5

311 87 2
                                    

"Korban bernama Kim Hee Sang, usia 32 tahun, belum memiliki riwayat menikah, tetapi diketahui menjalin hubungan dengan salah satu anggota kepolisian setempat, Min Jae Hee." Ujar Minho menerangkan kepada pihak forensik DSC.

Tim dari NIS memang bergerak lebih cepat karena dekatnya lokasi. Tak sampai 15 menit setelah Seho menelfon. Baru stelah itu disusul DSC yang datang 3 menit setelahnya ketika NIS mulai melakukan investigasi berdasarkan laporan Kepolisian Incheon sebelumnya.

Namun karena Kim Hee Sang merupakan seorang anggota militer aktif, maka kasus ini sepenuhnya adalah milik DSC.

"Korban meninggal dengan luka tusuk di bagian kiri leher sedalam 7 cm, pada bagian arteri komunis. Kondisi tubuh tengkurap dengan tangan terikat tali tambang dari belakang." Terang Minho lagi sebagai perwakilan dari bagian forensik NIS.

"Hei pangeran kodok, apakah ini ada kaitannya dengan pembunuhan yang melibatkan Pearl Harbor case?" Tanya Austin.

"Aku belum bisa memastikannya, tapi dilihat dari lukanya dan cara membunuhnya, tentu kalian tahu, ini sangatㅡ ..... sangat mirip sekali." Ujar lelaki muda yang memiliki mata lebar yang menurut Austin serupa katak tersebut.

"Setiap pembunuh yang memiliki misi meninggalkan jejak, agen Kang. Ini sudah korban ke 2 yang ditemukan di Korea. Dan korban ke-5 yang ditemukan di dua negara dalam jangka waktu 20 hari. Pembunuh pasti memiliki alasan yang semakin kuat dan serius." Lanjutnya.

"Hei bung, aku menemukan ini. Simpan dan kumpulkan dalam barang bukti, Choi, agar pihak DSC mudah membawanya."

Seho datang dengan setengah berlari ke arah Minho, Austin dan Jaejoong. Tangannya yang diselaputi sarung tangan lateks memegang plastik yang berisikan lipatan kertas dan pecahan fortune cookie.

"Aku menemukannya di meja yang ada didepan televisi korban, mungkin ini yang terakhir dimakannya. Lihatlah."

Austin memegangnya dengan hati - hati, menekan bagian bawah plastiknya agar bisa membaca tulisan dari fortune cookie tersebut.

"Teman menanyakan pertanyaan padamu. Dan musuh menjadikanmu sebuah pertanyaan." Baca Austin dengan sedikit terbata, ia harus mengeja tulisannya ditengah remahan cookies yang hancur.

"Apa tulisan tersebut lazim, jika ada dalam sebuah.... fortune cookie?"

Jaejoong menggendikkan bahu. Ia tak pernah memakan kue macam tersebut didalamnya. "Aku tidak tahu, tetapi kalimatnya terdengar mengerikan untuk sebuah kue keberuntungan."

"Hei, keberatan aku ikut bergabung bersama kalian?"

Seorang pria berpakaian seragam angkatan darat tiba - tiba datang dan mengambil posisi disebelah Austin. Tubuhnya yang tinggi tegap langsung dirangkul lelaki blasteran Amerika - Korea tersebut. Membuat Minho melirik - lirikkan matanya dengan takut kepada Jaejoong yang berdiri disamping kanannya.

Jaejoong tahu betul siapa dia. Ground Director dari Defence Security Command (DSC) yang tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya sendiri, Jung Yunho.

"Senang bertemu anda, dokter Choi Minho dan agen.... Jung?" Ujar Yunho sambil menaikkan satu alisnya saat menjabat tangan Jaejoong.

"Ugh, terserah saja." Jaejoong memutar bola matanya malas, diiringi tawa Austin dan Minho yang lebar di sampingnya. Senang sekali sepertinya mereka bisa menggoda suami ㅡ istri yang juga teman - temannya ini.

"Aish, Kolonel Jung, jangan goda istrimu begitu. Nanti mukanya bisa merah seperti udang rebus." Ledek Minho menahan tawanya. Bibirnya bahkan terasa geli saat mengucapkan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.

Dasar bocah - bocah sial. Geram Jaejoong daam hati. Ia sudah menduga akan bertemu dengan suaminya tersebut disini.

"Hyung, apakah DSC akan langsung membawa korban ke..... laboratorium forensik mereka?" Tanya Jaejoong mengalihkan perhatian ketika ia melihat tubuh Kim Hee Sang mulai dipindahkan dengan kantong mayat milik agen penyelidikan militer tersebut.

"Oh, tentu. Austin akan mengantar Choi Minho untuk ikut dengan mereka untuk memberikan data penerbangan, transaksi bank sementara dan data CCTV yang sudah dikumpulkan Hyesung semalam untuk dipresentasikan."

"Tapi hyung aku yang dikantor bersama Hyesung semalam? Kenapa bukan aku saja?" Tanya Jaejoong.

Seho menghela nafasnya panjang, "Aku sudah mengirimkan copy data pada Austin semalam dan melakukan teleconference lewat Skype diruanganku. Jadi dia sudah tahu semua data yang dibutuhkan, Jae. Untuk berjaga - jaga jika kau tak bisa karena harus menjemput anakmu."

"Apa? Kau? ....." Tunjuk Jaejoong pada Austin yang sedang terkikik di belakangnya.

Tidak bisa. Ini pengkhianatan.

"Tapi hyung....."

"Pulanglah, kau bilang kau harus menjemput anakmu setelah jam makan siang bukan. Perlu waktu hampir 1 jam menuju sekolah anakmu di Dankook dan Yeonsan. Mereka pasti menunggumu."

Lalu, Jaejoong akan pulang menggunakan mobil siapa? Bukankah dia datang dengan mobil Austin tadi?

"Butuh tumpangan, sayang?" Tawar Yunho sambil mengedipkan satu matanya pada sang istri.

Sial, kali ini justru ia yang disabotase!

"Hyung? Apakah kalian bersekongkol sebelumnya, huh?" Selidik Jaejoong kepada Seho yang hendak masuk ke dalam mobilnya untuk meninggalkan area TKP, ia sepertinya akan juga akan ikut dengan Austin dan Minho.

"Apa kau pikir kami merancang kasus ini hanya untuk mendamaikanmu dengan suamimu? Tidak nak, dan sebaiknya kau segera pergi sebelun jalanan mulai macet."

Seho tersenyum mengejek. Lelaki paruh baya dengan badan gempal tersebut menutup pintu mobilnya. Disusul dengan Austin dan Minho yang sudah masuk ke dalam mobil persis di belakang milik Seho. Sial.

"Waktu makan siang tidak panjang sayang, jika kita ingin sampai tepat waktu, naiklah segera."

Jaejoong mendengus kesal. Ia tidak mau, ide untuk menjemput kedua anaknya dengan mobil Yunho merupakan ide yang buruk dan mengerikan. Apalagi jika membayangkan reaksi Changmin.

"Sebaiknya aku mengambil taksi saja, Jung. Dan jangan mencampuri urusan keluargaku." Ucap Jaejoong setengah membentak. Beruntung ia masih menahan diri.

"Keluarga kita, Jae. Kita akan menjemput anak - anak bersama. Oke?"

Yunho menarik paksa tangan Jaejoong ke mobil jeep mewahnya. Mobil tipe Z class keluaran Mercedes Benz dengan warna metalik yang saat itu harganya nyaris menyentuh angka USD $150,000. Sebuah hadiah spesial yang dikumpulkan dari separuh gaji bulanan Jaejoong selama 1 tahun dan ingin ia hadiahkan kepada sang suami dua tahun lalu. Tepat saat makan malam di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-13.

Mobil yang memiliki banyak kenangan keluarganya.

.
.
.
.

Untuk yang bertanya kenapa saya tidak pakai banyak istilah Korea, karena saya ingin ff ini lebih gampang dipahami oleh teman - teman. Jadi saya hanya menggunakan istilah umum yang biasa dipakai oleh orang - orang Korea seperti dalam bentuk panggilan.

Semoga kalian suka dengan alur cerita ini. Untuk awal dari kasus Pearl Harbor ini, Caca akan cerita di beberapa chapter lagi ya 😊😊

Bon Voyage •  [YUNJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang