"Aku mencintai mu, Hyejoo."
Tiga suku kata yang membuat Hyejoo membeku seketika dan menghentikan tangisan kesedehihannya. Mendengar kata yang seharusnya keluar dari bibir orang yang ia sukai, melainkan sebaliknya. Ia mendengarnya dari seorang pria berwajah tampan dengan sifat jahat yang telah menghancurkan hidupnya. Tidak hanya hidupnya, melainkan hidup orang yang dia cintai, Taehyung. Pria tampannya yang telah pergi dari dunia ini meninggalkannya seorang diri.
Tapi, Hyejoo merasakan ada yang berbeda. Hatinya sedang tidak sejalan dengan pikirannya. Jantungnya berdetak sangat cepat seakan ingin meledak karena tiga suku kata yang Jimin ucapkan dengan nada yang lembut dan tatapan hangatnya. Semua tersalurkan dengan baik pada Hyejoo hingga ia dapat merasakan ada rasa nyaman saat ini. Nyaman bersama Jimin untuk pertama kalinya.
Aneh sekali bukan? Awal pertemuan mereka dimana Jimin menculik Hyejoo, pria itu mengatakan akan membuat hidup Hyejoo hancur selamanya. Selalu memperkosa gadis itu tanpa ampun dan tanpa rasa cinta sedikitpun. Tapi, ucapan pria itu 180° berbeda dari perkataanya. Manusia memang aneh, mereka mengatakan sesuatu sangatlah mudah tanpa memikirkannya secara matang seolah mereka tahu apa yang akan terjadi.
Lihatlah Jimin sekarang, menggenggam tangan Hyejoo dengan lembut didepan dada bidangnya, tatapan kejam dan dinginnya seolah hilang ditelan bumi tergantikan oleh tatapan sayu dan hangat yang mampu membuat Hyejoo tersihir. Tangan Hyejoo yang semula mencengkram baju Jimin pada dada bidang pria itu, mengedur dengan perlahan. Tergantikan dengan sentuhan halus. Mencoba merasakan detak jantung pria itu. Sama, semua terasa sama. Punyanya dan Jimin sama, sama-sama seperti akan meledak.
Hyejoo mencoba menatap mata Jimin yang terus melekat padanya. Manik yang menyiratkan rasa hangat itu dapat ia rasakan untuk pertama kali. Apakah Hyejoo bermimpi? Tentu saja tidak. Dia sangat sadar akan perlakuan 'aneh' Jimin saat ini. Tentu saja aneh, ini benar-benar pertama kalinya Jimin seperti seseorang yang akan menyatakan cinta pada gadis kesukaannya seolah yang ia lakukan pada Hyejoo sebelumnya tidak pernah terjadi.
"Aku mencintaimu, Hyejoo," Lagi tiga suku kata itu kembali terucap dengan jelas dan cukup keras kali ini dari bibir tebal Jimin.
"Aku yakin kau merasakan hal yang sama."
Tingkat kepercayadirian Jimin begitu tinggi. Jimin dapat merasakan hal itu karena gadis yang selama ini ia siksa dan perkosa itu hanya terdiam dengan mata yang memerah serta genangan air mata yang siap terjatuh kapan saja.
Tak lama kemudian gelengan kepala serta tetesan air mata yang jatuh Hyejoo tunjukkan didepan Jimin, mengisyaratkan ketidaksejutuan gadis itu pada kalimat terakhir si pria.
Hyejoo yakin jika ia sangat membenci pria yang masih menyentuhnya dengan erat ini. Benci pada semua hal yang berbau tentang Park Jimin. Tapi anehnya, hatinya bergemuruh saat pikirannya itu mengklaim hal tersebut. Jantungnya semakin berdetak dengan cepat kala sentuhan pria itu berubah dari tangan ke pipi mulusnya, membuat Hyejoo kembali mencengkram baju pria itu.
Satu kecupan Jimin berikan pada pipi kanan gadisnya, tak berselang lama kecupan selanjutnya ia berikan pada pipi kiri, dahi, mata serta pucuk hidung mancung gadisnya.
Jimin menghela nafasnya pelan, dengan suara seraknya ia mendekati telinga kecil gadisnya dan membisikkan kata manisnya, "Aku ingin kita saling mencintai,"
Kepalanya kembali ia sejajarkan dengan Hyejoo, sangat dekat hingga hidung serta dahi mereka bersentuhan. Jimin kembali meneruskan kalimatnya yang sempat tertunda, "Aku ingin kita melakukan segala halnya dengan perasaan bahagia, tanpa adanya paksaan."
Hyejoo mencermati segala ucapan Jimin, sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana dengan peraturan tidak masuk akal yang pernah Jimin buat untuknya? Apakah akan terhapus begitu saja jika dirinya mengatakan ia mencintai Jimin?
"Kau ingin mencobanya?" Jimin kembali bersuara. Hyejoo yang masih bergelut dengan pikirannya sontak bingung ketika Jimin bertanya padanya.
"Apa maksudmu?" Suara yang selama ini disimpan Hyejoo akhirnya mengudara kembali.
"Mari kita bahagia dengan cinta kita,"
"Tidak ada lagi paksaan diantara kita."
Dengan hal seperti apa mereka dapat merasakan 'cinta' yang Jimin maksudkan? Setelah kejadian mengerikan ketika mereka berlibur, Jimin dan Hyejoo terlihat sangat jauh. Tidak ada hal-hal yang biasa Jimin berikan pada Hyejoo. Bahkan peraturan yang pria itu berikan sudah tidak berlaku lagi sepertinya. Tidak ada lagi paksaan katanya, sangat bukan Jimin yang ia kenal.
"Aku ingin merasakan setiap sentuhanku padamu adalah hal yang kau mau juga kau nikmati," Jimin memejamkan matanya.
Benar memang, sudah lama sekali Jimin tidak menyentuhnya. Hyejoo akui rasanya ada yang kosong ketika mereka saling berjauhan. Baru kali ini Jimin kembali menyentuhnya setelah kejadian trauma yang menimpanya. Hyejoo kira Jimin akan mengurungnya selamanya tanpa mau menyentuhnya lagi, rupanya pria itu memberikan waktu padanya untuk merefleksikan dirinya.
"Hyejoo?" Jimin memanggilnya lembut,
"Kau mau berhubungan denganku?"
Anggukan kecil Hyejoo berikan pada Jimin. Jujur saja, Hyejoo merindukan Jimin menyentuhnya. Ia tidak munafik, keduanya sama-sama menginginkannya, jadi kenapa ia menolak.
"Aku sangat merindukan mu,"
Jimin mengecup bibir Hyejoo dengan cepat."Juga desahanmu."
TBC
Sudah dituruti ya permintaan kalian😗. Mau mendengar desah- maksudnya cerita selanjutnya? Jangan lupa VOTE dan COMMENT sayang🥂😽💜
Enjoy my tea, ateanaaa☕
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴘꜱʏᴄʜᴏʟᴏᴠᴇ | ᴘᴊᴍ [M] 👑
Fanfic[𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒅𝒊 𝒑𝒓𝒊𝒗𝒂𝒕𝒆] . 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘰𝘯𝘴𝘵𝘦𝘳. 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘶𝘴 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴...