Tiga tahun kemudian..
Bandung, 3 januari 2019
"kamu nggak pulang Al?"
"Oh .. iya sebentar lagi aku pulang. masih ada yang harus aku selesaikan."
"Yaudah aku pulang duluan yah."
Aleta mengangguk menatap kepergian teman kantornya yang bernama Dina. Dia adalah salah satu teman dekat Aleta dikantor. Saat ini Aleta sedang menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang belum selesai. Saat Aleta hendak membereskan barang-barangnya dimeja kerjanya tiba-tiba saja ponselnya berdering. Aleta melihat nama Ulya disana, dan tanpa berpikir panjang Aleta langsung menerima panggilan itu.
"Hallo?"
"Hai, kamu udah pulang kerja belum Al?"
"Belum Ly, ini kerjaan aku baru selesai dan lagi siap-siap pulang. Ada apa Ly?"
"Aku di Bandung nih Al, gimmana kalau kita ketemuan, aku lagi di sini sama Mas Agam."
Aleta menatap jam tangannya dan jam sudah menunjukkan jam 18.00 sore.
"Oh ya, okeaku mau. ketemu dimana kita?"
"Cihampelas Walk aja gimana? Soalnya Mas Agam ada janji ketemu klien dulu baru bisa gabung sama kita."
"Oke kalau gitu. Nanti aku langsung kesana."
"Oke deh Al, sampai ketemu nanti."
Aleta menutup panggilan telepon Ulya dan merapikan beberapa pekerjaannya diatas meja. Dan tidak sengaja menatap ponselnya kembali.
Aleta membuka kunci layar ponsel nya yang tidak menemukan notifikasi baru. Dia tersenyum miris dalam hatinya sebelum kemudian membuka aplikasi Whatsapp. Dan membuka ruang chat dirinya dan juga kekasihnya, Faiz.Disana jelas terlihat pesan terakhir yang dikirimkan Faiz bertanggal 19 Desember 2018. Ya, hampir dua minggu yang lalu dan hanya bertuliskan kata-kata singkat.
Dari: Mas Faiz❤️
Al, Maaf Mas sibuk karena ada beberapa proyek yang harus di selesaikan akhir tahun ini. Jadi maafkan Mas, kalau Mas jarang menghubungi kamu. Kamu sehat-sehat disana yah Al. Jangan lupa makan juga. Mas sayang kamu."
Ya. Itu adalah pesan terakhir Faiz yang diterima Aleta dua minggu yang lalu. Bahkan tidak sampai lima menit setelah Faiz mengiriminya pesan itu, Aleta langsung membalasnya dan hanya berakhir dengan tanda centang satu yang berarti pesan itu belum sampai ke Faiz.
Dua hari setelah itu pesan balasan yang dikirimkan Aleta terkirim dan berubah menjadi centang dua walaupun belum dibaca oleh Faiz.
Aleta berulang kali mencoba menghubungi Faiz lewat telepon tapi tak pernah diangkat dan pesan-pesan yang hampir setiap hari Aleta kirimkan pun tidak pernh dibaca ataupun dibalas.
Aleta sempat berpikir apakah Faiz sesibuk itu sampai tidak bisa meluangkan waktu untuk mengabarinya atau minimal membaca dan membalas pesannya.
Dia selalu mencoba untuk berpikir positif dengan meyakinkan dirinya bahwa Faiz terlalu sibuk dan mungkin saja terlalu lelah sampai tidak sempat mengecek ponselnya. Walau jika dipikirkan secara logika, mustahil dalam sehari Faiz tidak memeriksa ponselnya bahkan untuk mengecek tentang pekerjaan.
Aleta sudah lelah berulang kali mencoba menghubungi Faiz. Terakhir kalinya Aleta mengirimnya pesan adalah dimalam tahun baru beberapa hari yang lalu. Aleta mengabari Faiz jika dia akan menghabiskan malam tahun baru dengan Ibu, Bapak dan juga Adiknya ke Jakarta. Tapi seperti pesan-pesannya yang sebelumnya semua tidak juga berubah warna, hanya berakhir dengan centang dua tanpa berubah menjadi warna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dalam Jarak
Teen FictionPada kenyataannya Jarak bukanlah suatu penghalang, bukan juga alasan dari rapuhnya sebuah hubungan. Jarak hanyalah jeda yang kadang menjadi faktor sebuah kebimbangan. Karena hati yang tak yakin untuk terus bertahan dalam segala bentuk kekhawatiran. ...