24. Complicated Feelings (Qian Kun)

907 94 1
                                    

If you guys don't mind please leave some comment, it's my happy pills💊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

If you guys don't mind please leave some comment, it's my happy pills💊



C o m p l i c a t e d.

Jika kamu membaca sebuah buku hingga tamat, tidak mungkin kamu membaca ulang buku itu dan berharap mendapat ending yang berbeda bukan?

Tidak bagi Park Hyejin. Ia terus membaca buku itu berulang kali dan berharap endingnya dapat berubah sesuai keinginannya.

Bodoh? Memang

Kini ia tengah berdiri di depan cafe yang ditutupi oleh kaca transparan. Pandangannya terfokus ke satu titik, tepatnya di meja paling ujung yang sedikit menjorok ke dalam. Ada sepasang kekasih yang tengah menautkan bibir satu sama lain tanpa peduli dengan tatapan orang di sekitarnya.

Saat itu juga dunia Hyejin seolah-olah runtuh untuk yang kesekian kalinya. Telinganya mendadak tuli akan suara-suara berisik di sekitarnya dan pandangannya hanya terkunci kepada sepasang insan itu, yakni Lee Taeyong dan kekasih barunya.

Lagi-lagi air mata Hyejin jatuh menangisi hal yang sama. Padahal ia telah tahu apa akhir bagi dirinya dan Taeyong, tidak akan ada akhir yang bahagia untuk kisah mereka berdua. Namun, memang pada dasarnya keras kepala, Hyejin menolak untuk beralih dan memilih untuk disakiti berkali-kali oleh pikirannya sendiri.

Tiba-tiba tubuh mungil Hyejin dibalik kasar oleh seseorang dengan cepat, memaksa Hyejin untuk berhadapan langsung dengan pelakunya. Dengan sisa jejak air mata yang masih belum diseka, mata Hyejin membulat dan mulutnya terkatup rapat ketika melihat sosok pria di hadapannya yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin menahan amarah.

"Qi—Qian Kun?"

Pria bersurai coklat itu pun segera membawa Hyejin menuju ke belakang cafe yang sepi. Untung saja suasana di sekitar cafe tidak terlalu ramai, jadi tidak akan ada orang yang salah persepsi terhadap perlakuan Kun kepada Hyejin barusan. Tanpa pemberontakan apapun, Hyejin pasrah saja ketika Kun menariknya. Gadis itu terlalu sibuk untuk mengendalikan perasaannya yang sedang tidak karuan.

Di belakang cafe yang tidak dilalui orang, Kun memegang kedua bahu gadis itu dan membuat Hyejin mau tak mau harus menatap kekasihnya yang sedang tersulut amarah. Walau Kun ingin sekali berteriak di hadapan Hyejin dan memarahi gadis itu, ia tetap berusaha mengontrol emosinya. Tidak sepatutnya ia memperkeruh suasana. Lagipula bukan sekali dua kali kekasihnya itu berbuat demikian.

"Park Hyejin, kumohon—"

"Maafkan aku."

Tidak memberikan kesempatan bagi Kun untuk berbicara, Hyejin langsung meminta maaf. Ia tahu ia salah. Ia adalah orang bodoh yang berharap Taeyong masih akan menoleh padanya, padahal mantan kekasihnya itu telah bahagia dengan seseorang. Ia terus menyangkal akan kenyataan yang telah terpampang nyata di hadapannya.

"Hyejin, sadarlah! Kau punya aku! Tolong jangan cari Taeyong lagi, ia tidak akan kembali!"

Secara tak sadar, Kun mencengkram kedua bahu Hyejin kuat. Akibatnya Hyejin meringis di tengah isakannya. Ia takut dengan sisi Kun yang seperti ini. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ia tidak bisa berhenti dan terus melakukan hal yang sama lagi hingga Kun tersulut emosi.

"I-I can't. Aku tidak bisa melupakan Taeyong. Maaf, Kun."

Ada jeda keheningan di antara mereka berdua dalam beberapa sekon. Kun melepaskan cengkramannya saat sadar kalau Hyejin kesakitan akibat perbuatannya. Tangannya beralih mengenggam jemari Hyejin dan mengelusnya lembut. Ia menghela napas pelan dan berusaha untuk merangkai kata-kata penuh pertimbangan yang akan ia ucapkan kepada gadis keras kepala di hadapannya itu.

"Hyejin, aku tahu 7 tahun itu bukanlah waktu yang singkat. Kebersamaanmu dengan Taeyong jauh lebih membekas dihatimu daripada saat kau bersamaku bukan? Tapi walaupun begitu kalian telah berakhir Hyejin-ah." Kun menjeda sebentar ucapannya.

"Kau tidak mencintainya lagi. Kau hanya terus menyangkal akan fakta bahwa kalian telah berakhir dan 7 tahun yang kalian habiskan bersama terbuang sia-sia begitu saja."

Entah mengapa, Hyejin merasa tertampar oleh ucapan Kun barusan. Walaupun begitu, ia tidak berniat untuk menyangkalnya.

"Sekarang kau punya aku, yang berstatus sebagai kekasihmu sekarang. Jangan berusaha memastikan hal yang tidak perlu dipastikan lagi Hyejin. Memastikan bahwa Taeyong telah berpaling darimu hanya akan menyakiti hati. Itu adalah hal yang tidak perlu."

"So Hyejin please, don't hurt yourself again."

Kilatan amarah yang semula terkunci di kedua manik Kun meredup. Ia memang tak sanggup marah dengan gadis yang resmi menjadi kekasihnya 3 bulan yang lalu itu. Walaupun Hyejin terus melakukan hal yang sama berulang kali, Kun terus berusaha mengerti akan keadaan gadis itu.

Bagaimana tidak, tahun-tahun yang Hyejin dan Taeyong habiskan bersama bukanlah waktu yang singkat. Fakta bahwa Taeyong bermain api di belakang Hyejin dan memutuskan untuk melepaskan hubungan yang telah terjalin lama membuat Hyejin trauma. Bahkan Taeyong tidak ingin repot-repot untuk menoleh sedikitpun.

"A-aku janji, aku tidak akan mencarinya lagi, Kun. Maaf jika aku terus menyakitimu."

Hyejin menunduk dengan setumpuk rasa penyesalan yang menghinggapi hatinya. Rasanya ia masih enggan mengakui kalau Taeyong telah berpaling darinya. Namun, di hadapannya kini ada seseorang yang telah ia sakiti hatinya. Kali ini, Hyejin merasa seperti orang yang paling jahat di dunia.

"Aku juga tidak tahu mengapa aku terus mencarinya. Jika kau lelah, kau boleh meninggalkanku Kun. Aku jahat."

Dengan perlahan, Kun membawa Hyejin ke dalam rengkuhannya seraya mengelus surai hitam gadis itu pelan. Di dalam dekapan Kun, Hyejin mengerjapkan matanya beberapa kali. Aroma parfum yang Kun gunakan membuat Hyejin sedikit lebih tenang. Tanpa membalas pelukan kekasihnya itu, ia membenamkan wajahnya di dada Kun untuk sementara waktu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Tapi bolehkah aku minta sesuatu?" tanya Kun pelan.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu, Hyejin mundur selangkah dan menatap kedua manik mata Kun dan menuntut penjelasan dari kalimat yang pria itu ucapkan.




"Kamu ikut terapi lagi ya? Jangan takut, aku akan menemanimu," tutur pria itu.

Dengan jejak airmata yang telah mengering, Hyejin menatap kedua manik mata Kun lekat. Ia pun mengangguk pelan dengan ragu, takut kalau ia tidak bisa menjalani terapinya hingga selesai dan berujung mengecewakan Kun lagi.

"Aku akan terus menemani terapimu hingga selesai. Jadi jangan khawatir ya?"

Tepat sasaran! Bagai tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Hyejin, Kun menampis rasa khawatir yang bersemayam dalam benak Hyejin. Setidaknya ia harus terus mendukung Hyejin agar lepas dari trauma yang membelenggu hidupnya.

















YUHUU APDET LAGII~ 😱

akhir-akhir ini tugas kuliah numpuk dan kerjaan lagi macet jadi susah bagi waktu buat nulis huhu~

Tapi kalau lagi ada ide, aku bisa gercep banget guys nulisnyaa
Jadi kalau mau request, boleh banget!

Btw aku ngerasa isi workku random banget genrenya hehe,
Intinya aku lagi baca genre apa, pasti aku dapat ide dan bakal nulis genre itu~ RANDOM SEKALI

dan aku bakal mulai revisi work ini yaa~ tetap di update kok paling lama seminggu sekali



Stay safe healty happy yall!!

Oh ya, jgn lupa cek work sebelahku ya💕

SKZ and NCT As Your...✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang