Bag 4 : Kasmaran

4.2K 119 3
                                    

"Hana, wis awan lho, mau berangkat kerja ndak?" panggil Ibu sambil membuka pintu kamarku, yang kuketahui beliau telah pulang dari Mushola.
(sudah siang)

"Iya Bu, ini sudah bangun," jawabku sambil membuka mata yang kurasa masih berat, segera kusingkap selimut yang menutupi tubuh.

Mengambil gawai yang kuletakkan di sudut ranjang. Membuka kunci layar yang kusetting hanya dengan sekali usapan. Melihat jam di sudut atas kanan layar yang menunjukkan pukul 05.10 WIB. Mengecek notifikasi yang ternyata sudah ada beberapa pesan whattsap dari Mas Afnan.

Bangkit dengan semangat, mengubah posisi berbaring menjadi duduk. Membalas pesan dengan gaya khas orang yang sedang kasmaran.
Menarik sudut bibir ke atas. Menyunggingkan senyum, sudah kayak orang gila saja, senyum-senyum sendiri.

Menyadari sebelah ranjangku telah kosong. Risma si adik bungsu pasti sedang mandi untuk berangkat ke sekolah.

Entah bangun jam berapa dia tadi. Karena berangkat sekolahnya jam enam, dan lebih awal dariku, biasanya kubiarkan dia mandi terlebih dahulu.

Kubuka pesan dari Mas Afnan. Kebetulan juga kulihat Mas Afnan sedang online.

[Sudah bangun,Dik?] kubaca pesannya yang dikirim pukul 04.15 tadi.

[Sudah sholat belum?] disusul satu pesan lagi yang dikirimkanya yang kulihat pukul 05.05 WIB.

Hingga kukirimkan pesan balasan kepadanya.

[Hehehe, baru saja bangun,Mas] langsung centang biru,yang artinya langsung dibaca.

Segera kukirimkan pesan berikutnya.
[Masih berhalangan, jadi sholatnya libur]

Kulihat ada tulisan mengetik di bawah tulisan nama kontak whattsapnya, yang kusimpan dengan nama 'Mas Afnan'.

[oh...mau berangkat kerja jam berapa?] satu pesan darinya, dan aku segera mengetik balasannya.

[Ini mau siap-siap ke situ, disuruh Ibu mengantar ikan, sekaligus nanti kuantar berangkat kerjanya ya?] belum juga kubalas sudah ada pesan susulan.

'Hemm modus ini, alasannya ngantar ikan,' batin hatiku.

[ Jam setengah 7 mas... Nggak usah repot-repot mas] klik send, dan pesan terkirim.

[Nggak repot kog, hehe...sudah ya... siap2 dulu sana]

[ iya, ini juga mau siap-siap ] kukirim lagi pesan untuknya.

Karena tempat tinggal Mas Afnan adalah daerah rawa, jadi untuk mencari, atau membeli ikan sangatlah mudah.

Berbeda denganku, harus menunggu Paklik sayur yang mangkal di depan rumah, itupun biasanya dapat ikan Lele dan Pindang.

Kami memang memutuskan tidak berhubungan melalui panggilan telefon. Kecuali untuk hal-hal yang mendesak. Sms pun dia jarang, karena dia suka tidur awal.

Kata Mas Afnan, "nanti kalo jadi kebiasaan."

'Bener juga sih,' batinku. Namun, entah nanti ketika dia sudah berangkat lagi ke perantauan, masih betah nggak kalo tidak telfon.

☘☘
Segera beringsut turun dari ranjang, sebelum Ibu datang lagi dengan serentetan kalimat khas emak-emak yang bangunin anak.

Meskipun sudah terpasang alarm jam empat, tetap saja aku bangunnya nunggu dibangunkan Ibu.

Dikarenakan masih berhalangan, jadi kugunakan untuk bermalas-malasan. Hehehe.... Kira-kira ada nggak ya, yang sama denganku ?

Hari ini adalah hari Senin, seperti halnya para pekerja pabrik lain, setelah menikmati dua hari libur, aku harus memulai rutinitas seperti biasa, yaitu bangun pagi untuk mempersiapkan diri.

Jodoh Tepat Waktu (Proses Menuju Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang