57. Never Let You Go Again (Jeno)

444 40 3
                                    

ft. Jeno

(Yap, Jeno lagi. Maap saya bucin Jeno :')


Cuaca hari itu cerah, bahkan dapat dikatakan sempurna untuk kegiatan di luar. Tepat di lapangan salah satu universitas, para mahasiswa baru yang memakai kemeja putih berkumpul dan berbaris sesuai kelompok masing-masing. Di sekitar para mahasiswa baru, senior-senior yang berpakaian kasual dan dilengkapi dengan almamater biru tua tampak sibuk mengatur barisan sembari mengenggam selembar kertas absen dan juga pena.

Walau ada banyak orang yang berkumpul, nyatanya eksistensi seorang pemuda berkulit putih dengan tinggi di atas rata-rata sukses menyapu atensi setiap pasang mata yang menatapnya. Rambut hitam pekatnya yang disisir ke atas membuatnya tampak rapi dan tegas. Wajah dingin pemuda dengan status senior itu mampu membuat para mahasiswa baru—terutama perempuan sibuk membicarakannya. Walau ia hanya mengenakan kaos putih polos dengan almamater sebagai luaran, nyatanya penampilan sederhana itulah yang merupakan ciri khasnya.

Lee Jeno adalah nama pemuda itu. Sedari tadi, ia sibuk menghitung jumlah kepala mahasiswa baru yang ia urus. Sedangkan rekannya yang juga tak kalah tampan, Na Jaemin, sibuk mengatur barisan dan membagikan tag nama kepada mahasiswa baru. Jika dua mahasiswa senior itu dibandingkan, Jaemin bagaikan cuaca cerah yang selalu tersenyum, sedangkan sifat Jeno mirip seperti cuaca mendung dengan ekspresi wajah yang cenderung datar dan sulit ditebak.

Jam penyambutan telah tiba dan seluruh mahasiswa baru dipersilahkan duduk di atas lapangan. Walau terdengar beberapa suara protes akan lapangan yang berdebu, namun mereka tak punya pilihan lain selain menurut. Dari atas panggung, Park Jihoon selaku perwakilan mahasiswa senior mulai menyampaikan rundown acara yang memakan waktu nyaris seharian itu. 

Di saat orang lain fokus mendengarkan, Jeno kembali mengecek kehadiran mahasiswa baru yang berjumlah sekitar 40 orang itu. Membaca ulang kertas absen di genggaman, pria itu baru sadar kalau mahasiswanya kurang 1 orang. Name tag di genggaman Jaemin juga tersisa 1. Itu artinya, ada yang terlambat.

"Avrielle," batin Jeno sembari berpikir sejenak. Nama itu terlampau familiar di benaknya. Ia yakin pernah mendengar nama itu di suatu tempat, namun ia tidak ingat di mana. Rasanya seperti ada potongan memori yang hilang.

Pemuda itu kemudian melirik ke arah gerbang. Saat itu pula, maniknya menangkap sosok yang familiar. Seorang gadis berambut kecoklatan bergelombang tengah berlari tergopoh-gopoh ke arahnya sembari menenteng tas ransel di tangan kiri. Saat jarak di antara keduanya memendek, gadis cantik itu memperlambat langkahnya dan pandangan keduanya terkunci sesaat.

"Avrielle?" ucap Jeno. Muncul getaran aneh di dadanya saat ia mengucapkan nama itu.

"Maaf, saya terlambat." Avrielle membungkuk tanda permintaan maaf. 

Fokus Jeno lantas terbagi ketika mendengar suara lembut yang sangat membekas di pikirannya itu. Wajah, suara, bahkan tatapan teduh gadis bernama Avrielle itu terlampau familiar baginya. Ia yakin kalau mereka pernah bertemu sebelumnya. Hanya saja, Jeno tidak terlalu ingat kapan dan bagaimana mereka pernah bertemu.

"Hi, do I know you?" Tak lagi memedulikan imagenya sebagai senior tegas, Jeno segera melontarkan pertanyaan yang terus mengacaukan fokusnya. 

"Maybe, yes?" Usai mengucapkan dua kata itu, Avrielle melangkah maju hingga jarak di antara mereka hanya tersisa satu langkah saja. 

"Jeno Jonathan Alexios Leroy, miss me?" bisik Avrielle sembari tersenyum manis. 

Sebaris nama berjumlah 4 kata itu sukses membuka pintu memori Jeno tentang kehidupan lampaunya yang telah cukup lama ia lupakan. Potongan demi potongan memori kehidupan lamanya tiba-tiba memenuhi benaknya dalam sekejap bagaikan puzzle yang telah menemukan kepingannya yang telah lama hilang. Dalam dua kedipan mata saja, Jeno berhasil mengingat semuanya. Ia sempat terkejut dan berusaha memproses apa saja yang baru saja terjadi.

SKZ and NCT As Your...✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang