17

10K 1.2K 246
                                    

Seharusnya Dhara bangga karena beberapa pekerjaannya dibantu. Meskipun telah ada Bi Kulsum yang dipekerjakan, beberapa pekerjaan ringan lainnya akan Dhara kerjakan sendiri, seperti melipat pakaian si kecil misalnya. Maka, saat malam ia tak bisa tidur, ia akan menyibukkan diri dengan membereskan pakaian anak-anak yang tak perlu di setrika. Keranjang pakaian anak-anak yang masih belum dilipat cukup penuh. Dhara tak sempat membereskan itu dan ia sengaja tak memberikan tugas ringan tersebut pada Bi Kulsum, karena pekerjaan wanita paruh baya tersebut cukup banyak untuk rumah tiga lantai itu.

Baru beberapa helai pakaian kecil itu ia rapikan, bayi perempuan yang ia lahirkan lewat jendela alias caesar setahun lalu itu tak berhenti mengganggu. Ketika pakaian-pakaian itu telah rapi, si kecil kembali menghamburkannya. Ketika Dhara siap menegur dengan tegas, anak-anak menggemaskan itu memberikan tatapan polos yang mampu melunakkan hati sang mama. Mau tak mau Dhara harus menelan segala amarahnya dan memilih membiarkan para bocah itu merecoki pekerjaannya.

"Daiba, Deeba, Dabiaa... Ini udah tengah malam. Mau jam berapa kalian mau bobok? Mama boboin, yuk?" di tengah kekesalannya, Dhara menegur bayi perempuan kembar tiga itu untuk segera menghentikan kegiatannya.

Hal yang sangat tak Dhara sukai ketika para bocah itu tidur lebih awal adalah karena ini. Tadi, si kembar telah tidur setelah asar. Jika saja tak Dhara bangunkan menjelang maghrib, mungkin para bocah itu akan terus tidur hingga keesokan harinya. Oleh karena tidur panjang mereka sore tadi, hingga tengah malam inipun mereka tak mau kembali memejamkan mata. Sementara kakak dan ayah anak-anak itu telah asyik mendengkur di atas ranjang sana.

"Nnak!" Deeba, si rambut tipis kepirangan itu menolak keras ajakan lembut sang mama. Pakaian dalam keranjang dibongkar habis, ditumpahkan ke atas lantai. Setelah itu, si rambut hitam tebal yang Arkan namai Daiba itu naik ke dalam keranjang yang telah Deeba keluarkan isinya, lalu bertepuk tangan di sana. Gigi kecilnya terlihat menggemaskan ketika ia tertawa.

Sementara kedua saudara kembarnya berjibaku dengan tumpukan pakaian dan keranjang itu, si kalem berambut tipis hitam itu mulai menunjukkan kegalauannya. Matanya digosok beberapa kali. Ia berusaha melawan rasa kantuk karena membantu mama itu menyenangkan, menurutnya. Tapi, semakin ia berusa memberontak rasa kantuknya sendiri, semakin ia gundah. Bocah itu akhirnya menyerah. Sembari membawa pakaian dalam kembarannya yang hendak ia lipat itu, ia merangkak ke atas pangkuan mama. Mulai mencari peninabobok manjur di dada sang mama.

"Mimim, Maa..." suaranya terdengar parau. Jika demikian, Dhara tahu bahwa Dabia mulai mengantuk.

Dhara menghentikan kegiatannya, lantas memberikan apa yang anaknya itu inginkan. Setidaknya, jika satu per satu bayi itu mulai mengantuk, Dhara bisa merdeka. Ia akan ikut terjun ke alam mimpi menyusul anak dan suaminya yang telah terbang ke antah berantah sejak pukul 8 malam tadi.

Keinginan Dabia langsung Dhara berikan. Sembari menyusu, Dabia memainkan celana dalam yang entah milik kembarannya yang mana.

"Bobok yang cepat, ya? Biar Mama juga bisa bobok." Dhara membelai surai tipis kehitaman Dabia. Bungsu dari kembar tiga itu hanya menatap sayu sang mama karena rasa kantuk kian menyerang. Tak lama berselang, bocah itu berhasil melelapkan mata. Dengan sangat perlahan Dhara baringkan Dabia ke atas ranjang si kembar yang berpagar.

"Dabia aman." Dhara menggosok kedua telapak tangannya, lalu arah matanya tertuju pada dua bocah yang masih tak menunjukkan kekalahannya tersebut. "Daiba, Deeba... Siapa yang mau mimim duluan?"

Biasanya, jika Dhara berkata demikian, si kembar tiga itu akan berebut naik ke pangkuan sang mama. Oleh karena mimim punya mama hanya dua, jadi mereka harus mengantri. Awalnya memang agak sulit, karena ketika ketiganya kompak rewel, Dhara kewalahan mengatur jatah minum susu mereka bertiga. Tapi, seiring berjalannya waktu, si kembar mulai terbiasa antri. Saat saudaranya tengah menyusu, mereka akan menunggu sembari bermain sebentar.

The Kiddos (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang