4 #Siapa?

666 71 16
                                    

Kamu tidak pernah tahu, siapa yang mengikuti kamu, sampai kamu benar-benar tahu
.
.
.

Berhubung ini sekarang sudah mulai mendekati hari liburan. Aku memutuskan untuk menghabiskan liburanku di Pacitan.

Sebenarnya aku ingin juga menghabiskan liburanku di rumah, di Kediri. Tetapi Ibu angkatku memintaku untuk, ya setidak nya sesekali main lah Ke Pacitan. Toh aku juga belum pernah bepergian jauh dari dulu. Jadi aku rasa Pacitan ini adalah kota kedua yang aku kunjungi setelah rumahku yang di Kediri.

Aku sudah meminta izin keluargaku untuk pergi ke Pacitan. Dan mereka juga mengizinkan. Karena mereka tahu aku juga tidak berangkat sendirian nantinya, jadi keluargaku setidaknya bisa tenang.

Aku bersama Zahid, adek angkatku yang sudah aku anggap seperti adek kandungku sendiri.
Tapi sebelum pergi ke Pacitan, aku harus pergi ke Jombang dulu untuk mengunjungi sekaligus menjemput nya. Karena dia yang tahu arah tujuan ke Pacitan. Hehehe. Maklum belum pernah main jauh jadi ya agak gimana gitu.

Zahid bersekolah di Jombang, dia anak Pondokan dan pastinya dia Muslim. Kakak perempuannya juga ada di Jombang, namanya Nabila. Jadi Nabila juga adek aku yang jarak umurnya gak jauh beda dariku. Cuma beda setahun.

Dari Kandangan menuju Jombang membutuhkan waktu, kurang lebih satu setengah jam.

***

Setelah sampai di Jombang, aku naik angkot untuk bisa menuju ke pondok nya Zahid.

Baru aku WA Zahid mau kasih info kalau rasanya aku udah sampai. Ternyata Zahid sudah menungguku di depan Alfamart.

Aku keluar Dari angkot dan menenteng tas bawaanku dan menghampirinya.

"Halo kak, gimana kabarnya?"
Sapa Zahid sambil Salim mencium tanganku.

"Baik hehe, gimana kamu?"

"Allhamdulillah baik kak"
"Kak ayo makan, pasti kaka laper!"
Sambil mengajakku menepi di depan Alfamart.

"Ok ok"

Kami berdua berjalan menyeberangi jalan Raya, untuk mengunjungi rumah makan dekat jalan.
Katanya sih itu tempat favorit nya dia. Jadi aku juga mau nyoba makanan kesukaannya.

Lalapan Ayam.

Pas banget, ini juga makanan favorit aku.

Aku duduk manis menunggu pesanan, Zahid yang malah sibuk memesan makanan.

Banyak anak berhijab dan berpakaian tertutup mengantri juga di sini. Rame juga tempat ini.
Tidak menunggu terlalu lama, pesanan kami sudah datang.
Lalapan ayam.
Makan dulu ya.

***

Usai dengan semuanya, aku dan Zahid bergegas menuju pondok tempatnya Zahid. Jadi aku akan bermalam di pondoknya Zahid malam ini. Besok pagi baru berangkat menuju Pacitan.

Tempatnya sangatlah tenang, orangnya ramah-ramah. Aku berjalan bersama Zahid, di sebuah gang yang jika melihat lurus ke depan di ujung sudah terlihat dengan jelas gerbang dari pondok pesantren ini.

Ku melihat tulisan Arab di mana-mana. Di atas gerbang besar yang akan ku lewati pun juga sudah terpampang.

Aku dan Zahid terus berjalan, hingga pada akhirnya kami berdua melewati gerbang yang kumaksud barusan.

Pada waktu setelah melewati gerbang itu, suasana, hawa, atau aura nya sudah berbeda. Sangat berbeda.
Tidak pernah aku rasakan aura atau suasana ini sebelumnya.

"Wow"
Aku menarik nafas dalam-dalam dan kemudian mengeluarkannya.

"Kenapa kak?"
Zahid langsung bertanya kepadaku.

KASAT MATA (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang