"Hari ini putuskan pria brengsek itu!!" Jimin menangkup kedua pipi Hyejoo.
Hyejoo hanya terdiam menatap dengan sayu mata Jimin dikegelapan mereka. Hyejoo benar-benar sudah tidak tahu harus melangkah kemana agar bisa lepas dari kurungan Jimin.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi dari dalam tas Jimin. Itu bukan suara nada ponsel Jimin, melainkan ponsel Hyejoo.
Jimin mengambilnya dan menatap nama yang tertera dengan kilatan kemarahan.
"Sepertinya kau sangat mencintai pria brengsek itu, sampai menggunakan nama kesayangan."
Jimin masih menatap layar ponsel Hyejoo yang menampilkan nama 'taetae💜'.
"Cih kekanakan sekali hubungan kalian."
Jimin membiarkan ponsel itu tetap berdering hingga mati dengan sendirinya. Lalu, menatap tajam Hyejoo yang masih menatapnya dengan tatapan sayu.
"Temui dia untuk yang terakhir kalinya,"
"Tanpa ada lagi tatapan, sentuhan dan senyuman diantara kalian."
Bisik Jimin pelan."Aku beri kau waktu sampai pulang, jika kau tidak memutuskannya hari ini maka hukuman mu akan sangat menyakitkan!!"
Hyejoo kembali menitikkan air mata penderitaan. Derita yang membuat jiwa dan raganya hancur secara bersamaan namun perlahan.
Jimin menjauhkan tubuh mereka dengan mundur beberapa langkah tanpa melepas tatapan mereka.
"Aku menanti permainan kita di rumah, sayang."
Jimin memberikan senyuman manisnya sebelum menghilang dibalik pintu dan meninggalkan Hyejoo dengan tatapan kosongnya.
Perlahan tubuh itu merosot kebawah dengan tembok sebagai tumpuannya, merasa dirinya tidak kuat bahkan hanya untuk berdiri.
Meringkuk dalam kegelapan yang selalu mengelilinginya sejak pria itu merusak hidupnya.
***
Matahari sudah mulai terbenam menandakan dinginnya malam akan segera menyelimuti menggantikan panasnya siang.
Hyejoo duduk di salah satu bangku taman kampus. Menatap kosong danau kecil yang sangat Kotor dengan daun-daun kering. Sama seperti dirinya yang juga sudah kotor.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dengan lembut, membuat fokusnya pindah pada orang tersebut.
Orang tersebut tersenyum dengan sangat tulus dan membuat dirinya ingin menangis.
"Taehyung -ah." Sapa Hyejoo lembut.
"Sayang, kenapa kau sulit dihubungi? Aku merindukan mu."
Taehyung duduk disamping Hyejoo. Menatap lembut sang kekasih pujaannya dan memberikan rasa nyaman dengan menggenggam tangannya.
Hyejoo tidak mampu menahan dirinya sendiri, hingga air mata sudah menetes dari pelupuknya.
"Kenapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu?" Taehyung menangkup lembut pipi Hyejoo.
Hyejoo menatap lama manik pria tercintanya itu. Memberikan rasa kasihnya melalui tatapan mata untuk yang terakhir kali.
Perlahan tangan Hyejoo melepas tangkupan Taehyung pada wajahnya. Menarik nafasnya sebelum mengucap kata-kata yang membuat dia akan menyesali hidupnya.
"Ada seseuatu yang ingin aku katakan." Hyejoo menundukan kepalanya.
"Baiklah, aku akan mendengarkan dengan baik." Taehyung tetap menampilkan senyumannya.
"Mari akhiri semuanya." Hyejoo kembali menitikkan air matanya.
Taehyung yang mendengar ucapan Hyejoo perlahan memudarkan senyumnya.
"Kau jangan bercanda aku-"
"Aku serius, mari kita akhiri saja."
Hyejoo memotong ucapan Taehyung yang akan menyanggah ucapannya.
Hyejoo menatap Taehyung dengan mata sembab dan bekas air mata yang belum kering."Aku tidak bisa bersama mu lagi." Ucap Hyejoo.
Taehyung hanya terdiam menatap Hyejoo. Pikirannya tiba-tiba hilang ketika Hyejoo mengucapkan kata terakhirnya.
Hyejoo bangkit dari duduknya. Melihat seseorang yang dari jauh menatap dirinya dengan tajam. Orang itu memberikan tanda kepadanya untuk segera mengikutinya.
Hyejoo segera melangkah meninggalkan pria tercintanya yang sudah menjadi mantan kekasihnya beberapa menit yang lalu.
Taehyung menahan kepergian Hyejoo dengan menggenggam tangannya.
"Bisa kau jelaskan apa alasannya?" Taehyung berusaha tenang.
"Kau tidak dengar? Aku sudah tidak bisa bersama dengan dirimu lagi."
Hyejoo berkata tanpa menatap Taehyung."Itu bukan alasan!" Ucap Taehyung sedikit keras.
"Bisa lepaskan tanganmu? Aku ada urusan." Hyejoo melepas secara paksa genggaman Taehyung.
Membuat seseorang yang mengawasi mereka tersenyum licik.
"Aku suka kau membentaknya namun, kau masih bersentuhan dan menangisinya. Tidak akan ada ampun." Bisik Jimin.
Jimin pergi setelah mengatakan hal yang dapat membuat Hyejoo kembali menjerit kesakitan. Bagi Jimin, jeritan Hyejoo adalah nyayian terindah. Membuatnya berkali-kali menjerit dalam kukungannya akan semakin membuatnya bahagia.
***
Jimin menghampiri Hyejoo yang berdiri dekat halte bus. Jimin menggenggam tangannya erat, membuat Hyejoo terkejut sekaligus ketakutan.
"Aku suka jika kau menurut namun, tetap saja ada yang kau langgar." Jimin berkata tanpa menatap Hyejoo.
Hyejoo menundukan kepalanya tanpa membalas perkataan Jimin.
"Nasibmu berada ditangan mu, aku sudah berulang kali mengatakan untuk tidak membantah atau menolak jadi itu keputusanmu."
Jimin melihat Hyejoo yang masih menunduk. Tangan kirinya meyentuh dagu Hyejoo, memaksanya untuk menatap Jimin. Hyejoo hanya diam tanpa membantah tindakan Jimin.
"Namun, takdirmu ada ditangan ku. Hanya aku yang boleh menentukan!"
- TBC -
Akhirnya update!! Semoga tidak kecewa dengan bagian yang ini karena surprise ada di next chapter hehe💜💜🙏 biar penasaran dulu baru enaknya
Love, merc0ntae😘🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴘꜱʏᴄʜᴏʟᴏᴠᴇ | ᴘᴊᴍ [M] 👑
Fiksi Penggemar[𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒅𝒊 𝒑𝒓𝒊𝒗𝒂𝒕𝒆] . 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘰𝘯𝘴𝘵𝘦𝘳. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘶𝘴 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴...