1940
Seorang kakek tua berjalan tertatih menarik pedati yang bagian atasnya ditutup dengan papan kayu, menjaga agar apa yang ada di dalam tidak tersentuh oleh air hujan yang turun dengan sangat deras malam itu
Beberapa kali petir menyambar dan angin besar hampir saja menerbangkan jubah hujannya jika dia tidak menahannya dengan sebelah tangannya
Kakek tua yang sudah membungkuk itu terbatuk beberapa kali lalu melanjutkan perjalanannya melewati hutan yang gelap dengan penerangan dari lampu minyak yang cahayanya minim
Tubuh rentanya hampir tidak bisa menahan derasnya hujan yang mengguyur malam itu
Jarak pandang yang pendek membuat dia berjalan dengan meraba-raba, perlahan namun pasti dia berhasil keluar dari hutan dan menemukan sebuah desa disana
Dengan lampu-lampu yang menyala, kehangatan terpancar dari sana, beberapa orang tertawa dengan lepas tanpa memperdulikan kakek tua itu
Kakek tua itu menghentikan langkahnya, dia menatap kearah kedai kecil yang didepannya terdapat bangku yang dapat digunakannya untuk duduk, melepas lelah untuk sementara
Dia berjalan mendekati kedai itu dengan perlahan, berhati-hati agar dia tidak terpeleset karna ada lumpur yang cukup licin disana membuat pelanggan yang ada di dalam kedai itu menatapnya takut
"Permisi...bisakah aku..."
"Apa yang kau lakukan disana, pergilah!! Kau membuat takut pelangganku!!"
Pemilik kedai itu dengan cepat mendorong kakek itu menjauh dari kedainya hingga dia kembali diguyur hujan, "pergilah!! Aku tidak mau melihatmu disini!!"
Pemilik kedai itu menutup pintunya dengan rapat, sama sekali tidak membiarkan kakek tua itu untuk singgah ataupun hanya sekedar duduk disana
Dengan berat hati kakek itu melanjutkan perjalanannya, dengan kaki yang gemetar dan tangan yang sudah membeku kedinginan dia hampir saja menyerah sampai dia mendengar suara pria memanggilnya dengan keras
"Harabeoji!! Aigo aku memanggilmu daritadi" seorang anak muda yang menaiki sepeda ontel, tidak menggunakan jas hujan, hanya menggunakan seragam sekolah berwarna hitam lengkap dengan topi dengan warna senada yang sudah basah oleh air hujan
"Apa yang hajabeoji lakukan ditengah hujan sendiri? Bagaimana kalau kita mampir ke rumahku? Kau bisa beristirahat sejenak disana sambil menunggu hujan reda" dia mengatakannya dengan teriakan disetiap kalimatnya, khawatir jika kakek itu tidak mendengarnya
Sebuah senyum tipis terukir di bibir kakek tua itu karna akhirnya dia bisa mengistirahatkan kakinya
##
Sebuah rumah kecil dengan penerangan seadanya menjadi tempat singgah kakek itu
Terlihat ada sebuah kasur lipat yang sudah benar-benar lusuh, rumah itu nampak sangat berantakan dan lebih pantas disebut sebagai gubuk daripada rumah
Tidak masalah, yang terpenting baginya saat ini adalah bisa meluruskan kaki dan menyandarkan punggungnya yang sudah renta
Pemuda itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian baru, "harabeoji kau bisa menggunakan baju ini, bajumu basah. Kau harus menggantinya"
Kakek itu tersenyum lalu menerima pemberian pemuda itu dengan senang hati
Dia berjalan mendekati seragam sekolahnya yang basah kuyup karna hujan diluar, kakek itu bisa mendengar pemuda itu mengumpat beberapa kali lalu memeras seragamnya, menjemurnya dengan tali tambang yang membentang dari ujung ruangan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppet - TaeKook (END)
FanfictionJeon Jungkook menemukan sebuah boneka puppet kayu di gudang tempat tinggal kakeknya Dia tidak tahu bahwa boneka puppet itu memiliki sebuah keajaiban yang tersembunyi "Apa ini?!!" "Apakah kau bercanda? Ini bukanlah negri dongeng" "Itu!!" "Jangan pern...