[28] Big Question

42.4K 3.2K 294
                                    

Akhirnya, Ravin memutuskan untuk kembali ke rumahnya karena hari semakin malam. Ravin sungguh tak menyangka dengan apa yang terjadi.

Ravin kini adalah kekasih sungguhan seorang Davira Amanda, apa yang lebih membahagiakan dari itu untuk seorang Ravin Bagaskara?

Apa yang terjadi malam ini adalah hal yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi kenyataan. Bayangkan saja, kini Ravin benar-benar menjadi kekasih dari sosok yang sudah ia idolakan lebih dari satu tahun. Sosok yang dahulu hanya bisa ia lihat dari layar televisinya. Sosok yang ia kira tak dapat ia miliki.

Semilir angin malam tak membuat Ravin berhenti mengembangkan senyumannya.

Katakan pada Ravin jika ia tidak sedang bermimpi!

Karena ia sungguh tak percaya apa yang baru saja terjadi padanya.

Ravin menghentikan motornya di halaman parkir rumahnya lalu berjalan memasuki rumahnya seraya tersenyum. Bi Marni, asisten rumah tangga Ravin menatap Ravin bingung. “Den Ravin kenapa toh senyum-senyum sendirian lagi?”

“Abis ketemu bidadari tak bersayapnya lagi?” tanya Bi Marni lagi.

Ravin tertawa seraya menatap Bi Marni. “Bibi tau nggak?”

“Apa, Den?” tanya Bi Marni bingung.

“Akhirnya Tuhan menjawab doa-doa saya selama ini, Bi!”

Bi Marni mengerutkan dahinya. “Doa yang mana, Den? Doa buat jadi bintang iklan popok bayi? Atau jadi duta iklan sampo?”

Ravin menggelengkan kepalanya. “Bukan, Bi!”

“Ini jauh lebih penting, membanggakan, dan sungguh membahagiakan, Bi!”

“Sungguh-sungguh membahagiakan!” ujar Ravin menggebu-gebu. Bi Marni mengangguk-angguk.

“Sangat membahagiakan!” ujar Ravin lagi dengan mendekatkan wajahnya kearah Bi Marni sehingga membuat wanita berusia 40 tahunan itu terkaget.

“Aduh!”

“Aden bikin jantungan aja.”

“Apa toh?”

Ravin tertawa lagi. “Tapi Bibi jangan cemburu.”

Bi Marni berdecak. “Ah aden mah suka ngaco.”

“Akhirnya, saya jadian sama bidadari tak bersayap saya, Bi. Dia sekarang beneran jadi pacar saya!” ujar Ravin histeris.

Bi Marni ikut histeris seraya memegang dadanya seolah tak percaya. “Ah masa, Den?”

“Kata Den Ravin, bidadari tak bersayapnya Aden jutek.”

Ravin mengangguk. “Yaudah kalo Bibi nggak percaya.”

Ciyus?” tanya Bi Marni meyakinkan. Ravin mengangguk. Ravin dan Bi Marni memang sudah sangat dekat dan akrab karena Bi Marni sudah mengurus Ravin sejak anak itu masih kecil. Bahkan Bi Marni juga sudah hafal dengan tingkah aneh dan menggemaskan Ravin.

Ciyus, Bi!”

Miapah?” tanya Bi Marni.

“Mi oyeng, Bibi seneng nggak?” tanya Ravin lagi.

Bi Marni mengangguk. “Seneng banget, Den. Akhirnya Aden nggak galau lagi!”

Ravin tertawa, akhirnya Bi Marni pun ikut tertawa. Setelah itu, mereka ber-high touch untuk menunjukkan rasa bahagia mereka.

“Eh tapi, Den Ravin dicariin sama Non Shanon. Katanya, tadi dia ditinggalin sama Aden disekolah.”

Ravin tertawa. “Biarin aja, Bi.”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang