III

11K 880 160
                                    

Author kesurupan.
Makanya up lagi. 😆

_______________________________________

"Ini serius Ra,,? Maksudku, kamu serius menyetujui untuk ngelakuin semua apa yang udah tertulis di dalam sini,,?" Tanya Vania sedikit syok setelah membaca surat perjanjian antara sahabatnya itu dan orang yang ditabraknya yang ternyata adalah Bos Besarnya.

"Iya mau gimana lagi lah Van,,? Aku gak punya pilihan lain lagi,, dia bener-bener afgan. Sama sekali gak bisa diajak negosiasi. Sama sekali gak punya rasa belas kasihan."

"Bener-bener afgan,,? Maksudnya,,?" Vania mengernyit kening bingung.

"Bener-bener sadis,," Jawab Nara.

"Sialan! Kamu dalam keadaan genting gini masih sempat-sempetnya bercanda,," Ucap Vania sambil menggaplok lengan Nara. Nara hanya nyengir sambil memijati kepalanya yang mulai terasa nyut-nyutan.

"Dua bulan jadi pembokat di rumah orang sadis itu. Bisa kebayang gak sih rumahnya Bos Besar yang kaya raya pasti kayak istana,, gede banget pasti,," Ujar Vania.

"Jangan dibayangin,, berat,,"

"Gila,, kalau aku pasti udah nyerah,, mana gajinya separuh dari gaji kamu sebagai karyawan di restoran itu lagi,,"

"Masih mending kan aku digaji,,? Daripada enggak sama sekali,,?"

"Iya juga sih,, tapi kan dirumah itu selain kamu harus bersih-bersih,, masak,, kamu juga harus mau ngelakuin semua apa yang diperintahkan Bos kamu itu. Bisa-bisa kamu gak bisa narok pantat sedetikpun di sana."

"Aku udah memikirkan itu,, kelihatan banget dari tampangnya kalau sebenarnya dia gak bener-bener membutuhkan kacamatanya balik,, tapi dia sengaja mau bales dendam sama aku,," Ucap Nara sambil tertunduk.

"Astaga,, jahat banget." Gumam Vania.

"Lagian iya juga sih Ra,, dia pasti bisa beli kacamata itu lagi kalau dia mau. Harga segitu kan gak ada apa-apanya buat orang se kaya dia. Tapi apa harus juga balas dendam dengan cara kayak gini,,?"

"Ahh entahlah,, aku cuma bisa berharap dia bukan psikopat,," Ucap Nara pasrah.

"Emang luka ditangannya parah ya,,?" Tanya Vania.

"Lumayan,,"

"Lumayannya kayak gimana sih,,?"

"Ya,, kamu bayangin aja, lengan sama telapak tangan yang tanpa alas, bergesekan langsung cukup kuat sama panas dan kasarnya aspal,,"

"Astaga,, emang kamu posisinya kenceng ya pas nabrak dia?"

"Iya lumayan juga sih,," Jawab Nara lirih.

"Tapi sebenarnya ya Van,, itu juga bukan salah aku sepenuhnya tau. Dia sendiri juga nyebrangnya main nyelonong gitu aja. Dari balik mobil yang keparkir lagi. Kan aku juga gak bisa liat pas dia muncul dan jalan melenggang se enak jidat dia sendiri,," Ucap Nara berusaha membela diri.

"Ya iya sih,, tapi dimana-mana pasti yang nabrak yang disalahin meskipun itu sebenarnya juga kelalaian dari yang ditabrak itu sendiri. Apalagi kalau yang ditabrak adalah manusia-manusia model Bos kamu itu. Udah bakal kamu salah dari segi manapun." Balas Vania pula.

"Hssh,,!" Nara menggeleng frustasi dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Vania mengelus-elus punggung Nara menenangkan. Sesaat keduanya hanya saling diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Itu,, beneran kamu harus tinggal di rumah Bos kamu itu Ra,,?" Tanya Vania.

"Ya iya,, Kan ada tuh tertulis dalam surat perjanjiannya. Aku cuma dibolehin pulang tiap hari minggu doang. Senin pagi-pagi udah harus di rumah itu lagi." Sungut Nara. Vania manggut-manggut.

RAINARA (GXG_End_)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang