18

273 73 10
                                        

Seulgi mencoba untuk membuka matanya perlahan. Sesekali mengerjap melihat jam yang menunjukkan waktu saat ini.

Masih pukul 3 pagi.

Ia kemudian menoleh ke samping kanan - kirinya. Memastikan ayah dan ibunya tetap bersamanya untuk tertidur di sofa.

Seulgi memaksa mereka untuk tinggal malam ini untuk menjaganya dan menjaga kakaknya yang masih terbaring di rumah sakit.

Ia bukannya tak tahu mengenai masalah yang sedang dihadapi hubungan pernikahan ayah dan ibunya. Seulgi tahu betul masalah ini, ia adalah saksi mata dari pertengkaran ayah dan ibunya 10 bulan lalu hingga akhirnya Yunho memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi entah kemana.

"Kenapa terbangun?" Tanya Jaejoong menyadari sedikit pergerakan disampingnya. Suaranya sedikit serak, khas orang bangun tidur.

Sejujurnya tidur Jaejoong tak pernah nyenyak akhir - akhir ini semenjak kasus Pearl Harbor mencuat dan kedatangan Yunho kembali yang ternyata menjadi incaran dari seorang penjahat kelas kakap.

Sedikit gerakan disekitarnya saja sudah bisa membuatnya terbangun.

"Aku hanya terbangun, ma. Mungkin aku butuh segelas air." Ucap Seulgi setengah berbisik. Ia tak mau membangunkan kakaknya atau ayahnya yang sedang tertidur pulas.

"Kau pasti khawatir mama akan pergi lagi, kan? Tenanglah nak, mama tidak akan pergi kemana - mana." Jaejoong mengelus sayang rambut putrinya. Ia membaca rasa gelisah Seulgi. Putri bungsunya tersebut pasti ketakutan jika salah satu dari mereka meninggalkannya.

"Sebenarnya, aku minta maaf jika aku membuat mama dan papa merasa tidak nyaman. Seharusnya aku tidak memaksa kalian tetap tinggal." Seulgi berucap sambil menunduk, tidak berani menatap mata ibunya.

"Tidak nak, tidak sama sekali. Lihat papamu, bukankah ia tidur dengan nyenyak?" Seulgi melihat ke arah Yunho. Lelaki tersebut bahkan tidur sambil mendengkur dengan mulut terbuka. Kebiasaan ayahnya ketika sedang tidur.

"Kau tahu, ucapanmu tadi, justru menyadarkan mama dan mungkin juga papa. Bahwa kalianlah yang terpenting untuk kami." Lanjutnya.

Jaejoong lalu menatapkan pandangannya ke arah lain. Ia tak ingin terlihat berkaca - kaca didepan Seulgi.

"Ma, bolehkah aku bertanya sesuatu pada mama? Tapi mama jangan marah, ya."

"Memangnya kau ingin tanya apa?"

Seulgi diam, berpikir. Ia tak tahu ibunya akan menjawab pertanyaan ini atau tidak.

"Apakah mama masih mencintai papa? Jika kalian saling membenci, kenapa tidak berpisah saja?"

Jaejoong seketika terdiam, sekali lagi terdiam. Anak - anaknya mungkin tahu, jika ayah mereka melakukan suatu kesalahan. Tapi bagaimana perasaan sang ibu? Mereka belum mengerti betul.

"Mama.... tidak tahu, sayang. Kenapa kau bertanya soal papa - mama dan tentang berpisah?"

Seulgi menelan ludahnya, kata - katanya, semua tertahan didalam mulut.

"Aku benar - benar tidak ingin kalian berpisah. Aku ketakutan saat papa meninggalkan rumah dan berpikiran untuk tidak mau punya papa baru. Aku mau kalian berbaikan lagi seperti dulu." Seulgi terisak kecil. Gadis itu memegang erat tangan ibunya.

"Sejak papa pergi dari rumah, mama selalu sibuk dengan pekerjaan mama. Mama selalu pulang malam, dan berangkat pagi, kadang mama menginap di kantor seolah - olah mama tidak punya  kami. Mama selalu kabur, seperti ingin melupakan sesuatu. Kita tidak pernah lagi makan malam bersama, tidak ada lagi piknik dan jalan - jalan setiap papa pulang bertugas. Aku.... hanya rindu keluarga kita yang dulu, ma."

Bon Voyage •  [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang