Haeee ketemu lagi kita🌚
Cuman mau ngingetin kalau part kali ini bener-bener harus dibaca oleh 18+!!!
Oke andersten? Aku tydack mau banyak bachot, langsung saja cekidot!
-
-
-Aku terbangun kala merasakan sedikit silau yang menerpa kelopak mataku. Aku mengerjap, menyesuaikan retinaku dengan sinar matahari yang masuk menerobos melalui celah gorden kamar.
Kulirik jam digital di atas nakas yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Sepertinya aku tidur terlalu malam karena terus kepikiran ucapan cecunguk itu. Untung saja hari ini kuliahku libur jadi tak perlu panik.
Tanganku meraih ponsel yang juga ku letakkan di atas nakas, ada tujuh panggilan tak terjawab dari Jimin serta spam pesan darinya di kakaotalk ku. Dengan rasa bersalah aku menyetel ponselku dari mode getar ke bunyi.
Kuseret kakiku dengan malas, berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Aku sedikit kaget saat melihat presensi Jimin tengah meletakkan sepiring omelet dengan roti bakar di meja makan.
"Hai Ji. Maaf aku tiba-tiba kemari, aku khawatir karena aku beberapa kali menghubungimu tapi tidak diangkat." Katanya cepat saat menyadari kehadiranku. Aku tersenyum dengan bibir yang sedikit kering, kekasihku ini sangat manis. Bagaimana aku tidak tergila-gila padanya.
Aku segera berjalan ke arahnya, memeluknya yang langsung di balas olehnya. Kutempelkan wajahku pada ceruk lehernya. "Gomawo." Bisikku pelan yang kuyakin ia mendengarnya.
"Jangan dipikirkan, sarapan dulu sini."
Setelah menghabiskan sarapan dan mencuci peralatan makan bekas pakaiku, aku menyusul Jimin yang sedang menonton sebuah film kartun yang menunjukkan seekor kucing dan tikus sedang kejar-kejaran.
Aku menghempaskan diri pada sofa yang di dudukinya, menyenderkan kepalaku pada bahunya. Aku mendongak kearahnya yang tengah fokus menonton, "Morning kiss?" Pintaku yang langsung di sambut oleh kecupan singkat darinya.
"Aku mencintaimu, Ji." Lirihnya pelan, mataku bersitatap dengannya.
"Aku lebih mencintaimu, Jim."
Interkom kamarku berbunyi membuatku berdiri diikuti Jimin yang menatapku dengan tatapan 'siapa?' dan aku hanya mengedikkan bahuku tidak tahu.
Jimin lebih dulu berjalan menuju pintu dengan aku yang mengekor di belakangnya. Rahangnya mengeras saat melihat sosok Jungkook pada monitor.
"Dia tahu apartemenmu?" Tanyanya tanpa menoleh kepadaku, tetap memerhatikan Jungkook yang malah memainkan bel interkom membuat bising.
Aku menghela nafas, kuharap sikap kekanakan Jimin tak muncul kali ini. Kekasihku ini sangat cemburuan. "Dia tinggal di kamar depan, Jim." Kataku sebelum membuka pintu yang langsung menunjukkan wajah sumringah Jungkook.
Aku melihat lehernya basah karena air yang merembes dari rambutnya yang sedikit panjang. "Keramas lagi?" Tanyaku setelah memutar bola mataku jengah.
"Rasanya lengket setelah berolahraga." Jawabnya cengegesan, menampilkan gigi bunny-nya. Tampaknya Jungkook masih belum menyadari kehadiran Jimin hingga Jimin berdehem.
"Oh, rupanya kau sedang ada tamu." Celetuk Jungkook santai.
"Apa kemarin aku lupa memberitahumu ya? kalau aku ini pacarnya Jieun."
Jimin menarik tanganku dan menggenggamnya erat seakan-akan ingin memperlihatkan pada Jungkook bahwa kami sedang berada dalam suatu hubungan.
"Sudahlah, Jim. Sekarang dia hanya temanku, tak usah cemburu begitu." Aku sedikit menoel hidungnya yang ternyata sukses membuatnya melunak. "Jeon, tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan hairdryer untukmu." Ucapku menoleh pada Jungkook, ia mengangguk antusias.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY EX
FanfictionNamanya Jeon Jungkook, mantan suamiku. Pria yang dulunya kurus, dekil, dengan rambut yang lepek kini berubah menjadi sosok tampan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya! Dan lagi, setelah berpisahㅡdia kembali masuk dalam kehidupanku. Published at S...