N O T T H I S T I M E

7.5K 564 102
                                    

Tidak ada sepatah kata yang keluar dari keduanya hingga mereka berada di kamar luas yang selalu menjadi saksi bisu kegiatan mereka selama tinggal bersama. Hyejoo duduk di bibir ranjang mereka dengan pandangan cemas. Gadis itu takut jika Jimin akan menghukumnya karena sudah lancang dan berani menanyai kehidupan pria itu.

Sedangkan, Jimin berdiri di cermin pada lemari besar mereka. Menatap dirinya sendiri dengan pandangan yang sulit diartikan. Jimin menghela nafasnya dengan halus, lalu menatap lantai marmer dingin kamar mereka. Hyejoo yang masih bisa mendengar helaan Jimin, sesekali melirik pria itu yang tetap menyiratkan rasa ketidaksukaan pria itu dengan tatapan tajamnya.

"Kau ingin mengenal ku?" Suara Jimin memecahkan keheningan pada kamar mereka. Membuat satu-satunya orang yang ditanyai itu mendongak menatap bingung pada Jimin. Detik berikutnya, Jimin menatap balik manik coklat milik gadis yang selama ini memenuhi pikirannya. "Kau menginginkannya?" Tanyanya lagi dengan sebelah alisnya yang naik.

Hyejoo meneguk air liurnya yang membasahi tenggorokannya yang kering. Lalu, satu anggukan kepalanya menjawab pertanyaan Jimin. Sontak Jimin semakin takjub dibuatnya. Pria itu dengan santai membuka t-shirt putihnya di depan Hyejoo yang langsung membuat gadis itu mengalihkan pandangannya.

"Kalau begitu layani aku." Pertanyaan Jimin sukses membuat Hyejoo kembali menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan meskipun rasa malu masih menyelimuti dirinya, namun rasa bingungnya tetap paling besar di pikirannya saat ini.

"M-maksudmu?" Tanyanya gugup tidak seperti beberapa waktu yang lalu saat mulutnya dengan lantang mengucapkan jika dirinya ingin lebih tahu tentang pria yang bertelanjang dada di depannya saat ini.

Jimin sedikit tersenyum miring mendengar pertanyaan Hyejoo yang menurutnya aneh. Seharusnya gadis itu sudah tahu jika dia menginginkan sesuatu maka harus ada yang dilakukan atau dikorbankan.
"Apa aku harus menjelaskan mengenai kewajiban mu?" Jimin mendekati Hyejoo yang langsung disambut hindaran oleh gadisnya.

Walaupun Hyejoo berusaha menghindar, tetap saja dia tidak bisa pergi kemana pun jika dirinya sudah berada di dalam kamar mereka. Hyejoo merasakan tangannya diremas dan ditarik untuk mendekat di hadapan Jimin. Hyejoo yang masih terduduk dan Jimin yang berdiri di hadapannya, membuat dirinya harus mendongak membalas tatapan pria itu.

Jimin tidak mengatakan apapun, hanya pandangan tajam yang dalam pada manik Hyejoo. Berusaha menyelami manik coklat yang teduh itu. Manik yang selama ini menjadi kesukaannya setiap kali gadisnya menatap dengan pandangan teduh membuat hatinya seketika tenang.
Dengan gerakan cepat, Jimin mengangkat tubuh Hyejoo ala bridal. Hyejoo yang terkejut hanya membulatkan matanya dan dengan cepat menautkan tangannya pada leher Jimin agar dirinya bisa seimbang.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan." Jimin menampilkan smirk andalannya pada Hyejoo. Mengatakan hal yang sukses membuat mata Hyejoo semakin ingin keluar dari tempatnya, namun gadis itu tidak bisa menolak apalagi membantah.

"Mandikan aku, Sayang."

***

Suara ketukan sepatu berhak tinggi itu memecah keheningan pada ruangan gelap yang terlihat seperti gudang. Tepat di hadapan seseorang bertubuh tinggi yang merupakan pemilik wilayah ini, wanita itu berhenti dan segera membuka kacamata hitam bergaya yang menutupi mata indahnya.

"Aku mempunyai tugas untukmu juga anak buahmu." Serunya dengan tenang. Wanita itu memperhatikan satu persatu orang bertubuh besar di belakang pria itu.

"Kau punya imbalan apa untuk ku?" Tanya pria tinggi itu yang bisa ditebak ketua dari orang-orang berandal ini.

"Apa kau meragukan ku?" Wanita itu membalas dengan satu pertanyaan yang membuat pria di hadapannya tertawa keras. Sedangkan, dirinya masih tetap terlihat tenang.

"Hahaha, baiklah. Aku percaya padamu, wanita manisku." Pria itu melangkah mendekati wanita itu. Diraihnya pinggang ramping wanita itu untuk lebih dekat padanya.

"Aku sangat menginginkan dirimu malam ini." Serunya dengan senyuman miring yang juga dibalas dengan hal yang sama.

"Buat mereka tidak berkutik didepan ku."

"Baik, sayang."

***

Hening kembali menghiasi ruangan yang dikhususkan untuk membasuh tubuh itu. Hyejoo dan Jimin sudah berada dalam satu bathub dengan air hangat yang sudah berbusa. Hyejoo yang membelakangi Jimin terlihat sangat kaku. Pasalnya, mereka saat ini berpelukan walau posisi Hyejoo yang membelakangi pria itu tetap saja membuat Hyejoo takut. Hyejoo bisa merasakan pusat tubuh Jimin yang mengeras dibawah sana karena bokongnya mengenai benda pusaka tersebut.

Jimin memeluk pinggangnya dengan erat, meletakkan dagunya pada bahu putih Hyejoo. Cukup lama berdiam diri, Jimin mulai menciumi tengkuk gadisnya dengan sensual. Jimin bisa merasakan Hyejoo yang meremang akibat sentuhannya.

"Aku akan bercerita tentang diriku disini, dengan dirimu yang melayani ku." Jimin berbisik pelan pada telinga Hyejoo dan menggigitnya pelan.

"A-aku tidak memaksa mu." Hyejoo membuka suaranya setelah berdiam lama karena ketakutannya.

"Apa aku menyuruh mu berbicara?" Hyejoo menggigit bibir bawahnya mendengar seruan dingin Jimin pada telinganya.

"Berbalik menghadap ku."

Dengan ragu Hyejoo memutar tubuhnya untuk menghadap Jimin. Setelah keduanya berhadapan dengan sedikit jarak yang tercipta, Jimin kembali merapatkan tubuh keduanya.
Membuat payudara Hyejoo menabrak dada bidang pria itu. Juga pusat tubuhnya yang dapat merasakan kerasnya milik Jimin.

"Mulai lah." Perintah Jimin.

Tangan gemetar Hyejoo perlahan menyentuh dada bidang itu, membasuhnya perlahan dengan usapan lembutnya. Jimin memejamkan matanya sebentar ketika tangan Hyejoo menyentuh dirinya. Menatap kembali wajah gadisnya yang selalu menyiratkan ketakutan.

"Kau mau tahu yang mana?"

Hyejoo menghentikan pergerakannya. Menatap Jimin yang juga menatapnya. Hyejoo bingung harus menjelaskannya bagaimana. Dia takut jika jawabannya menyakiti hati pria itu dan berakhir pada dirinya yang kembali tersiksa oleh kehausan seks pria itu.

Lagi-lagi hanya gigitan bibir yang bisa Hyejoo lakukan jika dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Tahu jika gadisnya tidak bisa menjelaskan, Jimin kembali memberikan pertanyaan yang cukup dijawab dengan anggukan atau gelengan gadis itu.

"Tentang aku yang menculik mu dan menyetubuhi mu?" Jimin mengangkat sebelah alisnya menunggu jawaban dari Hyejoo.

Hyejoo sedikit terkejut dengan pertanyaan pria itu. Cepat-cepat dirinya menggelengkan kepalanya. Jimin memberikan raut aneh pada Hyejoo. "Lalu, apa jika buka itu?"

"A-aku ingin tahu kenapa k-kau menyembunyikan dirimu yang asli?" Tanya Hyejoo tanpa menatap manik Jimin dan tetap membasuh tubuh depan pria itu.

Jimin menghela nafasnya, mengalihkan pandangannya pada jendela kamar mandinya.
"Aku tidak ingin kau mengetahui diriku. Cukup berada di sisiku sampai aku bisa menceritakan semuanya padamu."

Hyejoo berhenti dari kegiatan membasuhnya. Dia menatap Jimin yang sedang menatap kosong jendela.
"Kenapa?" Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Hyejoo.

Jimin kembali menatap manik coklat gadis yang saat ini juga menatapnya. Dirinya kembali menyelami indahnya manik gadisnya. Kembali menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Hyejoo.

"Belum saatnya kau mengetahui buruknya diriku."



-TBC-

Hiho! Apakah masih ada yang melek? Hehe😄 maaf ya sering update tengah malam begini😜 ga tau hawanya kalo malam itu nyambung aja sama pikiran apalagi sambil denger lagu kan hehe.
Enjoy my tea sayanghh kuhh 😚😚 semoga konfliknya cepet cepet ditongolin yee hehe
Vote dan komen panas kalian aku tunggu juga kalo mau follow boleh kali hehe biar tambah semangat 😂💜 maaf jika selalu ada typo
Enjoy the tea☕, merc0ntae💜
Selamat malam~

ᴘꜱʏᴄʜᴏʟᴏᴠᴇ | ᴘᴊᴍ [M] 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang