Bisa di katakan jika sekarang Jungkook benar-benar terlambat, terbukti dari jam sekarang yang telah menunjukan pukul 08:35. Walau begitu, Jungkook tetap mengenakan seragam sekolahnya dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Masalah Jimin, sedikitnya Jungkook butuh udara segar untuk berpikir kedepannya. Karena yang menjadi masalah pokok disini adalah Jimin bukanlah siapa-siapa Jungkook. Dia hanyalah orang asing yang kebetulan lewat lalu masuk dengan paksa ke dalam hidupnya.
Jungkook juga manusia! Dan setiap manusia tak akan luput dari yang namanya masalah. Siapa manusia di dunia ini yang tak memiliki masalah dalam hidupnya? Jungkook pun demikian. Meski dia memiliki kepercayaan penuh yang di ajarkan agamanya, tapi Tuhan yang dia percaya tidak akan pernah mengatasi dan membuang setiap masalah itu agar pergi dari hidup kita. Justru, yang Dia lakukan adalah memberi umatnya kekuatan untuk menghadapi dan melewati masalah itu.
Tapi, Jungkook manusia biasa. Masalah dalam hidupnya saja rasanya sudah tak mampu dia hadapi, apalagi dengan kehadiran seseorang yang di satu sisi terkesan asing, namun di sisi lain bagaikan sebuah magnet yang perlahan menarik Jungkook untuk semakin dekat bahkan memasuki kehidupan lelaki mungil itu.
Membereskan kotak p3k yang telah selesai dia gunakan beberapa menit yang lalu, Jungkook berdiri dari duduknya bermaksud untuk bersiap berangkat ke sekolah. Ketahuilah, setelah ini Jungkook akan mengeluarkan uang lebih untuk membeli persedian kotak p3k.
"Jungkook?" suara itu menghentikan langkah pertama Jungkook, bersamaan dengan sebuah genggaman lemah yang terasa di pergelangan tangannya.
Melihat mata sayu yang tengah menatap dirinya, Jungkook mendudukan tubuhnya kembali ke tempat tidur, tepat di samping tubuh Jimin yang terbaring.
"ada apa?" Jungkook mengelus kepala Jimin dengan halus, yang mana berhasil membuat pemiliknya menutup kedua mata dan merasakan sentuhan hangat dari pemilik telapak tangan besar itu. "tubuhmu sakit?"
Jimin mengangguk. "apa aku ini pembunuh?" wajah pucat itu membuat Jungkook tak dapat menahan sesuatu dalam dirinya yang memaksa dia untuk semakin masuk dalam hidup lelaki mungil itu.
"bisakah kita tak usah membahasnya?"
Di luar dugaan, mata Jimin mulai merah seiring dengan isakan pelan yang mulai terdengar. Jangan lupakan tubuhnya yang bergetar kecil. "b-benar yah aku ini pe-pembunuh?"
Jiminnya semakin sensitif!
Dan untuk kesekian kalinya, Jungkook melalukan hal yang tak dia sadari. Menghapus air mata Jimin dengan kedua tangannya. Tapi kali ini agak berlebihan untuk mengatakan jika dia tak sadar!
"jangan menangis, aku mohon.." kata-kata itu keluar tepat sebelum Jungkook memberi kecupan cukup dalam dan terkesan lama pada kedua mata sipit si mungil.
Apa ini dia lakukan dalam keadaan tidak sadar lagi? Ayolah.. Jungkook tidak mabuk pagi ini!
"kamu obat aku, Jungkook.."
Jungkook tersenyum. "dan kamu milik aku!"
"hah?"
"kita ketemu Minji?"
•••••
Senyum di wajah yang selalu dihiasi kaca mata itu tak bisa untuk tidak terukir ketika melihat Jimin yang kembali tersenyum setelah bertemu dengan bayi mungil itu.
Walau memang harus mengorbankan sekolahnya lagi, tapi tak apa demi mentalnya Jimin. Jungkook hanya berusaha berbuat yang terbaik agar pikiran Jimin bisa lebih segar dan dirinya sedikit saja bisa terbebas dari tekanan mental.
Meski awalnya Jungkook sangat tak menyukai lelaki mungil itu, mengingat sikap se-enak jidatnya yang berhasil membuat Jungkook menyerah. Namun, bodohnya Jungkook hanya menilai sesuatu dari tampak depannya saja. Buktinya Jimin! Sikapnya saat pertama kali bertemu sangat menyebalkan dan sangat Jungkook benci, apalagi dengan pernyataan cinta layaknya orang bodoh. Tapi setelah semua yang terjadi, lelaki yang awalnya menembak Jungkook, memintanya menjadi ayah dari anaknya, bertanya tak kenal waktu dan tempat tentang perasaannya ternyata dia memiliki begitu banyak hal yang mampu membuat Jungkook tak dapat berkutik. Apalagi harus membentak si mungil itu!
"Jungkook?"
Lalu beberapa menit kemudian, suara Mingyu menyapa telinganya. "eoh? Mingyu?"
"sedang apa?" tanya lelaki itu sambil mengedarkan pandangannya membuat gestur mencari sesuatu.
"bukan apa-apa. Hanya sedang bareng tem--"
"Jungkook?"
Perhatian dan pandangan Jungkook teralihkan pada suara lembut dan manis milik Jimin. Namun yang dia lihat setelahnya adalah wajah ketakutan lelaki mungil itu, jangan lupakan kukunya yang dia gigiti.
Melihat hal itu, dengan segera Jungkook mendekati Jimin yang berdiri di samping kereta dorong bayi. "hey, kenapa?" Wajahnya bahkan mulai pucat, jangan lupakan juga tubuhnya yang masih lemah dengan segala luka yang baru di obati beberapa jam yang lalu.
Ketika Jungkook tiba di depan lelaki mungil itu, yang dia sadari setelahnya adalah Jimin memeluk tubuhnya erat. Awalnya Jungkook bingung! Tapi setelah beberapa saat, dia menyadari gelagat aneh dari lelaki mungil itu. Dia bukan hanya sekedar memeluk Jungkook, tapi sedang bersembunyi dengan bahasa tubuh yang jelas menunjukan ketakutan.
Benarkan? Jimin semakin sensitif!
Mungkin juga karena Mingyu adalah orang asing di matanya, hingga tingkat sensitif Jimin perlahan semakin naik.
"kamu Jimin yah?"
Jungkook hanya menghelah nafas tak lupa memberi sentuhan lembut pada punggung si mungil yang wajahnya semakin dia sembunyikan pada permukaan tubuh Jungkook. Bahkan pelukan itu semakin erat.
"aku Mingyu, temannya Jungkook.." Mingyu mengulurkan tangannya ke arah Jimin yang membuka sedikit matanya dan menatap tangan Mingyu yang tak jauh dari wajahnya.
Awalnya Jimin tak terima. Buktinya adalah ketika tangan itu terulur dan matanya menangkap pergerakan orang asing itu, dia kembali menutup mata dan menyembunyikan wajahnya pada tubuh Jungkook.
"tak apa Jimin.." Jungkook membelai kepala Jimin dengan lembut. "Mingyu teman aku, bukan orang jahat.."
Mendengar suara Jungkook, lelaki mungil itu perlahan membuka matanya dan menatap ke arah tangan yang terulur ke arahnya. Sedikit demi sedikit tangannya yang tepat berada di punggung Jungkook mulai terlepas dan membalas jabat tangan dari Mingyu.
"Jimin.." ucapnya dengan mata merah yang sedikit mengintip. "calon istrinya Jungkook, dan Minji anak kami berdua.."
Mendengar itu, tubuh Jungkook otomatis terdiam. Dia menghelah nafas pasrah saat tahu jika sifat Jimin yang 'itu' kumat lagi!
•••••
Tbc!
Maaf pendekㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴏᴠᴇʟʏ ʟᴜɴᴀᴛɪᴄ ʙᴏʏ (✓)
Fanfiction[sequel The Fvcking Hoodie Guy] Jungkook = sexy nerd Jimin = sweet psycho © sLMyyy, August 2019