02

2.6K 237 14
                                    

Kediaman Jung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kediaman Jung.

Si Mama dari tadi terlihat sibuk di dapur, sang Papa sibuk dengan acara menonton, sementara si pewaris tahta hanya menanti dengan sabar masakan Jiho di meja makan sendirian. Sambil bermain ponsel juga sih.

"Bamm" Jaehyun datang-datang langsung merebut paksa ponsel milik Jiho yang tadi di mainkan Taeho.

"Papa jangan gangguin Tae" tangan kecil itu berusaha meraih ponsel yang sudah di angkat tinggi-tinggi oleh Jaehyun.

"Anak kecil ga boleh main hp. Nanti kecanduan"

"Mama Ji, Papa Jae gangguin Tae" teriak Tae mengadu pada sang Mama.

"Udah udah jangan berisik. Ini makan siang nya udah jadi. Jeng jeng!"

Jaehyun tersenyum, hah dia selalu suka bagian dimana Jiho selalu mengatakan 'jeng jeng' kalau masakannya sudah jadi. Dulu itu terlihat sangat menggemaskan, tapi semenjak ada Taeho kata itu menjadi makin indah di telinga Jaehyun.

Muka Taeho yang di tekuk, sumbringah seketika. Dia meraih sendok hijau miliknya, lalu menghirup lama aroma nasi yang baru saja di letakkan Jiho di hadapannya. Tingkah ini, mirip Jiho sekali. Sangat suka mengendus makanan.

"Pun-"

"Dan ini punya papa-" Jiho letakkan semangkuk nasi yang porsinya lebih banyak dari milik Taeho di hadapan Jaehyun "-kamu harus makan yang banyak. Biar berat badannya enggak ilang" lanjut Jiho dengan di hiasi senyuman di akhir kata.

"Siap kapten Ji"

Mereka pun mulai larut akan kunyahan masing-masing.

"Tadi di sekolah Tae ketemu Ara loh pa" Taeho menjadi pembuka pembicaraan pertama. Jaehyun dan Jiho sama-sama menatap sang anak "Ara udah bisa jalan. Tae juga mau punya adik kayak Ara" lanjutnya yang masih di hiasi dengan nada ceria.

Jaehyun lirik sekilas Jiho, lalu kembali menatap Taeho "kalo Tae mau punya adik. Syarat pertama ha--"

"Harus tidur cepat, harus berani tidur sendiri. Sering berdoa. Iyakan pa?! Tae udah lakuin itu dari dulu, tapi adeknya ga datang-datang. Papa tipu Tae kan?" Selidik Taeho.

Jaehyun menganga. Dia lupa kalau Tae punya ingatan yang bagus. Dan suka mendebat

"Papa ga tipu. Papa sama Mama udah tiap ma-"

Drtt..drttt

"-tunggu ya! Halo Win, kenapa" Taeho menyimak sang papa yang sedang menerima telpon mendadak.

Sementara Jiho hanya diam. Dia selalu memilih diam kalau sudah membahas masalah ini. Dia bingung ingin bagaimana, dia tidak bisa membela diri, yang dia lakukan pasti ujung-ujungnya minta maaf karena belum bisa memberikan Taeho adik.

"Baiklah aku kembali ke sana sekarang" Tut..
Jaehyun matikan panggilannya dan segera meneguk segelas air.

Makanannya masih belum habis, tapi tubuh Jaehyun sudah bangun untuk berniat meninggalkan acara makan siang "aku harus kembali ke kantor. Ada urusan mendadak" katanya lalu mendaratkan satu kecupan di kening dan pipi kiri Jiho. "Papa akan segera pulang. Habis ini ingat! jangan main hp, langsung tidur siang" kali ini tertuju pada Taeho. Pewaris tahta mengangguk meng'iya'kan peringatan Jaehyun. Dan sama, satu kecupan Jaehyun layangkan di pucuk kepala sang anak.

"Ma" panggil Taeho sepeninggal an Jaehyun

"Iya kenapa sayang"

"Papa tipu Tae kan?" Jung Taeho ini ternyata enggan meninggalkan topik pembicaraan.

Jiho tersenyum samar, dia usap pucuk kepala Taeho "maafin Mama ya sayang. Maaf Mama belum bisa kasih Tae adek" sesalnya

Taeho diam. Dia tak lagi menjawab, hanya senyuman lebar yang dia perlihatkan.

"Tae udah selesai. Tae mau ke kamar dulu ya Ma"

"Eh!?" Jiho lirik mangkuk nasi Taeho. Dan benar makanannya sudah habis tidak tersisa "ga niat bantu Mama du-"

"Selesai Tae doa nanti Tae kesini lagi bantu Mama" jawabnya dan langsung berlari ke arah kamar.

Jiho menggigit bibir bawahnya, dadanya lagi-lagi bergemuruh hebat. Efek kata-kata Taeho barusan benar-benar membuat dia merasa bersalah.

Jiho sadar, dari dulu bukan hanya Taeho yang menginginkan penambahan anggota keluarga baru. Jiho tau, Jaehyun juga menginginkannya, dan bahkan ayah dan bundanya juga ingin memiliki cucu perempuan.

Jiho membuang nafas pelan, dia usap perut ratanya pelan sambil terus bergumam "maaf"

Haruskah Jiho mencoba?

Mencoba periksa tentang kesehatan nya?

Entahlah. Jiho hanya takut.

Tapi

Dia juga tidak bisa egois seperti ini.

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[✓]PANGPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang