12. Psycho

132 9 0
                                    

siwon POV.

prang...

aku mendengar suara barang pecah dari luar dan jimin langsung meninggalkanku, sebelum aku beranjak untuk menyusul jimin keluar, ada segerombolan orang yang memegangi kedua tanganku tiba-tiba. aku mencoba untuk berontak dan memang sepertinya mereka adalah para pengawal jimin. dilihat dari tato ditangan mereka yang bertuliskan PM dipergelangan tangan mereka. aku berontak dan berhasil lepas tapi sayang datang lagi pengawal lainnya menghampiriku dan langsung meninjuku membabi buta hingga tubuhku jatuh kelantai. mereka mengangkat tubuhku dan langsung mendudukan ku dikursi serta mengikat kedua tangan dan kaki di kursi. aku sungguh menyesal menerima undangan jimin untuk datang ke kantornya, aku sudah salah berurusan lagi dengan keluarga park itu. saat kesadaranku mulai menipis aku mendengar suara sarang yang memanggilku dengan sangat keras dan seketika membangunkan kembali semua kesadaranku.

Sarang POV.

"oppa.... apa yang kau lakukan padanya park jimin! hingga membuatnya seperti ini?" aku memukuli dadanya dengan sisa tenaga yang kupunya.

"itu hanya peringatan kecil untuknya karena sudah mengganggu hubungan kita" tatapan jimin sangat mengerikan saat ini. Apakah benar dia park jimin ku yang dulu?.

"ini semua tidak ada hubungannya dengan oppa ku masalah ini adalah masalah kita jangan sangkut pautkan orang lain pada masalah ini" teriakanku menggema diruangan yg hening ini.

"dan kamu ingin pergi dari ku kan? Akan ku buat kamu tidak bisa pergi selangkah pun dari ku" ancam jimin pada ku.

"jangan pernah mengancam ku park jimin, sekarang lepaskan oppa ku dan aku tidak akan muncul dihadapanmu lagi" tangisku semakin menggugu melihat betapa kejamnya jimin pada siwon oppa.

"aku tidak pernah mengancammu sekarang mari kita buktikan kau lebih memilih pergi dari ku dan membawa mayat oppa mu atau bersama ku dan akan menjamin keselamatan oppa mu bagaimana?" tawaran jimin bagaikan terompet kematian di telingaku aku sungguh bingung harus bagaimana lagi.

"aku tidak ingin memlilih keduanya" aku berlari menghampiri oppa ku yang sudah tak berdaya itu hati ku sungguh sakit melihat itu dia yg biasanya dengan gagah melindungiku dari semua bahaya sekarang terduduk lemas seperti ini. Aku hampir saja menyentuh wajah siwon oppa sebelum tangan jimin menarikku dengan kuat dengan pistol yang ditunjukkan kepada siwon oppa. Sejak kapan ada pistol ditangannya itu.

"dengar aku tidak main-main dengan semua ucapanku sarang sekarang pilih hidup dengan ku atau pergi dari ku bersama mayat oppa mu?"

"dasar brengsek begitu mudahnya kau membunuh seseorang hanya untuk sifat keegoisanmu itu park jimin dasar psycho..."

"waktumu tidak banyak ssayang....mungkin satu tonjokan saja sudah cukup untuk membunuhnya ahh seharusnya aku tidak perlu repot-repot membawa pistol" ucap jimin seakan tak mendengar ucapan ku sebelumnya.

Aku sungguh sangat bingung dengan semua ini apa yang harus aku pilih? Melihat oppa seperti itu sungguh membuat dadaku sesak.

"baiklah aku memilih bersama mu tapi dengan syarat jangan sentuh oppa ku lagi" aku memilih jimin karena setelah oppa ku sembuh aku akan kabur dari nya aku sudah menyusun berbagai rencana licik untuk kabur darinya.

"bawa dia ke rumah sakit" ucap jimin pada penjaganya.

"baiklah sekarang ikut aku" mendengar ucapan jimin aku sedikit enggan beranjak aku ingin terus bersama oppa ku. Tapi melihat tatapan jimin seketika aku bergidik ngeri dan mengikuti semua langkah kakinya.

Jimin menarikku menuju ke mobilnya tanpa banyak tanya aku langsung mengikutinya di belakang dan masuk kedalamnya. Suasana didalam mobil sangat hening sampai deru napasnya terdengar di telingaku. Sampai di daerah yang menurutku sedikit jauh dari pusat kota jimin memarkirkan mobilnya didepan rumah yang sangat indah. Apa ini rumahnya? Tanya ku pada diri sendiri. Tapi kenapa dia membawaku kerumahnya? Jangan-jangan dia ingin menyentuhku lagi ohhh sungguh membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri.

"ini rumahku jika itu pertanyaan yang ada dikepalamu. sekarang masuklah kau akan tinggal disini denganku" perkataan jimin seketika menyadarkan ku.

"apa maksud mu untuk tinggal bersama? Aku akan kembali kerumah ku dan menjaga oppa ku" aku sedikit tersulut emosi dengan maksud nya.

" apa perlu kujelaskan maksud ku bersama ku ya tinggal bersama ku disini choi sarang"

"apa kamu tidak bisa membayangkan park jimin jika jadi aku kau sudah begitu banyak membohongi ku membodohiku dengan wajah polos mu itu dan sekarang kau ingin mengurungku dirumah mewah mu ini? Kamu memang sudah gila" berhasil jimin kamu berhasil kembali menyulut amarahku lagi.

"aku tidak bisa menjamin jika aku membiarkanmu tinggal di rumah mu sendiri kau tidak akan kabur dari ku aku tidak sebodoh itu sarang...sekarang ayo masuk aku akan menunujukkan kamar kita" perkataan jimin sungguh membuatku bergidik ngeri.

"apa maksudmu dengan kamar kita, sudah tidak ada hubungan lagi antara kita jimin kuingatkan sekali lagi aku bukan lagi pacarmu dan untuk sekamar dengan mu aku sangat menolak" aku melihat raut muka jimin yang mulai berubah dan rahangnya yang mengeras dengan mata menatap tajam padaku.

"kamu berani membentakku sarang? Apa kau lupa dengan hal yang kita lakukan kemarin mungkin sekarang kamu sudah hamil dan kamu semakin tidak bisa bisa lepas dariku"

"jangan moncoba mengancamku lagi" aku sedikit terpaku dengan isi kamar jimin sungguh sangat luas diluar jendela langsung berhadapan dengan pegunungan yang sangat indah.

"jangan moncoba mengancamku lagi" aku sedikit terpaku dengan isi kamar jimin sungguh sangat luas diluar jendela langsung berhadapan dengan pegunungan yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"aku tidak pernah mengancam mu kita lihat saja nanti sekarang masuklah kekamarku istirahatlah karena aku harus mengurus sedikit urusan diluar. dengar! jangan pernah mencoba kabur dari ku di depan pintu kamar ini akan ada penjaga yang akan selalu menjaga mu."

Jimin keluar kamar dan mengunci pintunya dari luar. Aku seketika termenung di dalam kamar sendirian dan memikirkan segala cara agar bisa keluar dari sini dengan siwon oppa. Serta kembali hidup tenang seperti dulu sebelum aku mengenal cinta. Tanpa sadar air mataku kembali keluar aku sudah lelah menangis entah ini sudah keberapa kalinya. Seperti biasa setelah lelah menangis aku pun tertidur.

Jimin POV.

Aku pergi ke belakang rumah untuk memeriksa apa anak buah ku sudah melaksanakan semua perintah ku.

"apa kau sudah membawanya kesini?" tanya ku pada salah satu orang kepercayaan ku.

"sudah bos dia sudar terkapar tak berdaya"

Aku menghampiri seorang pria yang tadi sempat menyentuh sarang. Dia adalah satpam di perusahaan ku dan dengan lancangnya dia menyentuh milikku. Aku melihatnya dengan tatapan penuh amarah.

"inilah akibatnya jika kau menyentuh milikku"

"ampuni saya tuan saya sungguh menyesal"

"aku bukan tipe orang yang gampang membebaskan tawanan, aku ingin sedikit bermain denganmu sudah lama aku tidak menyayati kulit manusia lagi itu akan sangat menyenangkan sekali"

" Tak peduli dengan semua orang menentang ku untuk bersama mu bahkan seluruh dunia sekalipun. aku akan tetap berusaha untuk hidup bersama dan menahanmu di sisiku"

Pjm

Jangan lupa vote dan commentnya ditunggu💜💜

My Liar  PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang