7

305 81 4
                                        

Berbeda dengan suasana ketika masih ada Jaejoong didalam mobil tersebut, Seulgi, gadis itu justru dengan ceria dan lebih leluasa bercerita tentang apa yang ia alami selama 10 bulan terakhir ㅡ yang dilewatkan ayahnya. Bahkan tentang acara festival bulan lalu disekolahnya dimana dirinya ditunjuk menjadi seorang muskeeter dalam pementasan drama The Three Musketeer.

"Seharusnya, papa datang hari itu...." Ucap Seulgi dengan wajahnya yang seolah dibuat bersedih.

Entah kenapa cerita - cerita dari putrinya tersebut justru membuat hatinya merasa semakin ngilu. Ia merasa begitu bersalah kepada putrinya, dan keluarganya tentu saja. Melewatkan banyak hari yang seharusnya bisa mereka lalui bersama.

Namun semua sudah terlanjur. Yunho terlambat untuk sekedar menyesalinya. Ia kini hanya bisa berusaha dan berharap keluarganya, terutama kedua anaknya bisa memaafkan kesalahannya.

"Emmm, Seulgi, papa ingin bertanya padamu."

"Ada apa, papa?"

Lelaki itu menghela nafasnya berat. Berharap pertanyaanya mendapat respon yang baik. Walaupun pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu diajukan dan tidak perlu mendapat jawaban.

"Kau tidak.... membenci papa?"

Senyuman di wajah Seulgi mendadak pias begitu mendengar pertanyaan yang diajukan ayahnya. Pandangan matanya kemudian menunduk.

"Sebenarnya, saat itu, aku sangat marah pada papa.... Aku tidak tahu kenapa. Aku sangat marah dan kecewa."

Suaranya tercekat, gadis itu tak mampu mengungkapkan kebenciannya pada sang ayah. Sejak kecil, ia sangat dekat dengan ayahnya dan itu fakta.

"Tetapi, Paman Austin selalu bilang padaku bahwa papa sedang melakukan kesalahan, dan tugasku sebagai seorang anak adalah memaafkan papa."

Air mata Yunho pecah. Ia tak menyangka 10 bulan membuat putri kecilnya yang lugu menjadi sedewasa ini. Yah, walaupun itu kata - kata Austin ㅡ tapi paling tidak, putrinya kini tumbuh menjadi sosok yang pengertian dan pemaaf.

"Jangan pergi lagi, pa. Ku mohon tinggal bersama kami lagi." Ucap Seulgi yang kini sedikit berani memandang wajah sang ayah. Ia bahkan bisa melihat air mata mengalir dari pelupuk mata lelaki yang sangat ia sayangi tersebut.

"Mama... Ia sangat kerepotan sepanjang waktu, menjemput kami, lalu kembali ke kantor, memastikan ekstrakulikuler dan bimbingan belajar Changmin oppa, kemudian berbelanja, kembali ke kantor, bekerja lembur sampai ia terlihat kelelahan. Aku tidak tahu kasus apa yang sedang ia hadapi, tetapi ia terlihat sering ketakutan akhir - akhir ini. Aku sering mendengar mama menangis menyebut nama papa. Mama masih sangat mencintai papa. Hanya saja, mama malu mengakui itu." Lanjutnya panjang lebar. Ia bahkan menarik nafas panjang setelah menyelesaikan seluruh ucapannya.

Seulgi sangat lega bisa mengungkapkan semuanya sekarang. Ayahnya harus tahu, bahwa ia, Changmin dan ibunya, masih sangat menyayanginya.

"Jika papa pulang dan tidak menginap dirumah Paman Austin lagi, aku akan memaafkan papa."

"Tunggu, dari mana kau tahu papa di rumah Paman Austin?"

Apakah tempat persembunyiannya di rumah Austin tidak lagi rahasia? Apakah Austin mengkhianatinya agar tidak bilang apapun mengenai dirinya kepada keluarganya?

"Aku melewati rumah paman Austin ketika akan pergi mengerjakan tugas ke rumah Yerim, kemudian aku melihat mobil papa didepannya. 15 menit aku berhenti, papa tidak kunjung keluar. Lalu aku bertanya pada Paman Austin. Awalnya dia tidak mau menjawab, tapi, akhirnya dijawab juga."

Bon Voyage •  [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang