8. Don't Go [sequel] (Taeyong)

1.7K 197 13
                                    

Req by Hitanin and asthctxxo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Req by Hitanin and asthctxxo

!!! : ini sequel don't go ya, jd point of viewnya si babang tiwaii. Baca yg chapt sblm ini dlu yaa
Selamat membaca~

[Hari Selasa pukul 2.00 dini hari terjadi kecelakaan tunggal. Sebuah mobil Porsche putih melaju dengan kecepatan 140km/jam dan menabrak batas jembatan Banpo. Mobil terpental sejauh 7 meter setelah menabrak batas jembatan. Setelah diidentifikasi, korbannya adalah Cha Se Kyung, direktur dari CHA Company. Nona Cha dikonfirmasi tewas di tempat.]



Ini, pasti mimpikan?

Rasanya telingaku berdenging dan suara di sekitarku mendadak lenyap. Ponsel yang kugenggam jatuh begitu saja setelah membaca berita itu. Tidak peduli dengan orang-orang yang menatapku aneh, aku memungut kembali ponselku yang sedikit retak di sudut layar kanannya.

Sekyungie, ah... aku tidak pantas memanggilnya Sekyungie. Jika, aku tidak membentaknya kemarin, apa mungkin ia tidak akan pergi selamanya dari dunia ini?

Aku baca sekali lagi artikel itu, berharap kalau mataku keliru. Tidak, nama Sekyung ada disana, tertera sebagai korban satu-satunya.

"Taeyong, presdir CHA ingin bertemu denganmu," ucap Jungwoo sambil menepuk bahuku.

Ayah Sekyung mencariku? Aku segera berjalan ke ruang kerjaku, dimana ayah Sekyung menunggu. Setibanya di sana, aku melihat pria paruh baya itu memakai baju serba hitam dan duduk di salah satu sofa.

"Abeoji."

Pipiku langsung memanas dan kepalaku berdenyut sejenak. Kurasa sudut bibirku sedikit robek dan berdarah. Ayah Sekyung menghajarku sekali. Tersirat kekecewaan di wajahnya.

"Aku bukan ayahmu, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi."

Aku hanya dapat terpaku di sana, menunduk dan menunggu ayah Sekyung melanjutkan ucapannya.

"Aku tahu aku Ayah yang gagal. Aku hanya dapat mempercayai kebahagiaan putriku kepadamu. Sekretaris Sekyung bilang sebelum pergi dari kantor ia menemuimu. Tapi ia malah jadi bahan tertawaan karyawanmu. Aku kecewa sekali denganmu, Lee Taeyong," ucap Ayah Sekyung dengan penekanan di setiap kata-katanya.

"Pemakamannya besok, sampaikan maafmu untuk yang terakhir kalinya dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku," ucap Ayah Sekyung sebelum pergi dari ruang kerjaku.

Mataku memanas. Rasa sakit dari sudut bibirku seolah-olah menguap begitu saja. Memori-memoriku bersama Sekyung sejak awal pacaran 3 tahun lalu mulai memenuhi pikiranku dan mengingatkan masa-masa indah yang kami lalui bersama.

Ini semua salahku. Bukan hanya aku yang jenuh dan lelah terhadap pekerjaan. Dibandingkan denganku, Sekyung jauh lebih lelah. Baik fisik maupun psikisnya. Tapi, semua sudah terlambat.

***

Upacara pemakaman telah selesai. Awalnya, aku ingin tinggal lebih lama di sana. Namun, semua teman dekat dan sekretaris Sekyung tampaknya tidak setuju akan hal itu. Mereka bersikeras agar aku menjauh dari Sekyung.

Tak ada pilihan lain, aku harus menunggu mereka semua pergi terlebih dahulu. Jadi aku memutuskan untuk menunggu di mobil.

"Taeyong?"

Sebelum aku masuk ke mobil, ada suara yang memanggilku, ternyata itu ibu Sekyung. Wajahnya tampak lelah dengan mata yang sembab. Garis halus wajahnya terlihat semakin kentara dibanding sejak terakhir kali kami bertemu.

"Aku sungguh tak mengira kalau Sekyung akan pergi terlebih dahulu," ucap ibu Sekyung sambil menahan tangisannya. Wajahnya memerah.

"Masalah keluarga kami membuat hubungan kalian renggang, aku minta maaf atas hal itu. Tapi video yang karyawanmu sebarkan itu, sungguh membuat hatiku sakit."

Otakku kembali mengingat adegan saat Sekyung datang ke kantorku 2 hari lalu. Ia bahkan jadi tontonan gratis semua orang. Beberapa karyawanku juga merekam adegan itu. Bagaimana bisa aku buta terhadap semua hal itu dan lebih mementingkan diriku sendiri?

"Aku dan ayahnya bercerai. Aku harap beban putriku akan berkurang setelah itu. Setelah perusahaan bangkrut, aku harap ia dapat mengejar apapun yang menjadi mimpinya. Ia tidak suka memimpin perusahaan. Bahagianya Sekyung hanyalah kau seorang, Taeyong."

"Kau mungkin kehilangan pacarmu, tapi aku kehilangan putriku satu-satunya. Namun kini, ia tidak perlu merasa sakit lagi. Dunia ini terlalu kejam untuk dirinya yang rapuh."

"Ya Tuhan, aku bahkan tidak peduli dengan gangguan psikis yang Sekyung alami selama ini." Ibu Sekyung menghela napasnya sejenak. Air matanya kembali jatuh.

"Jelaskan semua padanya Taeyong, ibu pulang dulu."

Ibu Sekyung menyeka airmatanya  dan pergi setelah menyelesaikan kalimatnya. Dengan berat, aku pun kembali ke makam Sekyung setelah semua orang pergi.


***

"Kyung, baru saja kemarin kita bertemu. Mengapa kau pergi secepat ini."

Aku berlutut di samping makam Sekyung. Hujan gerimis mulai membasahi pakaian yang aku kenakan, tapi rasanya seperti ada hujan deras yang memukul-mukul punggungku. Berat sekali.

"Aku menyesal atas tindakanku kemarin, hiks kumohon kembalilah Kyung."

"Kau boleh menghukumku, memukulku, menghajarku sepuasnya atau bahkan menganggapku tidak ada. Tapi, jangan meninggalkanku seperti ini, ini terlalu berat Kyung."

Jika Sekyung dapat melihatku, kurasa ia pasti akan menertawaiku, meremehkan diriku atau bahkan ingin mengusirku pergi. Tidak ada yang bisa kau lakukan selain menyesal, Lee Taeyong.



Jika kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya, jangan dekat-dekat denganku Kyung. Carilah seseorang yang jauh lebih baik daripada pria brengsek ini.








Okaii~ ini sekuelnya ya hehe
Maap klo kurang ngefeel😭
Ehehe jgn lupa vommentnya yaa

Mau request silahkan aja jgn malu" hehe... Mana tau aku udah ada ceritanya tp lum d publish


story ini draftnya ada 43 chapt guys~😁


[EDIT] 7/10/20

Revised! Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

SKZ and NCT As Your...✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang