Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca
Jangan lupa pencet ⭐ ya.
***
Sebelum Ayana sakit ...
Setelah makan, Ayana dan Shaila memutuskan untuk pulang, awalnya Shaila ingin mengajak Ayana untuk menoton film kesukaannya yang baru rilis kemaren, tapi Ayana menolak dengan alasan ingin memasak untuk Afka, tanpa banyak tanya dan merengek Shaila mengantar Ayana pulang ke rumah Abangnya.
Setelah melihat mobil Shaila meninggalkan halaman, Ayana lansung berlari ke dalam, menuju wastafel untuk memuntahkan cairan yang sedari tadi ditahannya. Tubuhnya lemas, untung saja barang belanjaannya sudah dibantu Shaila untuk membawanya ke dapur. Merasa lebih baik Ayana memutuskan untuk menyusun barang belanjaannya dalam kulkas dan menyimpan kebutuhan mandi Afka dan dirinya di lemari kecil yg ada di kamar mandi kamar mereka.
Ayana berniat tidur sejenak untuk menghilangkan pusing dan mual yang dirasa makin menjadi. Namun matanya tidak mau diajak kompromi, jadi Ayana hanya berbaring, lagian sebentar lagi juga masuk waktu Ashar.
Ayana kembali teringat perkataan Afka semalam, dia mendengar semuanya, Ayana belum tertidur, matanya memang sudah tertutup tapi kesadaran masih ada dalam raga.
Kaliamat terakhir afka tadi malam sungguh membuatnya kepikiran "Tolong hargai aku." Afka mengatakanya dengan sangat putus asa. Meskipun Ayana tidak melihat raut wajahnya tapi nada suaranya sangat pilu dan tiba-tiba saja dalam dirinya ada rasa sedih dan bersalah.
"Sejahat itukah dia sebagai istri sampai suaminya memohon untuk dihargai." fikiran itu sejak semalam terus menghantui.
Mendengar panggilan azan, Ayana memaksakan dirinya untuk bangun, rasa pusingnya makin mejadi, perutnya mulai bergejolak kembali. Ayana memutuskan shalat dengan cara duduk mengingat kondisinya.
Rasa mualnya sudah tidak dapat lagi ia tahan, tanpa merapikan sajadah dan mukena yang digunakan, Ayana lansung berlari ke kamar mandi, memuntahkan kembali makanan yang masuk seharian ini dalam perutnya, termasuk makanan mahal yang baru beberapa jam yang lalu dimakannya, rasa mual ditambah pusing yang semakin menjadi-jadi membuat tubuhnya lemas, Ayana terduduk di lantai, keringat membanjiri keningnya, hijab instannya basah oleh air dan keringat.
Mendengar derap langkah kaki mendekat Ayana membuka matannya, ia tidak sadar kalau ia tertidur sebentar di lantai. Namun, rasa mual itu kembali hadir, berusaha bangun mencari pegangan tetapi tubuhnya terlau lemah untuk digerakkan.
Afka datang, Ayana bisa melihat raut khawatir pada wajahnya, melihat gelagat Ayana dengan cepat Afka membantunya berdiri dan ....
"Hueekkkk"
Isi perutnya kembali keluar, untung saja Afka menemani dan menyangga tubuhnya, padahal Ayana sudah menyuruhnya keluar karna ia merasa tidak enak Afka melihatnya dalam kondisi seperti ini, tapi Afka enggan.
***
Saat Afka hendak membawa Ayana kerumah sakit Ayana menolaknya, awalnya Afka tidak mau mengikuti permintaannya tapi mendengar tangis pilu Ayana sambil menggumankan kata
"ngak mau" mau tak mau Afka menuruti keinginannya. Afka memutuskan untuk meminta dokter pribadi sekaligus tantenya untuk datang ke rumah mereka."Perutnya ada masalah, mungkin karna tidak biasa dengan makanan yang dia makan mangkanya dia muntah-muntah, nanti obatnya diminum tante udah suruh Alex -anak tantenya- untuk beli di Apotek, bentar lagi nyampe kamu tenang aja." Sintia --tantenya -- menjelaskan sebelum Afka bertanya.
Afka menghela nafas kasar mendengar keadaan Ayana.
"Alhamdulillah, makasi banyak Tan."
Sintia menganguk lalu mulai merapikan kembali peralatan yang digunakannya untuk memeriksa Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (End)
Spiritual⚠️ awas baper Cerita ini mengandung tingkat kebaperan yang cukup tinggi. Di cerita ini kalian juga bakalan nemuin kalau laki-laki yang sabar, setia itu masih ada, Afka contohnya. Awal hubungan yang rumit, pertemuan dengan kondisi penuh kesalahpaha...