Jarak- 15

778 56 12
                                    

Bandung, 6 mei 2019.

"Apa kamu benar-benar akan datang ke pernikahan Faiz, Al?

Aleta mendongak menatap Dina dan menggangguk pelan sebelum memakan kembali soto ayam yang jadi menu makan siang nya di rumah makan dekat kantornya.

"Al, kamu nggak perlu mendengarkan omongan wanita itu. Dia hanya ingin membuat kamu cemburu. Kamu tahu itu kan?"

Aleta meletakkan sendok makannya lalu menatap penuh kearah Dina, selera makannya hilang begitu saja saat Dina harus membahas hal ini.

"Aku tahu Din, aku tahu dengan jelas tentang itu. Justru karena itu aku juga ingin menunjukkan pada wanita itu. Dengan dia berhasil merebut dan menikah dengan Mas Faiz itu tidak akan cukup untuk melihat aku hancur. Aku ingin dia melihat sekalipun dia bisa menghancurkan tujuh tahun perjuangan aku, dia tidak lantas bisa melihat aku jatuh. Satu-satunya hal yang bisa aku pertahankan adalah harga diriku Din. Aku juga ingin menunjukkan kepada Mas Faiz jika dia akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan aku."

"Lalu kamu akan datang dengan siapa? oh bagaimana kalau aku ikut saja untuk menemani kamu?"

"Bukankah tadi kamu bilang, kamu akan bertemu dengan keluarga besar Mas Beni?"

"Oh iya, aku hampir lupa tentang itu."

Aleta menggeleng menatap Dina yang kecewa tidak bisa menemaninya ke acara pernikahan Faiz, Dina sendiri memang bercerita bahwa malam ini dia akan bertemu dengan keluarga besar Beni, kekasihnya yang sudah menjalin hubungan dengannya selama dua tahun ini.

"Sudahlah. kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang aku. Aku tidak apa-apa?"

"Baiklah. Kamu hati-hati Al, jangan sampai kamu terpancing dengan wanita itu. Dan kuatkan hati kamu, ku tidak mau kalau wanita itu sampai mempermalukan kamu."

"Iya, Aku pasti akan menahan diri aku, untuk tidak terpancing dengan wanita iu."

-------------------------------------------

Aleta menyisir rambutnya yang sudah rapi didepan cermin itu. Dia memandangi pantulan dirinya didepan cermin sejak tadi. Dia menarik dan menghembuskan nafasnya seolah mengatur dirinya untuk tetap tenang dan tidak terbawa perasaanya.

Tiba-tiba perasaannya ragu, apa dia benar-benar sanggup untuk menghadiri pernikahan Faiz. Bagaimana jika dia menangis disana atau lebih parahnya dia tidak bisa mengontrol emosinya.

Aleta menatap undangan pernikahan Faiz di meja riasnya. Tangannya mengambil undangan itu dan memandanginya dengan begitu intens. Pikirannya berkecambuk, Aleta menahan diri untuk tidak menangis. Dia cepat-cepat menaruh undangan itu bersamaan dengan ponselnya yang berdering tanda panggilan masuk.

Aleta melihat nama Ravid dilayar ponselnya. Lalu setelah tiga kali berdering Aleta menerima panggilan itu dan mendengar suara laki-laki itu diujung sana.

"Hallo Al?"

"Iya Mas?"

"Apa kamu sudah siap?"

Aleta mengerutkan keningnya merasa tidak mengerti apa maksud perkataan Ravid.

"Maksud Mas?"

"Kamu sudah bersiap-siap untuk pergi?"

"Pergi kemana?"

Aleta mencoba berpikir apakah dia membuat janji dengan Ravid. Tapi rasanya dia tidak pernah memiliki janji untuk bertemu ataupun pergi dengan laki-laki itu.

"Kamu akan menghadiri pernikahan mantan tunangan kamu itu kan? Jika kamu sudah siap ayo kita pergi, aku sudah menunggu didepan rumahmu."

Aleta membelalakan matanya kaget.
"Ap..apa? Mas didepan rumahku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bertahan Dalam JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang