II

12.4K 945 61
                                    

Restoran Louis.
Restoran ini menyajikan sebuah tempat mempesona di mana pengunjung bisa menikmati masakan Asia. Didukung oleh suasana magis dengan pemandangan abstrak dan karya-karya dekoratif pada interiornya.

Desain ruang makan terbuka, pola yang seragam pada marmernya, tekstur segar dan warna-warna dingin memberikan pandangan yang luas dan bergaya pada interiornya. Panel kayu pada langit-langit dan dinding memberikan karakter artistik dan ciri khas yang jelas dari restoran, dilengkapi oleh struktur kuningan yang elegan dan karya-karya kontemporer seniman lokal.

Restoran itu terdiri dari dua tempat dengan pemisahan antara daerah duduk bagian dalam dan luar yang dipisahkan dengan panel kaca berbingkai kuningan yang bisa memutar 360° untuk memasukkan udara segar maksimum dalam ruangan.

Aksesoris ruangannya ada seperti burung yang terbang melayang terbuat dari keramik putih disandingkan dengan dinding bertahtahkan LED yang terbuat dari kertas daur ulang. Keduanya tampil artistik diterangi oleh tata pencahayaan yang indah dan mewah. Dan di restoran itulah kini Nara bekerja sebagai waitress.

"Ra, kamu dipanggil Bu Raina,, suruh datang ke ruangannya." Ucap Ervina menghampiri Nara yang terlihat siap akan mengantarkan nampan berisi makanan untuk pengunjung.

"Bu Raina,,? Siapa?" Tanya Nara.

"Kok siapa sih,, ya Bos kita lah,,"

"Lho? Bos kita bukannya Bu Jennifer ya,,?" Tanya Nara lagi yang mendapat anggukan dari karyawan baru lainnya.

"Iya memang Bos kita itu Bu Jennifer,, tapi Bu Raina ini Bos Besarrr,,, Dia pemilik restoran ini. Pemilik hotel sebelah itu juga,," Jelas Ervina.

"Ooo,," Nara manggut-manggut. Begitu juga karyawan baru lainnya yang ikut mendengarkan.

"Trus,, kenapa aku doang yang dipanggil buat ke ruangannya,,??" Tanya Nara lagi sedikit was-was.

"Hish,,! Malah banyak tanya ni orang. Ya aku gak taulah. Udah buru ah,, nanti Bu Raina keburu ngomel lagi. Lin,, tolong kamu yang antar ini ya,, makasih Liin." Ervina mengambil nampan dari tangan Nara dan dia berikan pada Linda, karyawan lainnya.

Linda hanya manggut-manggut dan berkata oke tanpa bersuara. Ervina menggandeng Nara membawanya menuju ruangan Rain. Sesampainya di depan ruangan Rain, Ervina mengetuk pintu beberapa kali. Setelah terdengar suara Bosnya mempersilahkan masuk, Ervina pun meninggalkan Nara yang memasuki ruangan untuk menghadap Rain.

"Selamat siang Bu,, Ibu memanggil saya,,?" Tanya Nara meskipun saat ini Nara tak bisa melihat seperti apa wajah Bos Besarnya itu karena Rain duduk memutar kursi membelakangi Nara.

"Iya,, silahkan duduk." Ucap Rain dengan posisi masih membelakangi Nara.

Nara pun hanya mengangguk meskipun Rain pasti tak bisa melihatnya mengangguk. Dia mengambil posisi duduk tepat di kursi depan meja kerja Rain. Nara menatap punggung kursi yang diduduki Rain. Tiga puluh detik berlalu, Nara mulai mengernyitkan kening heran karena Rain masih saja belum memutar kursinya menghadap Nara. Ini sebenarnya aku disuruh ngapain sih? Kenapa cuma diem ngasih punggung kursi doang? Batin Nara sedikit tak nyaman.

Apa mungkin Bos ini termasuk orang yang sok misterius? Yang gak mau karyawannya tahu bagaimana wajah aslinya? Batin Nara lagi. Atau,, Jangan-jangan malah aku mengenal Bos ini? Dan dia juga mengenalku mungkin? Makanya dia sengaja memanggilku kesini. Soalnya suaranya pun seperti memang pernah aku denger sebelumnya. Lanjut Nara dalam hati.

Bisa saja kan? Nanti ujung-ujungnya kayak di sinetron-sinetron atau film-film gitu. Yang setelah kursi diputar lalu memperlihatkan wajah Bos, si bawahan terkejut karena ternyata mereka saling kenal. Kemudian terjadilah kontes saling tatap menatap mata. Lalu si bawahan akan kikuk, gugup setengah mati bahkan sampai sulit hanya untuk menyebut nama si Bos. Setelah itu....

RAINARA (GXG_End_)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang