Bandung, 17 Maret 2019
Sudah satu bulan setelah Ravid bekerja diperusahaan yang sama dengan Aleta.
Ravid tetap berusaha untuk dekat dengan Aleta walau wanita itu berusaha menjauh.Aleta berusaha untuk terus menolak ajakan-ajakan Ravid diluar urusan pekerjaan. Tapi Ravid memang tidak menyerah untuk terus mendekatinya. Dan terkadang Aleta mencari cara untuk meminimalisir itensitas pertemuan mereka. Walau itu tidak mudah mengingat mereka ada diperusahan dan divisi yang sama.
Aleta hanya tidak ingin semua ini menimbulkan kesalah pahaman. Aleta bukan ingin terlalu percaya diri tapi jika dilihat dari sikap Ravid, Aleta cukup mengerti maksud dari sikap lelaki itu.
Sekalipun menyenangkan berteman dengan Ravid. Dan lelaki itupun bisa membuat Aleta nyaman tapi justru itu yang membuat Aleta takut.
Aleta takut terlena dan lupa diri dengan statusnya yang sudah menjadi tunangan Faiz. Walau jika dipikir Aleta merasa hubungannya sudah tidak ada titik terang.
Hampir tiga bulan sudah Aleta dan Faiz terputus kontak. Hanya sesekali Aleta mengabari Faiz walaupun tidak ada respon sama sekali. Dan makin lama Aleta yang lelah dengan semua itu memutuskan tidak lagi menghubungi Faiz. Biarlah, Aleta sudah tidak ingin mengharap apa-apa lagi. Aleta takut semakin terluka dan sakit hati.
Dan Aleta sedang berusaha untuk tetap meneguhkan hatinya. Dari sikap Faiz dan dari godaan yang sedang datang mengujinya.
Bisa saja Aleta merespon semua perhatian Ravid, tapi Aleta tidak ingin menjadikan Ravid sebagai pelampian rasa sakit dan lelahnya Aleta menjalani hubungannya dengan Faiz. Karena bagaimanapun juga jauh dilubuk hatinya Aleta tetap mencintai Faiz. Laki-laki yang menemaninya selama 7 tahun ini.
Aleta menunduk menatap cincin dijari manisnya, dia memainkan cincin itu. Ini adalah satu-satunya bukti bahwa dia masih memiliki Faiz. Lelaki yang kini sedang berada jauh dikota orang.Aleta menyandarkan punggungnya kesandaran kursi dan menghembuskan nafasnya mencoba mengurangi rasa sesak didadanya mengingat kekasihnya. Saat ini dia sedang berada dikantor dan sedang beristirahat untuk jam makan siang.
"Al, kamu nggak makan siang?"
Aleta menoleh saat Dina menepuk pundaknya dan berdiri disamping meja kerjanya.
"Nggak deh kayaknya. Kamu sendiri aja gih sana!"
"Ya ampun lemes banget sih Al? Belum di apelin sama Pak Ravid yah?"
Aleta mendongak dan memicingkan matanya menatap Dina dengan pandangan memperingatkan. Karena Dina sering kali menggoda Aleta dan Ravid.
"Apaan sih Din, jangan bikin gosip deh!"
"Aku nggak perlu ngosipin kamu juga satu kantor sudah tahu kalau kamu ada 'something' sama Pak Ravid."
"Something apaan sih Din?"
"Ya semua orang disini juga tahu kalau Pak Ravid itu suka sama kamu kan?"
"Ngaco kamu Din, udah sana lah kamu pergi beli makan siang."
"Yah, nggak percayaan banget sih kamu. Lagian kenapa sih diem aja, besok mau ulang tahun juga. Jangan lupa makan-makan yah."
Aleta baru saja akan membuka bibirnya untuk menjawab kata-kata Dina, ketika tiba-tiba saja seseorang menyela pembicaraan mereka.
"Jadi besok kamu ulang tahun?"
Aleta dan Dina menoleh dan mendapati Ravid berdiri tidak jauh dari posisi mereka.
Aleta menoleh pada Dina dan menatap wanita itu dengan pandangan kesal. Dan Dina hanya tersenyum pasrah. Dina tahu jika Aleta mencoba menghindar dari Ravid karena menjaga perasaan Faiz. Walaupun Dina tahu Faiz sudah tidak pernah lagi menghubungi Aleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dalam Jarak
Teen FictionPada kenyataannya Jarak bukanlah suatu penghalang, bukan juga alasan dari rapuhnya sebuah hubungan. Jarak hanyalah jeda yang kadang menjadi faktor sebuah kebimbangan. Karena hati yang tak yakin untuk terus bertahan dalam segala bentuk kekhawatiran. ...