FALSE CHAPTER 2

4.7K 405 13
                                    

FALSE

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

FALSE © CHIZURU BOULEVARD

Genre: Drama/Romance/Hurt Comfort mungkin agak angst juga

Di sebuah loby di rumah sakit, sirine ambulan yang terdengar samar mendekat perlahan dan menjadi jelas. Tak berselang lama, hiruk pikuk mengerumuni ambulan, suara-suara dan teriakan dokter seolah bergerak lambat di dalam kepala Ino. Sekilas dia melihat suster menanyakan sesuatu padanya tapi dia tak kunjung memahami apa yang suster itu tanyakan, dia tidak bisa mengerti kata demi kata yang keluar dari mulut perawat di hadapanya. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa, tenggorokanya kelu seolah semua kata-kata tersangkut di dalam sana. Ino hanya terpaku di sana, melihat Sakura yang di bawa oleh perawat lainya.

"Hei.. hei.." seseorang membalikan tubuhnya. Dia melihat pemuda pucat yang dari tadi ada di dalam ambulan bersamanya. Pemuda itu menarik Ino ke dalam mengikuti bangsal yang dilarikan ke UGD untuk mendapatkan pertolongan. Mereka berhenti di depan ruangan emergency yang lampu merahnya menciptakan bauran warna merah dengan dinding pucat di sekelilingnya. Ino tidak akan pernah melupakan warna mengerikan di hadapanya, juga bau dan rasa takut yang menyelimutinya.

"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana." Kata pemuda itu.

Ino masih terpaku di sana dan tak bergerak. Tubuhnya masih saja gemetar walau dia berusaha untuk mengendalikan dirinya. Tak lama berselang, pemuda berkulit pucat itu kembali dengan sebotol air mineral di tanganya. "Minum ini." katanya setelah membuka tutup botol dan menyerahkanya ke Ino. Ino masih tak bergeming. Lalu pemuda itu menarik tangan Ino dan menyerahkan air mineral itu.

Ino mendongak dan mendapati sepasang mata pemuda berkulit pucat itu melihatnya. "Kau harus minum ini." katanya singkat. Menuruti perkataan pemuda itu Ino meneguk air mineral yang ada di tanganya. Perlahan-lahan bersamaan dengan air yang mengaliri tubuhnya, dia merasakan kesadaranya kembali dan rasanya dia bisa kembali bernafas. "Terima kasih.." katanya pelan.

Bersamaan dengan kesadaranya yang kembali, air mata yang menggumpal di ujung pelupuknya, menumpuk dan tumpah begitu saja. Dia terisak pelan. "Sakura... aku tidak seharusnya pergi hari ini.." katanya. Dia meremas botol air mineral yang ada di tanganya.

Selang beberapa menit setelah isak Ino sedikit mereda, pemuda pucat disamping Ino memcah keheningan. "Namamu?" tanyanya.

"Yamanaka...Ino." Jawab Ino di sela isakanya.

"Baiklah Yamakana, berterima kasihlah pada dirimu sendiri karena kau kembali ke apartemen dan menemukan temanmu. kau memanggil kami dan temanmu sedang mendapatkan pertolongan di dalam sana. Kau kembali untuk menyelamatkanya." Kata Sai.

Sai hendak melanjutkan kalimatnya ketika kemudian ponselnya berbunyi, dia melihat nama Shikamaru ada di screen.

"Ya Shika. Oke terima kasih. Iya, batalkan saja. Aku akan di rumah sakit setidaknya sampai ada kerabat mereka yang datang. Hnn, baiklah."

Sai menutup ponselnya dan kembali melihat Ino di sampingnya. Yah, Sai merasa kalau sebaiknya dia tidak mengatakan kalimat penyemangat lainya, karena jika dia berkata melebihi apa yang sudah dia katakan tadi, semua hanya terdengar seperti bualan. Jadi dia akan memastikan saja kondisi gadis di dalam ruang emergency dan gadis pirang di sebelahnya.

Setelah kurang lebih 5 jam menunggu, ruang emergency dibuka dan dokter mengatakan Sakura sudah melewati masa kritisnya. Dia kehilangan banyak darah tapi masih bisa terselamatkan. Ino menghela nafas lega mendengarnya. Dia berkali-kali berterima kasih pada dokter itu.

FALSE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang