L L BOY - 05

2.7K 382 10
                                    

Langkah kaki Jimin dan caranya berjalan malam ini mampu membuat Soyeon mengernyit bingung. Langkahnya tertatih saat menuruni tangga, sedang tangannya memegang dengan erat pegangan tangga serta wajahnya yang menunjukan raut kesakitan.

Soyeon semakin menatap was-was ke arah kakaknya yang mulai menunjukan gelagat aneh.

"kak," panggil Soyeon sambil berjalan mendekati tempat Jimin berpijak saat ini. "ada apa? Sakit?"

Hal ini yang paling tidak di sukai Soyeon terhadap sikap sang kakak adalah mulutnya dengan mulus mengatakan bahwa dia baik-baik saja, sangat bertolak belakang dengan keadaan fisiknya saat ini.

"tak apa.." ucapnya menatap Soyeon dengan tatapan sayu di temani bulir-bulir keringat yang ikut bercucuran di permukaan kulitnya. "kakak mau ke rumah Jungkook!"

"kakak minumlah obat!"

Jimin menggeleng menjawab kalimat Soyeon. "tidak! Kakak tidak membutuhkannya!"

"kak," Soyeon menggenggam kedua tangan mungil Jimin dan menatap pemilik tangan itu dengan lekat. "aku tahu saat ini kakak pasti sedang marah. Emosi kakak sedang tidak bisa di kendalikan. Benar?"

Mendengar kalimat demi kalimat yang Soyeon katakan padanya berhasil membuat Jimin mengedarkan sembarangan pandangannya.

"aku dengar telepon kakak sama ayah tadi.."

Jimin hanya diam. Benar! Saat ini emosi perlahan mulai menguasainya. Mulai memenuhinya. Dan dia sendiri mulai tak dapat mengendalikan itu!

Pertengkaran singkat namun hebat yang terjadi beberapa menit yang lalu antara dirinya dan sang ayah membuat emosi itu mulai menguasainya.

Kau pembunuh!

Penyakit sialan yang mengambil paksa nyawa ibu tirimu!

Segera hapus marga Park dari namamu!

Kenapa kau kembali ke rumah?

Pembunuh!

Penyakit sialan!

Pembunuh!

Penyakit sialan!

Pembunuh!

Penyakit sialan!

Pembunuh!

Penyakit sialan!

Tubuh Jimin bergetar seiring dengan keringat dingin yang semakin banyak keluar dari pori-pori kulitnya. Tubuh Jimin jatuh terduduk di lantai dan matanya memandang kedua telapak tangannya yang berkeringat dan bergetar hebat!

Gelengan demi gelengan terlihat dari kepalanya, membuat Soyeon panik di tempat melihat Jimin yang mulai di kendalikan emosinya.

Nafas Jimin terdengar putus-putus, matanya bergerak liar seiring dengan kukunya yang tengah dia gigit dengan perasaan takut.

Soyeon kalang kabut! Satu-satunya penolong di saat seperti ini adalah obat penenang Jimin. Tanpa berpikir panjang lagi, Soyeon berlari menaiki tangga menuju ke kamar Jimin, meninggalkan kakak tirinya itu yang tengah bergetar ketakutan dan mulai melukai dirinya lagi dengan gigitan-gigitan di jari-jari mungilnya.

Tak lama, Soyeon keluar dari kamar Jimin sambil menggenggam sebuah tabung kecil transparan, yang di dalamnya terdapat tablet obat-obatan penenang yang sering di konsumsi Jimin setahun lebih belakangan ini.

Dengan keadaan setengah berlari, Soyeon menuruni tangga terkesan buru-buru hanya untuk mendapati Jimin yang tengah melukai tangannya menggunakan belati yang selalu dia bawa, lengkap dengan tangisan ketakutannya.

ʟᴏᴠᴇʟʏ ʟᴜɴᴀᴛɪᴄ ʙᴏʏ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang