5 #Rawa-Rawa

502 58 8
                                    

"Aku adalah jiwa yang tidak terikat, dan aku berada di mana-mana!"
.
.
.

Aku langsung duduk di kamar Zahid dan diam, sambil merapikan barang-barangku.
Tak lama kemudian Zahid datang bersama dua orang ke dalam kamar.

"Kak ini kaka Pembinaku"
Jelas Zahid.

"Halo, saya Ejh. Kakaknya Zahid"
Jelasku singkat.

"Mirip ya kalian berdua"
Tambah salah satu dari kedua orang itu.
Aku gak tahu namanya siapa. Yang jelas ada yang muda dan agak berumur. Mungkin dua puluhan keatas.

Dan yang aku pikirkan lagi adalah, saat aku berjabat tangan dengan kedua orang itu. Mereka berdua sama sekali tidak bisa ku baca.
Yang lebih tua memiliki aura yang lebih tinggi, emm maksudku auranya dia lebih kuat. Tapi aku tidak tahu kelebihan macam apakah yang dimilikinya.

Yang satunya, memiliki aura yang kuat juga tapi tidak sekuat dengan yang kaka satunya tadi.

Aku kembali duduk di sebelah tasku, sambil menge-Charge Handphone ku.
Disini suka pelihara kucing jadi ya ada kucing dimana-mana.
Tidur pun bersebelahan dengan kucing.

Kusandarkan kepalaku ke tembok, sambil mendengarkan anak-anak Yang sedang membacakan alunan merdu lantunan Al-qur'an.
Ku pejamkan mata perlahan, dan meresapi segala sesuatu yang berada disini.

Yang ada di pikiranku hanyalah Air.

Air

Air

Dan Air.

Tidak tahu kenapa, seolah seluruh pesantren ini adalah air. Apa maksudnya?
Aku memejamkan mata dan mencoba masuk lebih dalam.

Lantunan ayat Al-qur'an yang di bacakan oleh anak-anak pun sayup-sayup mulai lirih di telingaku.
Semakin berat kurasakan menahan mataku.
Akhirnya aku menyerahkan diri kepada gelap yang menghampiri ku.
.

.

.
Semua sunyi...

Yang terdengar di telingaku hanyalah tetesan air yang menetes perlahan demi perlahan.

Ku buka mataku.

Dan semuanya silau, kusipitkan mataku dengan seberkas cahaya yang masuk.
Dari semuanya putih, lama kelamaan menjadi jelas yang kulihat.

Air.

Aku berada di tengah-tengah air yang membentang begitu luas...
Lebih tepatnya rawa-rawa.

Aku berdiri di atas daun teratai besar yang mengapung di tengah-tengah rawa ini.

Teratai ini bukan hanya satu, melainkan banyak sekali terapung di rawa-rawa ini...
Bukan hanya teratai, melainkan enceng gondok juga ada.
Kulihat sekeliling, semuanya luas. Dan belum aku melihat adanya daratan di tepi rawa ini.

Aku mencoba berpindah dari daun teratai yang satu ke yang lainnya dengan perlahan.
Aku tidak tahu mau kemana, yang penting aku tahu bahwa sekarang aku sedang berada di mimpi dan meditasiku.

Aku sadar dan aku ingin mengetahui apa yang sebenarnya ingin di tunjukkan oleh tempat ini.
Mungkin bagi kamu ada yang sudah gak asing dengan pondok pesantren yang di diami oleh Zahid.

Namanya adalah
Ponpes Majma'al Bahrain
Yang berada di Jombang.
Dan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh di pondok tersebut adalah kyai Muchtar.
Tetapi aku hanya mengetahui beliau dari fotonya saja, tidak bertemu secara langsung.

"Kesinio!"

Aku menoleh ke segala arah saat mendengar kata tersebut. Suara itu menggema di kepala dan telingaku.
Untuk siapakah itu di tujukan.
Kalau memang untukku, tapi jalan yang mana harus ku tuju.
Suara yang belum jelas terdengar dari arah mana.

KASAT MATA (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang