11 #Tiang Saleh

10 0 0
                                    

.
.
"Namanya Tiang Saleh!"
"Lain kali kalau kamu ketemu sama siapapun yang tiba-tiba datang dengan mendadak tidak tahu dari mana asalnya, dan setiap di ajak ngobrol tidak pernah memperlihatkan wajahnya selalu membelakangi kita. Ingat jangan pernah kamu ajak biacara, meskipun dia berpenampilan sama dengan teman kita ataupun sama dengan seseorang yang kita kenal itu hanyalah ilusi semata"

"Tiang Saleh!?"
"Itu hantu juga kak?"

"Itu adalah sebangsa Jin Yang tingkatannya sudah tinggi. Dimana aku saja yang biasa merasakan kehadiran mereka, dan bisa melihat mereka dengan pasti tapi sangat sulit membedakan antara Jin dan Manusia. Karena mereka sangatlah mirip dan jarang sekali bisa dideteksi akan kehadirannya"

"Kenapa kok dia selalu membelakangi kita? Di saat kita ngobrol dengannya kak?"
Zahid bertanya lagi lebih dalam tentangnya. Sebenarnya aku bisa sih memilih untuk tidak menceritakan secara detail untuknya, tapi aku takut itu akan terulang kedua kalinya atau bahkan lebih di dalam hidupnya.
Jadi aku harus benar-benar menjelaskan rinci padanya.

"Di saat kita sudah penasaran ingin melihat wajahnya, itu adalah sesuatu hal yang sangat fatal. Karena kalau sampai kita memutuskan untuk melihat wajahnya maka itu adalah sebuah niat yang sama saja dengan niat bunuh diri. Tiang Saleh tidak memiliki wajah, dia bisa menyerupai siapapun, wajahnya rata. Dan di saat kita memegang pundaknya dan dia menoleh maka konon katanya siapapun yang melihat wajah datarnya akan meninggal detik itu juga di tempat itu juga. Dengan tidak ada bekas luka apapun, karena kata ayahku itu adalah Sawan. Sawan yang sangat tinggi yang hingga bisa membuat kita langsung jantungan."

Zahid hanya diam, tidak mengutarakann satu patah kata pun keluar dari bibirnya.

"Hid? Zahid!?"
Aku memanggilnya sambil menoleh kebelakang.

"Ya kak!"

"Hei ada apa?"

"Aku cuma takut aja kak, apakah itu memang ada dan memang pernah terjadi?"

"Itu memang ada, dan itu pernah terjadi di desa kaka waktu dulu. Itupun ayah kaka yang bercerita, ya memang bukan tahun-tahun terakhir ini. Melainkan itu adalah cerita lama yang memang di percaya akan kebenarannya."

Aku terdiam sesaat, karena aku teringat akan hal yang hampir sama dengan kejadian ini. Malah lebih parah.

"Kaka dulu pernah bertemu dengan Tiang Saleh!"
Dan akhirnya aku jujur pada Zahid.

"Loh iya tah kak?"

Akhirnya aku juga ceritakan hal yang pernah aku alami sebelumnya. (Kalau kamu mau baca, silahkan flashback ke Bab #DahyangWatuparang)

📕 19 #Dahyang Watu Parang

Aku ceritakan semuanya pada Zahid,
Dan dia benar-benar menyimak semua cerita yang aku katakan padanya.

Di saat aku menceritakan hal tersebut, terbesit di ingatanku akan keluarga di rumah. Sudah sangat lama aku tidak pulang ke rumah. Kemaren ketemu cuma sebentar, itupun langsung berangkat untuk ke pondoknya Zahid.

Di saat kayak gini, ingin rasanya aku selalu berada di dekat mereka. Karena aku selalu ingat masa-masa dimana mereka berdua sangat sabar untuk membimbingku untuk benar-benar dapat mengendalikan kemampuanku.
Tak kusadari air mataku jatuh membasahi pipi.
Ku usap sambil bertanya pada Zahid untuk mengalihkan perhatian.

"Hid kurang berapa lama lagi sampai?"

"Kak berhenti di depan situ, biar aku yang ganti setir"

"Okay"

Aku berhenti di pinggir jalan. Kulihat ke depan sudah ada rumah yang terlihat. Hmmm maka aku rasa bahwa sebentar lagi kita sudah mendekati dengan pemukiman warga.
Yang membuat hatiku sedikit lega, dan setidaknya bisa bernafas lebih panjang.

"Bentar lagi nyampai ya kak, sabar hehe!?"

"Iya, iya"

Perjalanan pun di lanjutkan kembali, Zahid bilang sih sebentar lagi sudah sampai.

Aku masih kepikiran tentang kejadian sejak tadi pagi di bukit sampai barusan saja terjadi. Apakah sampai segitunya juga?
Setiap hari...
Dimanapun tempatnya, selalu ada dan hadir tanpa absen.

Mulai dari yang di rawa-rawa, terus yang di ikat lehernya, anak kecil yang di rumah bunda, si Asih, terus yang barusan juga Tiang Saleh.
Rasanya capek dengan kejadian yang berurutan terus tanpa henti. Ingin menghibur diri tetapi di hibur terus dengan yang berbau mistis.

Kalau saja ada dia yang selalu ada bersamaku, mungkin tidak akan aku merasa kesepian dan merasa terganggu oleh banyak dari 'Mereka'.

Awan dimanakah kamu?

Sudah sangat lama sekali aku tidak berjumpa denganmu, rasa rindu yang kusimpan sampai saat ini mesih tersimpan rapi di lubuk hati. Meski kau hanya ilusi bagi kebanyakan orang, tetapi kamu nyata bagiku.
Apa mungkin aku harus mencarimu di 'Dunia Antara', berkelana jauh menemukan mu.

Karena kamu adalah kaka terbaikku meskipun kamu sudah tiada.

Aku selalu berharap bahwa kamu selalu ada disisiku, menemani di setiap langkahku, dan di setiap permasalah yang ku alami.

"Kak kita sudah sampai!"

Aku langsung terbangun dari lamunan jauhku. Dan melihat pemandangan yang sangat-sangat Indah di depan mataku.
Tiupan angin sangat keras sekali, dan cuaca sangat panas jadi yang nyampur gitu rasanya.

Aku dan Zahid memarkirkan motor, sebelum tumpukkan beton-beton besar yang berada di pinggiran bibir pantai.

Aku melihat sebuah gerbang emas yang aku lihat dari bukit tadi. Disini gerbang yang ku lihat sangatlah besar, dan ku melihat pula sebuah istana kerajaan yang sangat besar tapi bukan dari keseluruhan melainkan hanya ujung atasnya saja dari kerajaan yang besar dan megah.

Apakah ini kerajaan laut Pantai Selatan?

Aku sekarang juga bisa melihat makhluk penghuni di sana.
Para penjaganya dan masih banyak lagi dari 'Mereka' yang kulihat.

Mereka bangsa Jin yang memiliki banyak sekali sisi, mulai baik, tegas, jahat, dan campuran.

Pemandangan ini sangatlah indah kurasakan. Ingin rasanya berkunjung ke sana. Ya tapi gak mungkin juga, karena yang kesana adalah yang di pilih saja.

"Kak mau kemana?"

"Kak Ejh?"

"Kak?"

"KAK!!!!"

Aku terkejut saat Zahid memegangi pundakku dengan erat. Dan dia juga mengatakan padaku kalau dia sudah memanggilku banyak kali. Aku tersadar dan benar-benar sadar saat air pantai mengempas membasahi tubuhku. Memang tidak basah semua, basah semacam gerimis tapi berhasil mengagetkanku pada saat itu.

Aku di ajak menepi oleh Zahid dan Zahid menceritakan kepadaku bahwa tadi aku melamun sambil tersenyum berjalan mendekati bibir pantai, dengan menaiki beton-beton di pinggir pantai.

Zahid memanggilku hingga berulang kali, pada saat aku sudah sangat dekat sekali dengan ujung bibir pantai dengan cepat Zahid langsung memegangi pundakku. Karena pada saat itu ombak yang besar datang dengan tiba-tiba.

Jadi selama aku berjalan mendekati pantai, aku tidak dengan sama sekali kalau Zahid memanggilku.

Dan yang aku rasakan adalah aku hanya diam, dan menikmati pemandangan yang Indah pada saat itu.

Memang aku juga melihat ada sesosok makhluk yang datang mendekat ke arahku, sosok seperti naga tetapi aku belum yakin apakah itu beneran naga atau bukan. Dia muncul dari dalam laut. Sosok itu hanya memunculkan kepalanya saja.
.
.
.
-------------------
Next>>>

KASAT MATA (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang