[45] About The Feelings

39.7K 3.4K 494
                                    

"Kadang, cinta emang suka nggak adil."

Beberapa jam telah berlalu, kondisi Ara juga sudah lebih baik dibanding dengan sebelumnya. Kini Ara tengah berjalan menuju teman-teman sekelasnya yang tengah mengadakan acara yang letaknya tak jauh dari hotel.

Ketika ia berjalan, ia bertemu dengan Aron yang sudah menatapnya dengan tajam.

"Lo tuh kenapa sih, Ra?"

"Otak lo kemana sih?"

Ara menghela napas berat. "Gue nggak mau bahas soal ini lagi, Ron."

"Kenapa sih lo terus-terusan belain sahabat lo itu?"

"Emang lo pikir dia yang paling bener gitu?" tanya Ara ketus.

Aron mengerutkan dahinya. "Gue bener-bener nggak ngerti sama jalan pikiran lo, Ra."

"Yang nyelametin lo tadi itu Ravin, bukan Chiko!"

"Dia rela nekat nyelametin lo tanpa peduli sama keselamatannya sendiri. Dia nyelametin lo tanpa pake pelindung apa-apa. Lo bisa ngotak dikit nggak sih?"

"Sedangkan pacar lo yang lo bangga-banggain itu cuma bisa ngeliatin lo dari atas tanpa berbuat apa-apa."

"Ravin tulus sama lo, Ra!"

Ara tertawa sinis. "Tulus apanya?"

"Ravin itu sama aja kayak cowok lain."

"Gue nggak lebih dari sekedar cewek mainannya dia."

"Terus gue harus tetep sayang sama cowok yang cuma mau mainin gue?"

Aron menatap Ara bingung.

"Main-main apanya sih, Ra?"

"Ravin sayang banget sama lo."

"Cinta itu bukan siapa yang ada disamping lo saat lo sukses dan bahagia, Ra. Tapi siapa yang selalu bertahan buat lo bahkan disaat lo ada di saat-saat terpuruk lo."

"Dia nggak pernah ninggalin lo bahkan disaat semua orang mandang lo sebelah mata."

"Dia rela ngelakuin apa aja buat lo. Dia berani ngorbanin apapun bahkan nyawanya sendiri!"

Ara berdecak kesal. "Lo nggak tau apa-apa, Ron."

"Dan lo nggak ngerti gimana rasanya jadi gue."

"Mendingan sekarang lo minggir deh!" sentak Ara.

"Lagian juga, sayang banget sih lo sama temen lo itu? Nggak usah dibelain terus, ntar ngelunjak anaknya." Ara berjalan meninggalkan Aron yang tak henti-hentinya membela sosok Ravin.

Sedangkan Ravin kini duduk di tepi pantai seraya menatap matahari yang tenggelam di ujung barat laut. Ia menutup matanya seraya merasakan semilir angin pantai yang semakin lama semakin kencang dan suara ombak laut yang semakin lama suaranya semakin terdengar.

"Kadang, cinta emang suka nggak adil."

Ravin menoleh ke arah sumber suara itu. Terlihat Shanon duduk di sebelahnya seraya menatapnya lekat. Iya, itu Shanon.

Calon adiknya.

"Sekarang aku sadar kalo perasaan emang nggak pernah bisa dipaksa."

"Sekuat apapun kita berjuang, kalo emang orang yang kita sayang nggak sayang sama kita. Usaha kita nggak akan pernah berhasil," lanjut Shanon.
Ravin terkekeh kecil. "Heh, ngerti apa sih lo tentang cinta?"

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang