23

1.9K 156 53
                                    

∞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senin malam kala itu—

Saat kandungan Jiho sudah melewati bulan—

Dikediaman keluarga Jung itu hanya ada Taeho dan Jiho.

Si kepala keluarga sepertinya malam ini akan pulang telat.

Maka dari itu, Jiho dan Taeho memilih makan malam duluan. “malam ini Tae harus makan yang banyak ya, kan sayang kalo harus kebuang semua” kata Jiho sambil memberikan sendok hijau milik Taeho.

Si kecil terdiam, melihat makanan yang hampir memenuhi meja membuatnya meneguk ludah. Makan semua itu? Yang ada perut kecilnya akan meledak.
“Tae nggak bisa nanti perut Tae sakit. Mama kenapa juga masak banyak banget” balas Taeho dengan nada tak enaknya

Jiho tersenyum “Mama ngidam”

“mama masih dalam masa ngidam?kok bisa?kan harusnya udah enggak inikan udah lewat bulan mama buat lahiran”

“ya bisalah. Orang hamil bebas mau ngidam kapan aja” Jiho berujar sambil menyendokan nasi kepiringnya “kayaknya calon adek bakal jadi seorang chef deh tae”

“eh nggak boleh”
“dia harus jadi penerus usaha Papa,Ma” Taeho mendebat cepat ucapan Jiho. Jiho kembali tersenyum, ia usap gemas pucuk kepala Taeho. Dan, setelah itu tidak ada lagi yang buka suara. Baik Jiho maupun Taeho mereka sibuk mengunyah makan malam mereka. Sepertinya juga mereka akan makan melebihi porsi biasanya.

Begitu terus, sampai akhirnya suara sendok Taeho yang terbentuk mangkuk nasi menjadi penutup makan malam mereka. Jiho mengusap perut buncitnya, anak kembar didalam sana sepertinya juga menikmati makan malam itu.

“Kalo ada Papa, papa pasti bakal habisin semua tanpa ada sisa” ujar Taeho sambil melihat beberapa makanan yang masih tersisa, bahkan ada yang belum tersentuhkan.

“sini Mama masukin lemari dulu, nanti kalo papa udah pulang. Kita suruh habisin” Jiho berdiri. Mengambil semangkuk utuh sup ikan segar dan berjalan menuju lemari penyimpanan.

Taeho ikut membantu, ia ambil jenis masakan lainnya. Membawa kearah Jiho “ini ma” ia berikan dengan seulas senyum cerah.

Jiho hendak mengambil, tapi terjeda sesaat. Perutnya terasa sakit “Tae...” lirih Jiho memegangi perutnya

“kenapa ma”

“perut mama tiba-tiba sakit.. ada yang nggak beres” Jiho berjalan tertatih kembali ke kursi meja makan. Menduduki diri sambil terus menggigit bibir bawahnya, berharap sedikit meredakan sakit yang mulai menjadi.

“mama—”

“panggilin ompapa tolong! Ini sumpah sakit banget”

“jangan-jangan mama...…ah, baiklah Tae bakal panggil ompapa mama tunggu dulu ya” seolah tau apa yang terjadi pada mamanya, dengan cepat ia bawa kaki kecilnya berlari keluar dari rumah. Berlari keluar dari gerbang, melewati enam rumah besar lainnya. Sampai pada akhirnya kakinya berhenti di rumah keluarga Choi.

[✓]PANGPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang