Sebelum lanjut, cerita ini bukan cerita yang mengandung keju hingga bisa bikin melting. Maaf ;) gua gak ada bakat buat cerita yang bikin baper.
Rated M artinya mengandung unsur mature!
Kalo misal kalian lebih suka cerita bikin melting, jangan disini! Gue gak mau aja kejadian kyk yg di ACCIDENTAL terjadi lagi..Be smart!
•••••
Begitu tangannya membuka pintu kamar, mata bambi itu menangkap pemandangan yang berhasil membuat pemiliknya lagi-lagi menghelah nafas. Terhitung sudah tiga jam lelaki mungil itu menutup mata dan masuk ke alam bawah sadarnya, namun dalam tidur itu sangat terlihat dengan jelas jika dia tidak tenang.
Tubuh mungilnya menggigil tak lupa bibirnya yang tak henti bergetar dan menggumamkan beberapa hal. Jungkook mendekati tubuh yang terbaring lemah itu, menyentuh dahi lelaki mungil yang tengah menggigil, dan terakhir menyimpulkan jika Jimin masih demam tinggi.
Kejadian beberapa jam yang lalu membuat Jungkook tak bisa berpikir dengan jernih. Lelaki yang telah melepas kaca matanya memandang tubuh mungil di depan dengan pandangan sendu.
"maaf.."
Entah di sadari atau tidak, Jungkook menggumamkan kata itu di depan wajah Jimin yang terlihat berkeringat. Apa yang sebenarnya tak Jungkook ketahui tentang Jimin? Atau tak ada satupun yang Jungkook ketahui dari pribadi bahkan kisah lelaki mungil yang perlahan masuk dalam hidupnya sesuka hati, dan tanpa perintah satupun!
Melihat telapak tangan mungil yang tengah bergetar bahkan terdapat cukup banyak luka lengkap dengan plesternya, Jungkook meraih kedua telapak tangan mungil itu dan menggenggamnya erat seraya menutup mata menggumamkan kata 'maaf' berulang kali.
Apa sekarang Jungkook mulai merasa khawatir dan takut? Si mungil yang berulang kali dia tolak dengan penuturan kasar kini membuat dirinya bimbang dalam menentukan perasaannya kali ini.
Tangan yang tengah berkeringat itu tiba-tiba terasa sedikit pergerakan yang mampu membuat Jungkook membuka kedua matanya.
"Jungkook?"
Yang dipanggil tak mengeluarkan satu katapun, melainkan hanya menatap objek di depannya dengan lekat, seakan-akan itu adalah sesuatu yang jika lengah seidikit saja akan hilang begitu saja dari pandangan mata.
"kamu menangis?"
Jungkook seketika tersadar ketika salah satu telapak tangan mungil itu kini berada tepat di pipi kanannya.
Tak ingin merasa tertangkap basah, Jungkook menggelengkan kepalanya. "gak! Aku hanya terlambat berkedip.."
Detik berikutnya mampu membuat Jungkook terbelalak. Dua tetes air bening jatuh membasahi pipi merah si mungil.
Dengan mata yang merah, Jimin memandang Jungkook dengan tatapan sendu, jangan lupakan tubuhnya yang mulai bergetar. "a-apa kamu.. me-membenciku?"
Mendengar itu, Jungkook seketika bangun dan duduk tepat di tepi ranjang kemudian menarik tubuh bergetar si mungil ke dalam dekapannya. Memberi usapan di punggung Jimin, Jungkook mencoba membuat si mungil kembali tenang.
"tidak.. Aku tak membencimu.."
Saat kata itu keluar dari bibir tipis Jungkook, tubuh bergetar yang tengah dia peluk tiba-tiba melepaskan tautan keduanya.
Jimin mengusap kedua matanya yang berair kemudian menatap Jungkook. "apa aku masih bisa berharap?"
"berharap?" tanya Jungkook sambil membenarkan beberapa helai rambut Jimin yang menutupi mata sipit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴏᴠᴇʟʏ ʟᴜɴᴀᴛɪᴄ ʙᴏʏ (✓)
Fanfiction[sequel The Fvcking Hoodie Guy] Jungkook = sexy nerd Jimin = sweet psycho © sLMyyy, August 2019