Bab 1: Tebing

83 14 1
                                    

Tebing batu, pasir kuning, terik matahari yang mulai redup, air biru, dan garis cakrawala yang diwarnai dengan tawa dua wanita yang sedang mengumpulkan kulit kerang. Perawakan mereka sama, tinggi mereka sama, wajah mereka sama. Tanpa baju yang berbeda warna, mereka nyaris tidak dapat dibedakan.

"Rasakan ini!" teriak wanita bergaun biru. Ia menciprat-cipratkan air pada wanita bergaun merah.

"Kakak, berhenti! Gaunku basah!" Ia melindungi wajahnya dari cipratan air beruntun dari kakaknya.

"Berhenti? Sejak kapan kamu takut pada air, Ellie?" Si kakak kembali mencipratkan air ke wajah adiknya.

"Kalau begitu, rasakan balasanku, Rea!"

Mereka saling menciprati, tertawa riang gembira dengan gaun yang hampir basah seluruhnya. Keranjang berisi kulit kerang yang telah mereka kumpulkan, terayun ke kiri dan ke kanan mengikuti liuk tubuh mereka.

Di pinggir pantai itu, mereka mencoba mengingat memori. Memori beberapa tahun silam yang hampir terlupakan oleh keduanya.

"Sudah lama rasanya kita tidak bermain seperti ini, Re." Ellie tersenyum melihat kakaknya. Tangannya memeras gaun bagian bawahnya yang basah kuyup.

"Rasanya baru kemarin bermain di sini bersama Da dan Ma, sekarang tinggal kita, El." Ia tak ambil pusing dengan gaunnya yang basah. Hanya tinggal melepaskan pengait gaun bawah dan 'voila' kain yang menutupi kaki jenjangnya itu terhempas. Kini, hanya celana putih menggembung berenda putih yang tersisa di sana.

Mereka bersantai di pinggir tebing, duduk sambil mengayunkan kaki ke depan dan ke belakang. Laut menghampar luas. Sudah hampir malam, semburat senja masih terlihat di ujung cakrawala.

"Ya, rasanya baru kemarin juga aku pacaran dengan Tom. Kini kau bahkan punya anak darinya." Ellie tiba-tiba menatap Rea dengan sorot mata tajam dan senyuman termanis.

"Yah, dua anak yang manis. Kakak penyayang dan adik yang pengertian. Persis seperti papanya." Rea menunduk menatap gaunnya. Senyum keibuan muncul di wajah ovalnya.

"Yah, anak-anak manis yang tidak kau perkenalkan padaku. Apa Tom tahu kita kembar, Re? Aku hanya tidak di sana dua hari dan kalian sudah menikah, hihihi." Ellie tersenyum pada Rea. Menatap kakaknya itu dengan sorotan mata yang tidak dapat diterjemahkan.

"Ya, dua hari. Hari penting. Hari pernikahan kalian," balas Rea tak mau disalahkan.

"Kita tahu siapa penyebabnya, Rea. Kau mengurungku!"

"Iya, aku tahu. Karena itu aku mengajakmu ke sini. Aku akan menghilangkan siapa pun yang–aaa–" Dorongan kuat membuat Rea terjun bebas ke batu karang di bawah tebing, lalu Ombak menyapu tubuhnya.

"Aku tahu kembaranku sayang. Aku tahu rencanamu. Sekarang, selamat berjumpa dengan Ma dan Da. Aku akan mengambil kebahagiaanku. Selamat tinggal kembaranku, Rea. Selamat tinggal Ellie. Rea yang baru sudah terlahir kembali."

 * * *

[Completed] Behind The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang