jarak -9-

205 21 0
                                    

Bandung, 18 maret 2019.

"Al?"

Aleta dan Ravid menoleh saat seseorang memanggilnya. Dan Aleta seolah membatu ditempat saat melihat seseorang laki-laki disana, berdiri dengan memegang buket bunga mawar berwana berwarna merah muda sedang menatap mereka berdua dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Mas Faiz?"

Ravid menatap laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya dan juga Aleta. Laki-laki itu membawa buket bunga dan menatap curiga pada Aleta dan juga Ravid.
Ravid menoleh kearah Aleta yang menatap kaget pada laki-laki itu.

"Kamu mengenal dia Al?"

Aleta menoleh dan mendapati raut wajah Ravid kebingungan melihat kedatangan Faiz. Jujur saja bukan hanya Ravid yang kebingungan, tapi Aleta pun begitu. Aleta bingung dan juga kaget melihat Faiz bisa ada dihadapannya malam ini.

"Kenalkan aku Faiz, calon suami Aleta."

Aleta mendengar Faiz yang memperkenalkan dirinya pada Ravid. Jelas sekali tidak ada nada bersahabat dari kata-kata Faiz. Justru terdengar sekali kalimat itu penuh penekanan. Seolah ingin menegaskan pada Ravid siapa Faiz untuk Aleta. Ravid terlihat terdiam beberapa saat sebelum memaksaan senyum pada Faiz dan juga Aleta.

"Oh calon suami Aleta. Baiklah kalau begitu aku pulang dulu, kamu sudah dijemput Al. Hati-hati dijalan dan sekali lagi selamat ulang tahun."

Faiz melihat Ravid yang berpamitan pada Aleta. Dia juga melihat bagaimana Ravid memberikan kue ulang tahun untuk Aleta dan sebelum pergi Ravid juga tersenyum juga menepuk pelan lengan Aleta. Semua tidak luput dari pandangan Faiz.

Dan saat Ravid benar-benar pergi. Faiz menatap Aleta yang menatap datar padanya.

"Titipkan saja motor kamu disini pada satpam. Aku yang akan mengantar kamu pulang."

Faiz langsung berbalik menuju mobilnya yang diparkir tidak jauh dari sana. Aleta memandang punggung Faiz. Aleta tahu Faiz salah paham dan cemburu pada Ravid. Tapi entah kenapa karena rasa lelahnya Aleta enggan terlalu banyak bicara. Aleta hanya ingin pulang untuk mengistirahatkan pikiran dan juga tubuhnya yang dipaksa bekerja seharian ini.

Bukan Aleta tidak bahagia dengan kehadiran Faiz, tapi semua membingungkan untuk Aleta pikirkan. Setelah sekian lama tiba-tiba saja Faiz muncul dihadapannya tanpa memberi kabar sama sekali. Bahkan Faiz datang di situasi yang mungkin menimbulkan kesalahpahaman untuk laki-laki itu.

Setelah menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Aleta menuju kearah pos satpam, disana ada dua satpam yang malam ini bertugas berjaga. Aleta mengenalnya, mereka adalah Pak Agus dan Pak Imam.

"Malam Pak."

"Malem mbak, ada apa mbak? Kok belum pulang sudah malam begini."

"Iya saya baru ingin pulang. Tapi boleh saya tanya. Apa saya bisa menitipkan motor disini Pak malam ini?"

"Oh bisa mbak, bisa. Dimana motornya mbak? Biar saya masukin ke parkiran dalam biar lebih aman."

"Itu motor saya pak yang warna putih. Ini kuncinya, boleh pindahin kalau bisa."

Akhirnya Pak Agus memindahkan  motor milik Aleta ke parkiran dalam, lalu kembali dan menyerahkan kuncinya pada Aleta.

"Terimakasih ya Pak, oh iya ini ada makanan buat Pak Agus sama Pak Imam. Buat temen ngopi."

"Loh kok dikasih ke kita semua ini mbak?"

"Nggak apa-apa Pak, saya sudah kenyang. Terimakasih ya Pak. Saya pulang dulu."

Bertahan Dalam JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang