Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca
Jangan lupa pencet⭐ ya kakak.
Afka pov
Suara merdu lantunan ayat suci dari toa Masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah membangunkanku.
Kulihat dia masih setia bergelung di bawah selimut putih gading yang membungkus tubuh mungilnya. Kuperhatikan wajah tenangnya sebentar, setelah itu dengan segera Aku melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Memakai baju koko, sarung serta peci, Aku sudah siap berangkat ke Masjid untuk shalat subuh, walaupun bukan orang yang taat, Aku tahu kalau shalat di masjid adalah kewajiban lelaki, hampir semua shalat fardhu kulakukan di masjid jika tidak ada halangan.
Melihatnya yang masih terlelap Aku urung membangunkan, tapi mengingat sebentar lagi azan akan berkumandang kuputuskan untuk membangunkan.
Mengusap pelan kepalanya, pandanganku beralih pada wajah lelapnya. Sangat ayu, lantaran mata yang biasa menatapku penuh kebencian itu belum terbuka.
"Ayana, Aya bangun udah mau azan," panggilku sambil menepuk pelan bahu kurus miliknya.
Dia menggeram lalu perlahan membuka matanya. Mata yang indah, namun keindahan itu harus dititupi dengan rasa benci yang terpancar di dalamnya.
Setelah sadar dia lansung menyentak bahunya kasar membuat tanganku yang tadi masih berada di atas bahunya bergeser. Dia kembali dalam mode pura-puranya, menjadi orang lain di depanku karna presepsinya yang salah.
Melihat reaksinya kuhela nafasku perlahan.
"Aku mau ke masjid," pamitku padanya.
"Hm."
Jawaban yang selalu kudapatkan setiap kali berbicara padanya, kalau tidak itu ya teriakannya atau bahkan yang membuatku sakit adalah air mata.
Setelah mengatakan itu, Aku langsung keluar kamar. Memberi waktu untuknya sendiri, entah untuk sekedar membuka hijab yang selalu menemaninya setiap waktu. Dia masih memakai hijabnya di depannku, bahkan saat mau tidurpun. Aku tidak mempersalahkannya karna tidak mau membuat dirinya marah dan berteriak lagi.
Dengan berjalan kaki Aku menyusuri jalanan kompleks perumahan yang sudah empat tahun ini kutinggali. Sebenarnya aku bisa saja membawa salah satu motor yang ada di Garasi tapi Aku mengurungkan niat mengingat aku juga sangat membutuhkan waktu untuk sendiri, menikmati udara segar di pagi hari, berusaha membagi sesak yang selama tiga minggu ini yang seolah bersemedi dalam diri.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Masjid, setelah bermunajat kepada-Nya. kuluangakan waktu untuk mendengar ceramah agama singkat yang diadakan di masjid itu, rasanya perasaanku sedikt tenang mendengar ceramah bertemakan sabar itu.
***
Setelah menyalin dua bungkus soto, Aku bergegas ke kamar mencari gadis yang sudah resmi menjadi istriku seminggu ini.
Seperti biasa dia sudah duduk di kursi kayu menghadap jendela, spot favoritnya selama tinggal di sini. Dari mana kutahu? karna Aku selalu menemukannya di sana setelah tiga hari kami tinggal bersama.
"Ayana, ayo makan. Aku sudah membeli soto untuk sarapan kita."
Seperti biasa ucapan pertamaku selalu di anggap angin lalu olehnya. Lama menunggu Aku memutuskan untuk mengganti baju terlebih dahulu.
"Ayana ayo kita sarapan."
kali ini dia menoleh karna Aku menepuk pelan bahu ringgkihnya. Dia memberi tatapan seolah mengatakan untuk tidak menyentuhnya, tapi kini Aku berusaha abai, meskipun nanti dia akan berteriak, tidak masalah bagiku yang penting dia mau makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (End)
Spiritual⚠️ awas baper Cerita ini mengandung tingkat kebaperan yang cukup tinggi. Di cerita ini kalian juga bakalan nemuin kalau laki-laki yang sabar, setia itu masih ada, Afka contohnya. Awal hubungan yang rumit, pertemuan dengan kondisi penuh kesalahpaha...