malam ini, jadi ia bisa menemani Almeera.
Tak berapa lama, pintu terbuka menampilkan sosok gadis yang tersenyum ke arahnya. Almeera sangat cantik menggunakan jas dokternya. Jujur saja, ada sedikit rasa iri menyergapnya kala melihatnya. Tapi sebisa mungkin ia harus menepisnya. Seharusnya Hanin bersyukur, setidaknya ia masih berkecimpung di dunia medis.
"Sudah lama menungguku?" tanya Almeera. Gadis itu berjalan ke arah mejanya, lalu melepas jas berwarna putih.
"Nggak terlalu."
"Aku tahu kamu pasti lama menungguku kan? Ayolah ... Aku sudah lama mengenalmu Hanin."
Hanin terkekeh geli mendengarnya. "Suer. Aku baru sepuluh menit di sini, atau mungkin kurang," bantahnya seraya melirik jam di tangan kirinya.
Almeera hanya berdehem seraya menganggu kan kepalanya berulang kali, antara percaya atau tidak percaya.
"Kita jadi ke mall kan?" tanya Hanin.
"Oya jelas. Kan tadi malam aku sudah mengabarimu," ujar Almeera mengerucutkan bibirnya kesal. Bisa-bisanya Hanin bertanya lagi. Lalu untuk apa gadis itu di ruangannya? Yang benar saja!
Sekali lagi Hanin terkekeh geli melihatnya. "Yuh berangkat!"
Mereka berjalan bersama ke arah parkiran. Di koridor rumah sakit, banyak yang menyapa dirinya maupun Almeera. Sampai akhirnya mereka telah berada di mobil Almeera. Kendaraan itu melaju dengan kecepatan rata-rata.
"Memangnya kamu mau membeli apa?" tanya Hanin penasaran.
"Beberapa pakaian-"
"Ya ampun ... Bukankah minggu lalu kamu baru saja membeli pakaian? Hah, kamu selalu saja begitu. Iya, suka sama pakaiannya tapi di rumah malah nggak di pakai," gerutu Hanin membuat Almeera menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ehe ... Jangan salahkan aku. Salahkan pakaiannya yang hanya menarik saat di toko. Tapi, saat di rumah berubah membosankan," ujarnya bersungut-sungut.
Hanin menghela napasnya. Almeera memang begitu. Gila belanja pakaian. Ah, bukan hanya pakaian saja. Tapi apapun yang menarik minatnya. Begitu-begitu juga sahabatnya. Seseorang yang selalu ada di saat ia terpuruk.
"Terserah apa katamu sajalah."
"Yahh ... Hanin, jangan ngambek. Sebenarnya aku juga ingin berjalan-jalan denganmu. Aku kira setelah aku menikah mungkin aku tidak akan sebebas sekarang. Bisa saja waktuku denganmu akan berkurang," ujar Almeera sedih. Sesekali gadis itu menoleh ke arahnya, kemudian fokus menatap ke depan.
Almeera benar. Bahkan Hanin tak sampai memikirkan hal itu. Mengetahui hal itu, jujur saja ia sedih. Tapi Hanin harus sadar tak selamanya Almeera akan selalu ada untuknya. Hanin menarik napasnya pelan kemudian tersenyum ke arah Almeera. Kalau begitu, hari ini ia tidak akan menyia-nyiakan harinya. Dan akan bersenang-senang hanya untuk bersama Almeera, sahabatnya.
"Kamu ngomong gitu, aku jadi sedih."
"Aaaa ... Hanin ... Jangan ngomong begitu. Aku nanti ikut sedih."
"Ehh, sedihnya nanti aja. Kamu lagi nyetir. Bisa gawat nanti. Aku belum nikah lho."
"Apaan sih. Kok malah ngelantur?" Almeera berkata seraya cemberut. "Aku juga belum. Besok lusa malah. Yakali aku nggak hati-hati."
Hanin pun terkekeh. "Eh, bicara tentang pernikahan, kenapa kamu belum mengambil cuti? Bukankah kamu seharusnya sudah mengambil cuti?"
Tanpa sadar Almeera mendengus. "Kenapa semua orang selalu bertanya seperti itu sihh," gerutunya kesal. "Kamu kan tahu, aku cepat sekali bosan. Apalagi kalau harus berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Haduuhh ... Memikirkannya saja membuat kepalaku terasa meledak."
Hanin pun tergelak mendengar penuturan Almeera. Belum lagi saat berbicara ia menambahkan gerakan tangan yang terlihat drama sekali.
Sesampainya di mall, Almeera memarkirkan mobilnya. Di sana mereka berjalan-jalan ke setiap toko baju yang berhasil menarik perhatiannya. Sementara Hanin yang mengikutinya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak lupa di setiap saat mereka berfoto, seolah tak ada hari lagi untuk kebersamaan mereka. Hari itu mereka tampak bahagia, sampai tidak sadar akan apa yang terjadi kedepannya nanti.
***
"Aku pulang, Hanin. Met bobo, ahahaha ...." Almeera tertawa sendiri dengan perkataannya.
"Yayaya ... Met bobo juga," jawab Hanin kemudian ikut tergelak.
Kemudian gadis itu keluar dari mobil Almeera. "Hati-hati di jalan ...," kata Hanin seraya melambaikan tangannya. Mobil itu pun melaju meninggalkan pelataran rumah Hanin.
Waktu telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Ia harus membersihkan diri kemudian bersiap untuk Shalat Maghrib. Kegiatan apapun jika itu bersama Almeera pasti akan menguras tenaganya. Namun ia tidak mengeluh sedikitpun, justru karena Almeera, ia bisa mengalihkan kesedihannya saat kilasan kenangan bersama orang tuanya mulai menghampirinya.
Waktu pun terus bergulir. Setelah melaksanakan shalat Maghrib, Hanin merasa lapar. Sedari tadi perutnya terus meronta minta diisi. Tadi di mall, Hanin tidak sempat makan karena hampir maghrib.
Gadis itu pun beranjak keluar kamar. Tetapi tiba-tiba dering ponselnya terdengar. Hanin pun mengurungkan niatnya, ia mencari ponselnya di tasnya. Tak berapa lama, ponsel itu telah berada di tangannya. Hanin men-scroll tombol hijau kemudian mengangkat panggilan itu.
"Hallo?"
" ... "
"Apa?!"
Apalagi ini? Padahal belum ada satu jam kamu pergi.
Hanin terduduk lalu terisak keras. Tubuhnya lemas dengan mendengar kabar buruk yang baru saja di dengar nya.
***
To Be Continue.
#AtikaFee
Kebumen, 02 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
About Heart [END]
Romance[ ROMANCE - SPIRITUAL ] 📌Jangan lupa untuk baca SQUEL-nya juga🤗 = (Mushaf Cinta Dari-Nya) *** Hanindiya Puspita, seorang perawat yang berusia 24 tahun harus menanggung ujian kehidupan yang seolah selalu mempermainkannya. Ia sudah menjadi yatim pia...