B E G I N

11.8K 749 25
                                    

Sang Raja siang sudah mulai menampakan dirinya. Burung burung kecil menjadi temannya untuk memberitahu kalau malam sepi telah berganti.

Sepasang manusia yang sedang terlelap dengan keadaan yang sangat berantakan masih terlelap dengan pulas.

Perlahan Hyejoo menggerakan badannya dan merasakan sakit menjalar keseluruh tubuhnya.

Dia juga menggerakan tangannya yang tidak terikat lagi entah sejak kapan yang pasti pergelangan tangannya masih sakit dengan bekas ikatan yang memerah.

Hyejoo bisa merasakan sentuhan seorang pria disampingnya, merengkuhnya erat seakan akan kehilangannya jika ia lengah.

Air mata Hyejoo kembali menetes ketika kembali teringat perbuatan kejam pria di sampingnya.

Dia tak mengeluarkan suara apapun dan hanya menangis dalam diam menatap Jimin yang masih terlelap.

'Dia seperti malaikat jika sedang tertidur tapi kenapa sifatnys seperti iblis?' batin Hyejoo

Perlahan mata indah Jimin terbuka menatap Hyejoo yang sedang memandanginya dengan air mata yang masih mengalir.

"Apa sakit? " suara serak Jimin mengawali pagi mereka.

Hyejoo mengalihkan pandangannya tanpa menjawab pertanyaan Jimin.

"Kau akan terbiasa dan menikmatinya. " Senyum Jimin pada gadisnya.

Jimin meraih tangan Hyejoo yang terdapat luka kecil akibat perbuatannya.

"Akhh.. " Hyejoo mengadu kesakitan ketika Jimin memegang tangannya.

Jimin merasa bodoh karena membiarkan gadisnya terluka.
Dia mendekatkan tangan Hyejoo dengan wajahnya.

Jimin mencium pelan luka Hyejoo seakan ciuman itu obat yang bisa menghilangkan lukanya.

Hyejoo terenyuh dengan sikap manis Jimin namun ia tidak mau melihatnya karena tidak mau jantungnya berdetak lebih cepat.

Berdetak bukan karena tersanjung akan perbuatan manis Jimin ataupun mulai jatuh cinta padanya ketika dia mulai memperlakukannya dengan baik karena Hyejoo bukanlah wanita seperti itu. Hanya saja dia semakin teringat dengan kekasihnya yang pasti sedang mencarinya dan ada rasa bersalah Hyejoo pada kekasihnya karena sudah tidak menjadi gadis lagi.

Jimin menatap Hyejoo yang sedang memandang kosong langit kamarnya. Perlahan Jimin menarik dagu gadisnya, kembali menyatukan mata indah keduanya.

"Kau harus memasak, pagi ini kita ada kelas. " Jimin menyingkirkan anak rambut Hyejoo yang menghalangi wajah sempurna Hyejoo.

Hyejoo hampir lupa kalau dia dan Jimin ada kelas pagi. Ya, Hyejoo sudah mengetahui siapa sebenarnya orang yang menculik dan melecehkannya.

Park Jimin, teman satu jurusannya yang sangat pendiam dan tidak memiliki banyak teman. Seorang yang sering dihiraukan dan dijauhkan hanya karena penampilannya yang sangat jauh berbeda dengan yang sekarang Hyejoo lihat.

Sosok yang sekarang sedang mendekapnya hangat dengan rambut coklatnya berantakan dan muka bantalnya dengan aroma badan yang sangat memabukan dirinya. Seorang yang sudah merebut mahkotanya.

Perlahan Hyejoo bangkit namun tertahan dengan rasa sakit yang menjalar di selangkangannya.

"Akhh.. " Lirih Hyejoo dengan matanya yang terpejam.

Jimin ikut bangkit dan memegang bahu Hyejoo.

"Apa sangat sakit? " Tanya Jimin yang terlihat khawatir.

Hyejoo menganggukkan kepalanya pelan. Dia hanya bisa meremas selimut menahan sakitnya.

Jimin yang melihat gadisnya kesakitan mendekapnya lembut. Dia mengelus punggung putih Hyejoo berharap rasa sakitnya hilang.

"Hari ini kita tidak usah kuliah. "

"Tapi aku–"

"Kau membantah ku? " Jimin memotong perkataan Hyejoo.

Jimin melepas pelukannya dan menatap tajam gadisnya. Ia muak dengan segala penolakan.
Hyejoo menunduk terdiam takut menatap Jimin yang sedang marah.

Jimin kembali mengukung Hyejoo dan mencium kasar bibirnya. Meluapkan amarahnya karena penolakan yang lagi-lagi Hyejoo lontarkan.

Hyejoo merasakan sesak dan sakit karena pasokan udaranya yang semakin menipis dan kasarnya ciuman Jimin. Dia berusaha menyudahi ciuman sepihak itu dengan memukul kencang dada Jimin.

"Ahh.. Le-lepas.. "

Jimin yang mengerti gadisnya sesak berpidah melumat leher putih Hyejoo. Hyejoo menarik nafas dalam dalam, dadanya naik turun.

Jimin berhenti melumati leher Hyejoo dan kembali menatap lembut manik hazelnut Hyejoo.

"Aku sangat tidak ingin menyakitimu, jadi jangan menolak apapun yang aku minta. " Jimin menyatukan kening mereka.

Hyejoo menatap sayu mata Jimin dan merasa terhipnotis dengan tatapan lembut Jimin.

"Apa kau mengerti? " Tanya Jimin tanpa merubah posisi mereka.

Entah apa yang merasuki jiwa dan akal sehat Hyejoo sehingga ia menganggukkan kepalanya tanda patuh pada perintah pria itu.

Jimin tersenyum manis membuat matanya menyipit dan kembali mempersatukan bibir mereka.

Jimin mengecup, menghisap, menggigit bibir Hyejoo seakan bibir itu satu-satunya yang dapat membuatnya hidup.

Jimin menyudahi ciuman mereka dan menciptakan benan- benang saliva. Jimin menatap dalam manik gadisnya, menyalurkan rasa yang selama ini dia pendam.

Dan kembali membuka suaranya. Mengucapkan kalimat yang dapat membuat Hyejoo seakan ingin mati dan membuat Jimin ingin hidup selamanya.

"Mari memulainya dan jangan sampai berhenti ditengah jalan yang gelap,"

"Karena kau dan aku akan menjadi kita selamanya. "

—TBC—

Ga tau nulis apa ㅜ.ㅜ
Tau kok masih abal abal :)
Vomment juseyo 😙😜

Love, merc0ntae

ᴘꜱʏᴄʜᴏʟᴏᴠᴇ | ᴘᴊᴍ [M] 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang