Senja menjingga
Daun luruh ke danau
Air meriak
~~~
Tommy menatap selembar kartu berisi haiku yang ia tuliskan untuk Ellie.
Ia ingat sekali, saat itu sore hari di musim gugur, mereka bermain di samping danau keruh dekat gereja tua. Daun-daun kering berjatuhan menimbulkan riak kecil. Dia dan Ellie, duduk di pinggirnya dengan rambut kemerahan, menyatu dengan pemandangan musim gugur di sekitarnya.
Tommy sungguh makin terpesona pada gadis itu. Ia telah mengenal Ellie seumur hidupnya. Mereka besar bersama. Tumbuh bersama. Berbagi kenangan hidup bersama. Kemana pun Ellie-nya pergi, di situlah Tommy mengikuti.
Ia tahu segalanya tentang Ellie. Ellie punya saudara kembar bernama Rea. Ellie yang menyayangi Rea. Ellie yang suka sekali melukis di pinggir danau. Ellie yang mencintai hewan-hewan kecil. Ellie yang ramah. Ellie yang sangat sempurna di matanya.
"Kamu melihat apa, Sayang?" Suara Ellie memecahkan lamunannya. Wanita itu memeluknya dari belakang dengan tangan kanan, mencium ubun-ubunnya dengan lembut.
"Kamu masih ingat kartu ini?" Ia menunjukkan kartu berwarna jingga pada Ellie.Wanita itu tersenyum. "Tentu saja, ini adalah kartu yang kau berikan padaku setelah seharian melukisku di pinggir danau keruh belakang gereja tua." Ellie tampak sumringah.
"Wah, kau masih mengingatnya?"
"Aku ingat saat itu aku tertidur di kamarmu karena kelelahan."
"Kau ingat itu juga?"
"Tentu saja, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Hari itu, kau menyatakan cintamu padaku, Tommy." Ellie berbisik di telinganya, memeluk pria itu kuat.
"Padahal, wanita yang kunikahi, tak pernah mengingat hingga sedetil itu," lirih Tommy membalas bisikan Ellie. "Kau ... benar-benar Ellie."
Tawa renyah wanita itu terhenti seketika. Tubuhnya menegang.
"Kau tahu, El, sepuluh tahun lalu, kukira kau hilang ingatan. Aku mencoba mengingatkanmu pada semua kenangan manis kita, tapi kau tak mengingatnya sama sekali. Hingga suatu saat aku akhirnya paham, bahwa yang kunikahi memang bukan kau."
"Tom ... aku bisa menjelaskan semuanya."
"El, di mana Rhea?"
"Tom, aku sudah kembali. Bukankah kau mencintaiku?"
"Ellie, di mana istriku?!"
"Tom, kini sudah tidak ada yang menghalangi kita untuk bersatu!"
"Di mana ibu dari anak-anakku! Katakan!" teriak Tommy membuat wanita itu terhentak mundur dari belakang tubuhnya. "Aku sudah tahu yang kunikahi bukan Ellie sejak si kecil lahir. Rhea sudah mengakui semuanya padaku."
"Berarti, kau juga tahu kalau aku belum mati? Kalau istrimu mengurungku di hari pernikahan kita? Membuat orang lain memperkosaku? Kau tahu semuanya?"
"Aku ... tahu."
"Kenapa kau tidak mencariku, Tom?"
"Karena Rhea istriku dan selama sepuluh tahun ini, dia yang menemaniku di saat aku benar-benar jatuh. Cintaku padanya tumbuh, El." Tommy menunduk, tidak berani menatap mata wanita yang pernah menjadi tempat hatinya berlabuh.
"Kau tahu, kau jahat, kan, Tom?"
"Aku hanya seorang suami, El."
"Suami yang baik akan menemani istrinya, bukan?" bisik Ellie perlahan. "Mari kubantu kau menemani Rhea ke neraka."
Mata Tommy mendelik. "Kau ...." Tanpa aba-aba, cairan hangat merembes dari punggungnya seiring dengan rasa sakit yang memuncak. "El ...."
"Ya, dia mati. Kau juga." Ellie memeluk tubuh Tom dengan erat. "Tenang, Sayang. Aku tahu semuanya."
Terbatuk-batuk Tommy membalas, "Kau ... monster."
"Kalianlah yang menciptakan monster ini," bisik Ellie tepat di telinga Tommy, perlahan menarik pisau yang menancap tepat di punggung pria itu dengan gerakan yang lambat dan menyiksa. "Selamat tinggal, Sayang."
Lalu, Tommy tak sadarkan diri.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Behind The Truth
Mister / ThrillerEllie dan Rhea adalah gadis kembar yang berbeda nasib. Salah satu dari mereka pasti bernasib buruk saat yang lainnya bahagia. Keduanya tumbuh besar di tengah keluarga yang mencintai mereka. Awalnya semuanya baik-baik saja, hingga akhirnya keduanya j...