Persiapan kemah Diva telah Arkan siapkan dengan lengkap. Naun, itu semua tak luput dari bantuan Ara. Bagaimana tidak? Arkan masih tak kuat berpergian. Untuk bekerja saja ia meminta sang atasan agar memberi izin untuk menyelesaikannya di rumah. Tentu saja itu semua tak luput dari omelan Dhara yang sangat tak suka melihat pria itu bekerja dalam kondisi sakit.
Namun, saat ini pikiran Dhara jauh lebih sakit. Saat ia harus memperhatikan kondisi kesehatan sang suami, ia juga dibebani dengan keadaan Diva. Anak itu tak pernah ikut kemah selama ini. Jangankan kemah, main ke luar kompleks saja tak Dhara izinkan. Oleh sebab itu, ia sangat marah besar pada Arkan malam itu. Sebelum tidur, mereka sempat berdebat. Daneen sengaja Arkan ungsikan di kamar Diva karena ia tahu bahwa malam itu ia dan sang istri akan bertengkar hebat perihal izin kemah yang diberikan pada Diva. Arkan memilih menyudahi pertengkaran ketika Dhara sempat oleng. Namun, bukan berarti Arkan mengubah keputusannya. Diva tetap berangkat kemah di puncak untuk dua hari satu malam.
Ketika yang lain menampakkan wajah ceria dalam mempersiapkan bekal perkemahan Diva, Dhara malah menunjukkan sisi sebaliknya. Wanita itu terlihat cemas secara berlebihan. Bahkan ia tak nafsu makan. Saat kepalanya tak mampu menampung beban itu, Dhara memilih mengistirahatkan diri. Tidur adalah solusi terbaik. Tak dapat dipungkiri jika saat ia terbangun, beban itu kembali singgah ke kepalanya.
Tak dapat dipungkiri pula, sebagai seorang ibu yang telah membesarkan Diva sejak kecil, seberapa besar rasa tidak sukanya terhadap keputusan kemah yang Arkan berikan pada Diva, ia tetap memasak untuk bekal Diva di puncak nanti meski harus menahan napas karena aroma menusuk dari masakan yang dibuatnya. Hanya saja, sampai saat ini Dhara sama sekali tak mengajak Diva maupun Arkan bicara.
“Ra... Celana dalamku belum pada dicuci, ya? Kok di laci punya kamu semua?”
Arkan baru saja mandi setelah hampir 4 hari tak menyentuh dinginnya air. Pria itu masih mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Ia hendak mengantar Diva ke sekolah yang mana guru dan teman kemahnya akan menunggu di sana. Namun, ketika ia membuka laci tempat penyimpanan pakaian dalamnya, tidak ada satupun celana dalam yang terlipat di sana. Apakah stok lima lusin celana dalam yang Dhara beli telah habis semua? Rasanya sangat tidak masuk akal. Apakah Dhara telah membuangnya karena rasa kesal yang membludak terhadap dirinya?
Tak adanya tanggapan apapun dari Dhara atas pertanyaan yang diajukan, Arkan hanya menggaruk kepala. Dahinya berkerut, bingung harus ia apakan wanita itu agar tak terus menerus mendiamkannya?
“Ra. Belum dicuci semua, ya?” sekali lagi pria itu bertanya.
Dhara tetap tak menanggapi. Ia menyibukkan diri dengan makanan yang dimasukkan ke dalam kota bekal milik Diva.
“Ya ampun. Sejak kapan di rumah ini aku miara orang bisu?” Arkan mendumel pelan sembari beranjak pergi meninggalkan dapur. Ia memutuskan untuk menggeledah semua lemari yang ada di kamar mereka. Biasanya jika Dhara tengah bosan, ia akan menyibukkan diri dengan mengubah letak lipatan pakaian. Namun, jika benda itu tak juga ditemukan, terpaksa Arkan harus menggunakan celana dalam empat hari lalu yang baru saja diganti tadi saat mandi. Jika ia mengenakannya lagi hari ini, total pemakaian celana dalam itu adalah lima hari.
Jangan bayangkan aroma yang melekat di benda tersebut, karena Arkan sendiri tak berkeinginan untuk menciumnya.
Satu lemari Arkan bongkar demi mencari satu saja celana dalam yang bisa saja menyelip di antara lipatakan pakaian mereka. Namun, tetap saja ia tak menemukannya.Pintu kamar dibuka seseorang dari luar. Arkan pikir Dhara yang muncul untuk membantunya mencari benda keramat itu, tapi ternyata itu adalah Daneen.
“Papa ngapa?” tanya bocah gendut menggemaskan itu.
“Nin. Kamu ada liat mama naroh celana dalam Papa di mana, nggak? Papa cari-cari kok nggak nemu, ya? Atau belum mama cuci?” Arkan iseng bertanya pada gadis kecil itu. Biasanya Daneen selalu mengetahui letak simpanan sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kiddos (Tamat)
General FictionBagaimana jika orang pelit dan tak peka seperti Arkan Mikail dihadapkan pada tingkah anak-anaknya dengan karakter yang berbeda? Menjadi orangtua dari dua anak angkat dan satu anak kandung bukanlah sesuatu yang mudah. Merawat satu anak seperti Danee...